Nopiranti

Ibu tiga anak dan Kepala Sekolah di SMP Islam Daarul Falah. Menulis adalah Me Time, terapi sederhana untuk kesehatan jiwa raga, membahagiakan diri sendiri ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Melayang
Dokumen Nopiranti

Melayang

Melayang

Pijar lampu LED terfokus pada wajah Tinuk. Sementara jemari lentik sang MUA terus bergerak memoleskan make-up. Menghadirkan hasil akhir riasan seperti yang diinginkan, flawless. Membuat calon pengantin terlihat pangling, cantik memesona. Setelah selesai merias, sang MUA membantu Tinuk berdiri. Lalu, dia merapikan kebaya akad berwarna putih susu yang terlihat pas melekat di badan Tinuk.

Selop high heels berhias manik-manis cantik terpasang di kaki Tinuk. Siap mengantarnya berjalan menuju ruang akad. Dengan dibimbing oleh ibunda dan seorang kerabat, Tinuk melangkah perlahan keluar kamar. Baru juga lima langkah Tinuk beranjak, tiba-tiba kepalanya terasa pusing, membuat gerakannya oleng. Spontan dia berhenti. Lalu mengatur napas dan menenangkan diri. Setelah dirasa pusingnya hilang, Tinuk mulai berjalan lagi.

Tetapi, tiga langkah Tinuk berjalan, kembali dia merasakan guncangan di tubuhnya. Kali ini bukan hanya pusing, tapi jantungnya juga berdebar hebat. Keringat dingin mulai mengalir di sekujur badannya. Tangannya terkepal, menahan gemetar yang menghentak.

Belum sempat Tinuk menguasai diri, tiba-tiba dia merasa terempas ke ruang hampa udara. Badannya terasa ringan melayang-layang. Di sekelilingnya dia melihat hamparan awan putih yang bergerombol gemuk-gemuk, empuk seperti bantal. Membuat senyum seketika merekah di bibir Tinuk. Memantik hasratnya untuk merebahkan diri di atas kelembutan awan-awan itu.

Tinuk merasa semakin ringan, terbaring santai di atas awan. Matanya terpejam semakin dalam, siap merasakan lelap yang damai. Namun, serangkaian goncangan menyentaknya. Disusul suara-suara bising memanggil namanya berulang kali. Membuat lelapnya perlahan memudar. Matanya yang berat dipaksakannya untuk terpicing. Melihat siapa gerangan yang sudah mengganggu ketenangannya.

"Tinuk, bangun sayang. Bangun, Tinuk. Kamu kenapa, Nak?" Sayup-sayup terdengar suara panik ibu yang memanggilnya sambil terisak.

"Tinuk, nyebut Nak, istigfar. Sadar ya, Nak, bangun. Jangan membuat kami khawatir begini." Berikutnya ada suara bapak yang juga sama paniknya seperti ibu.

"Lho, kenapa ibu dan bapak terlihat cemas ya? Aku kan hanya ingin tidur saja," ujar Tinuk dalam benaknya.

"Coba longgarkan dulu kembennya, Mbakyu. Mungkin terlalu ketat jadi Tinuk kesulitan bernapas." Kembali Tinuk mendengar suara seseorang. Matanya bisa sedikit lebih lebar terbuka sekarang. Oh rupanya Tante Lin, adik ibunya Tinuk, yang sedang bicara sambil menepuk-nepuk pipi chubby Tinuk.

"Mungkin akibat kurang makan jadi Kak Tinuk lemas, Bude. Sudah sebulan ini Kak Tinuk kan diet ketat. Biar bisa lebih langsing saat pesta pernikahan hari ini," terdengar suara Ana, putrinya Tante Lin.

Ucapan Ana rupanya memancing komentar semua orang yang ada di ruangan itu. Mereka merasa kasihan melihat kondisi Tinuk. Maksud hati ingin menjelang peristiwa akad nikah dan resepsi yang sakral itu dengan penuh keindahan, namun apa daya malah kemalangan yang didapat.

Mendengar keriuhan orang-orang yang saling melempar argumen tentang kondisinya, tiba-tiba kesadaran Tinuk tersentak. Berkelebat potongan-potongan kisah yang dia lalui sebulan ini. Bagaimana paniknya dia melihat kondisi badannya yang semakin melebar menjelang akad nikah. Apa pun caranya dia harus terlihat langsing mengenakan kebaya dan gaun pesta. Maka, tak ada cara lain selain mengurangi makan dan memperbanyak gerak.

Dua pekan berlalu, namun hasilnya belum memuaskan. Tinuk semakin panik. Dia tak bisa lagi berpikir jernih. Ketika ada seorang teman menawarinya pil penurun berat badan, Tinuk langsung bilang mau.

Satu minggu berlalu, Tinuk mulai melihat hasilnya. Lingkar pinggangnya berkurang. Namun, masih belum sesuai harapan. Hal ini membuat Tinuk nekad. Pil yang harusnya diminum 1 butir per hari, nekad dia minum 2 butir pagi dan malam menjelang tidur.

Tinuk senang karena bobotnya menurun drastis. Tetapi, ada harga yang harus dia bayar untuk itu rupanya. Jantung dan fungsi otaknya jadi terganggu. Dia menjadi mudah lemas dan sulit berkonsentasi. Puncaknya adalah hari ini ketika Tinuk pingsan di detik-detik menjelang akad nikah dilangsungkan.

"Tinuk sayang, bangunlah. Aku di sini setia menunggumu. Apa kamu masih belum yakin bahwa cintaku tulus padamu? Aku terima kamu apa adanya. Tak perlu memaksakan diri untuk tampil sempurna. Sebab, menurut Ustaz Yasin juga big is beautiful. That's why you have to believe that I will always love you just the way you are, Sweetheart," sebuah bisikan lembut di telinga Tinuk semakin menguatkan kesadarannya untuk bersegera bangun dan bangkit melanjutkan asa indah yang tertunda.

Sukabumi, 5 Oktober 2023

(Selamat pagi kisah kasih yang pernah ada di antara kita. Selamat berhari Kamis yang manis dan romantis. Peace ✌️❤️😁)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

05 Oct
Balas

Terima kasih banyak sudah berkenan mampir dan menyimak tulisan ini, Pak. Sukses untuk bapak ya.

05 Oct

Wauw keren banget ceritanya

05 Oct
Balas

Tinuk... Always give me best insight

05 Oct
Balas

Terima kasih banyak sudah berkenan mampir dan menyimak tulisan ini, Bu Dokter. Sukses selalu untuk Bu Dokter ya.

05 Oct



search

New Post