Duka Pahlawan Kita
Senggukan tangis pedih terdengar dari seorang ibu yang tengah meratapi nasib diri dan anak perempuannya. Jasad anak perempuan ibu tersebut telah terbungkus rapi dan siap untuk dimakamkan. Tetiba tangisan ibu itu semakin menyayat. Bagaimana tidak, ibu paruh baya tersebut tidak hanya berduka lantaran kehilangan anak perempuannya yang terpapar virus Corona. Namun luka yang dalam itu semakin menganga ketika masyarakat sekitar menolak pemakaman jasad anaknya karena takut tertular virus tersebut. Sementara almarhumah adalah seorang perawat yang mengabdikan diri untuk merawat orang-orang yang sakit termasuk sakit karena terpapar virus Corona . Dia adalah salah satu pahlawan jihad yang telah mengorbankan jiwa dan raganya di garda terdepan melawan Covid 19 bersama dengan tenaga medis lainnya. Dan sekarang ia telah gugur dalam perang melawan wabah mematikan yang menimpa dirinya. Akan kita taruh di mana hati dan perasaan kita jika melihat kenyataan seperti ini. Sementara orang-orang berusaha untuk tetap tinggal di rumah demi menyelamatkan diri dan keluarga, beliau harus pasang badan untuk menerima apapun yang terjadi pada dirinya terkait dengan tugasnya yang sangat dekat dengan virus itu. Nyawa dipertaruhkan hanya untuk menolong orang-orang yang sedang sakit. Sekarang, saatnya ia tak kuat melawan virus tersebut dan harus menghembuskan nafas terakhirnya, warga menolak jasadnya untuk disemayamkan di tempat peristirahatan terakhirnya.
Sungguh ironis memang.
Rasa takut, was-was dan khawatir akan tertularnya virus Corona memang selalu menyelimuti masyarakat dunia saat ini termasuk Indonesia.
Tak bisa dipungkiri apabila masyarakat merasakan kekhawatiran dan kecemasan yang sangat mengingat cara penularan virus yang begitu mudah dan cepat. Virus tersebut bisa menyerang siapa saja tanpa pandang wajah, usia, jabatan, kaya atau miskin, pemimpin atau rakyat jelata. Semua punya peluang untuk tertular.
Namun ketakutan yang berlebih tidaklah memberikan kebaikan. Justru hal ini akan memperburuk imun tubuh untuk menangkal virus tersebut. Hati dan logika kita harus tetap seiring sejalan.
Memuliakan jenazah adalah kewajiban kita sebagai muslim, termasuk memakamkannya.
Penolakan atas pemakaman saudara kita Nuria Kurniasih, seorang warga kecamatan Ungaran Timur, Semarang tersebut sangatlah disayangkan setelah beberapa kasus yang sama terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia. Apakah mereka tak pernah berpikir jika hal ini menimpa pada mereka dan keluarganya ?
Perlakuan terhadap jenazah korban Covid-19 tentulah sudah sesuai dengan aturan medis yang mempertimbangkan keselamatan orang-orang di sekitar makam. Sebelum dibungkus kain kafan dan dua lapis kantong plastik yang kedap udara jenazah disemprot dengan chlorine dan desinfektan. Setelah itu dimasukkan ke dalam peti dan terakhir peti tersebut dibungkus kembali dengan plastik.
Sedemikian hati-hati dan rumitnya proses pemulasaran jenazah korban Covid-19. Sehingga masyarakat seharusnya tak perlu khawatir berlebihan.
Semoga almarhumah husnul hotimah, mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya. Dan semoga berliterasi akan selalu menjadi budaya masyarakat Indonesia dalam menghadapi kasus apapun, termasuk kasus Corona.
Salam literasi.
Ungkapan duka
10 April 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masyarakat kita memang perlu diberikan pemahaman yang benar. Mereka termakan berita yg salah sehingga bertindak salah juga. Semoga almarhumah husnul khatimah, aamiin yRa
Amin ya rabbal alamin. Betul Bunda. Masyarakat kita sering termakan oleh berita yang belum temtu benar kebaradaannya. Kemampuan berliterasi masih kurang. Btw terimakasih hadirnya di sini
Miris ya bunda...semoga tidak terulang lagi... . Kemarin tulisan saya mengangkat tema yang sama... Tapi puisi....
