Nora Vitaria

Penulis bernama Hj Nora Vitaria MPd dilahirkan di Prabumulih Sumatera Selatan tahun 1964 merupakan putri pertama dari enam bersaudara Buah hati pasangan B

Selengkapnya
Navigasi Web
Kamar 315 (Tamat)
Alibaba

Kamar 315 (Tamat)

Nora Vitaria

Tantangan Hari Ke- 79 (T. 204)

#TantanganGuruSiana

Lena segera ke tempat tidur dan bercerita dengan teman sekamarnya tentang perasaan di kamar mandi. Dia juga  bercerita tentang lelaki misterius, kondisi lorong hotel yang mencekam. Teman sekamarnya pun ternyata merasakan juga tentang lorong hotel tempat mereka diklat. Secara refleks Lena pun turun dari dipan dan mencari baju pengganti, gamisnya membuat kondisinya semakin menakutkan. Akhirnya mereka berdua menjadi takut setelah bercerita kisah tersebut.

Bu Lena pun bercerita kisah setahun yang lalu, temannya bercerita dalam grup whatSaap. Tengah malam terdengar air keran mengalir padahal tidak ada yang mandi. Teman yang lain pun merespon ketika naik lift saat menjelang magrib, mereka cuma 4 orang tetapi lift keberatan beban tidak mau naik-naik. Mereka merinding karena ada bau tidak sedap. Setelah cukup lama lift pun baru bergerak naik. Mendengar cerita tersebut Lena dan Ria semakin menarik selimutnya, mereka pun berupaya segera tidur.

Setelah diklat berjalan empat hari, keesokan harinya mereka berkemas-kemas karena diklat sudah berakhir. Saat di lobi menyelesaikan pengembalian kunci kamar Lena dan Ria kembali bertemu dengan lelaki misterius tersebut. Lelaki itu duduknya berdekatan dengan Jaka.

“Bu selesai diklatnya?” tanya Jaka sambil mempersilakan Bu Lena dan Bu Ria duduk di bangku yang kosong. Lelaki misterius tersebut cuma tersenyum saja.

“Alhamdulillah” jawab Bu Lena singkat sambil menggeser kopernya ke hadapannya.

“Hati-hati ya Bu, semoga selamat sampai di rumah” pesan Jaka kepada Bu Lena.

“O ya Bu perkenalkan, ini Arief desain grafis sekaligus wartawan asli Jogyakarta. Beliau meliput berita  untuk lounching buku sastrawan terkenal bernama Maherawan selama beberapa hari ini.

Bu Lena pun segera menjabat tangan dengan Arief, disusul pula Bu Ria.

Seminggu kemudian Bu Lena mendapat paket dari Jaka. Dia membukanya terselip surat dan novel berjudul “Tragedi di Teluk Bayur” dari pengarang yang belum dikenalnya. Pengarang bernama A. Budiman. Rasa penasaran novel tersebut segera dibacanya. Kisahnya sangat menyentuh sekali menceritakan seorang ibu pergi selamanya karena kapal yang ditumpanginya tenggelam. Sampai saat ini keberadaan semua penumpang tidak ditemukan. Ibu tersebut meninggalkan dua orang anak laki-laki. Bu Lena terenyuh sehingga menitik air matanya. Tiba-tiba gawainya berdering.

“Treeet treeet treeet” nada panggilan ketiga baru dianhkatnya gawainya. Dilihatnya penelponnya adalah Jaka siswanya yang bekerja di hotel tempat beliau diklat kemarin.

“Assalamualaikum, ini Jaka Bu” terdengar suara dari seberang memulai pembicaraannha.

“Waalaikumsalam” jawab Bu Lena senang mendapat telepon dari siswanya. Jaka dengan Arief membantu mencarikan travel untuk ke bandara.

“Bu bagaimana kiriman paket Jaka sudah diterima?” tanya Jaka lagi.

“Sudah Jaka, sedih kisahnya. Ibu jadi haru membacanya. Kasihan ya dengan anak-anaknya ditinggal ibunya dan tidak ditemukan jasadnya” jawab Bu Lena mengisahkan tema kisah novel tersebut.

“Ya Bu” jawab Jaka singkat. Lalu Jaka pun menyambung kembali “Ibu tahu siapa pengarangnya? tanya Jaka kemudian.

“A. Budiman” jawab Bu Lena singkat, kebetulan dia sempat mengingat pengarangnya.

“Ibu kan pernah ketemu dengan beliau, bahkan dia kirim salam dengan Ibu. ” jawab Jaka dari seberang.

“Belum pernah Jaka, dimana?” tanya Bu Lena penasaran.

“Ya di hotel tempat Ibu diklat kemarin, namanya Arief” jelas Jaka dari seberang.

“Bukan Jaka, pengarang novel tersebut namanya A. Budiman” Bu Lena menegaskan sesuai dengan nvel yang dibacaya.

“Betul Bu, A, Budiman artinya Arief Budiman” Jaka menerangkan kepanjangan inisial huruf A tersebut.

Masyaallah Jakaaa” jawab Bu Lena semakin haru. “Salam kembali ya untuk Arief, ibu minta nomornya ya!” pinta  Bu Lena.

“Ya Bu nanti disampaikan” jawab singkat.

“Ibu ada pesan dari Arief, beliau minta maaf tentang prilakunya di hotel sehingga bikin Bu Lena agak takut” Jaka memulai bercerita kembali.

“O ya gak apa-apa Jaka, Ibu memaafkan” jawab Bu Lena.

“Beliau kaget melihat Bu Lena karena paras Bu Lena mirip sekali dengan mamanya. Dia rindu dengan mamanya, apalagi jasad mamanya tidak ditemukan. Oleh sebab itulah saat dia melihat Bu Lena ada rada-rada yang mendebarkan” papar Jaka lewat gawainya.

“Ya Allah Nak Arief semoga engkau tabah ya dalam ujian ini” jawab Bu Lena tak terasa air matanya membasahi pipinya.

“Ya Bu itulah ceritanya. Selain itu kamar tempat ibu menginap tersebut, kamar yang pernah ditempati almarhum ibunya sebelum keberangkatan  naik kapal di Teluk bayur tersebut.” Papar Jaka samar-samar tak terdengar suaranya. Hati Bu Lena pun semakin mencekam mendengarnya.

Ya Allah...

Bengkulu, 15 Agustus 2020

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wow..apik critanya, mengalir dan tertata bahasanya..ikutan terbawa sedih, horor, dan bangga juga....salut

16 Aug
Balas

Alhamdulillah, tadi nyaris remed 2 menit berakhir krn asyik berimajinasi.

16 Aug

Diangkat dari pengalaman nyata?

16 Aug
Balas

Fakta dan imajinasi. Dominan imajinasinya.

16 Aug



search

New Post