Noor Saidah Ali

Lahir di sebuah kota kecil Kudus, jawa tengah. Pendidikan dari TK sampai MTs ditempuhnya di kota kelahiran. Namun setelah lulus dari MTs Negeri Kudus kemudian h...

Selengkapnya
Navigasi Web
Corona Day One

Corona Day One

Seperti hari-hari sebelumnya, ayah (sebutan suami dalam keluarga) pulang dari kerja sore itu. Dengan raut muka yang sedikit berbinar ayah mengucapkan salam ketika sampai di pintu masuk rumah. Sedikit obrolan terjadi di antara kami bertiga. Saya, suami, dan anak pertama yang belum lama di rumah karena selama ini ia berada di salah satu pondok pesantren. Alhamdulillah tahun ini sudah berhasil menyelesaikan belajarnya di pondok.

Detik, menit, jam beranjak. Datanglah waktu Magrib tiba. Selepas salat Magrib kami pun kembali bercengkerama di ruang keluarga. Namun kali ini wajah suami yang sore tadi masih berbinar ceria kini redup seperti langit yang tertutup awan. Mata berkaca-kaca sebagai tanda pening kepala. Badan pun seperti tak bugar lagi. Malam itu dilalui dengan tidur semalam suntuk.

Pagi buta seperti biasa aku sudah asyik dengan pekerjaan rutin ibu rumah tangga. Dapur, sumur dan sekitar kasur sudah terambah semuanya. Karena pagi itu aku harus segera berangkat ke kantor untuk acara syawalan di sekolah. Dengan berpesan kepada suami agar segera periksa ke dokter, melaju lah kendaraanku ke tempat tujuan. "Iya Bu, biar nanti aku dianter sama Mas". Suami menjawab dengan mantab. Yakin dan lega dengan jawabannya kulanjutkan aktivitas hari itu hingga siang menjelang dan akhirnya aku pulang.

"Assalamualaikum...". Ucapku ketika sampai di pintu masuk rumah. "Waalaikum salam..." jawab suara tunggal si bontot. Kulihat suami berbaring di sofa dalam kondisi yang terlihat lemah. Aku mengajaknya makan siang dengan ayam goreng yang kubawa di tangan. Walau dengan badan lemas suami tetap berusaha untuk menghabiskan semua nasi dan lauk di piringnya. Aku tak begitu panik dengan kondisinya karena ini seperti yang dialaminya ketika flu menyerang.

Obrolan demi obrolan bersahutan. Ujung-ujungnya ketahuan kalau suami belum jadi periksa ke dokter. Aku tak heran dengan hal ini. Karena suamiku adalah tipe orang yang malas berurusan dengan dokter. Dengan alasannya yang beraneka ragam, aku pun tak bisa memaksanya. Tak ingin terjadi perdebatan dan selalu ucapkan doa aku pun sabar menunggu perkembangan hari berikutnya akan seperti apa kondisinya.

Yogya, 19 Mei 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post