Wow pasti keren puisinya Bunda. Terimaksih kehadirannya dis ini.Salam kenaal
Tulisan informatif dan mengingatkan. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Terimakasih Bunda. Sehat, sukses juga untuk Bunda. Barakallah fiik
Mantap,renyah bahasanya
Pembelajaran bagi kita untuk ke depannya, kalau mereka adalah garda terdepan dipihak tenaga medis kitapun bisa jadi garda terdepan untuk mencehgah hal ini jangan sampai terjadi lagi di masyarakat sekitar kita ya Bu Noor Saidahalis.S.Pd
Betul Bunda. Salut untuk idenya. Barakallah
Ketakutan membuat mereka hilang rasa.Ketidaktahuan (kalau tidak boleh menyebut hal itu sebagai kebodohan) membuat mereka melakukan penolakan itu.Tidak usahlah berpikir "bagaimana jika kematian itu terjadi pada kita?'.Karena jika memang kematian itu terjadi pada kita, maka "seonggok kita" hanya akan menunggu manusia hidup lainnya mengurus jasad kita.Berpikirlah "bagaimana jika itu terjadi pada keluarga kita?".Apakah kita akan menolak mempersatukannya kembali dengan salah satu zat pembentuknya, yaitu tanah, dengan layak?Ketika ada jawaban berupa pembelaan dengan penggunaan kalimat "Ga menolak sih, tapi ... blablablablabla", maka memang itu adalah penolakan.Semoga kita selalu diberikan pencerahan dalam berpikir. Sehingga tidak ada lagi di wilayah manapun penolakan seperti itu.Terima kasih Bu Noor, sudah berbagi.Sehat selalu ya Bu
Maaf Bu, setiap setelah tanda titik, seperti tidak ada spasi. Padahal sy ketik dengan spasi loh, Bu
Luar biasa ulasannya Bu. Semoga masyarakat Indonesia bisa berpikir logis tentang keberadaan korban covid-19. Terimakasih hadirnya di sini
Terlalu sering membaca berita atau mendapat info hoax membuat masyarakat menjadi bingung atas segala tindakan. Semoga almarhum Husnul khatimah. Aamiin Salam sehat dan sukses. Barakallahu
Innalillahi Wainnailaihirojiun, semoga mendapat tempatvyang mulia di si Allah SWT. sefih banget
Pemerintah memang harus memberikan pengertian ke masyarakat yang pengetahuannya kurang. Paling tidak dibantu tenaga medis bidan desa bisa melakukan penyuluhan. Agar ketakutan akan penularan lewat jenazah korban korona tidak berlebihan.
Sedih mendengar nya. Hanya doa yang mampu diucapkan semoga Husnul khotimah dan ditempatkan oleh Alloh di tempat yang mulia disisi Nya.
Miris membacanya Bunda, dampak rendahnya tingkat literat di masyarakat
Sebenarnya ini tugas pemangku jabatan semuanya , edukasi dan hukuman yg tegas hrs dilaksanakan. semua dikerahksn demi nyamannya petugas kesehatan. Salud gerakan gubernur DKI yg siaga dan empati pd petugas kesehatan
Betul Bu harus ada yang memikirkan hal ini. Karena ini tdk terjadi hanya hanya sekali saja. Sdh berulang kejadian spt ini
Itu pentingnya ilmu dan literasi ya buk Noor. Barakallah
Miris kita ya Bu. Begitu kejamnya manuasia.
Iya Bu. Semoga mereka akan dibukakan mata hatinya.
Terimakasih hadirnya di sini
Mereka tidak menggunakan hukum cubit bu. Para nakes, pasti menggunakan standar yg telah ditetapkan utk itu. Harapan kita slnjt, sikap sprti itu tidak di pelihara.