Nora Vitaria

Penulis bernama Hj. Nora Vitaria, M.Pd. dilahirkan di Prabumulih, Sumatera Selatan tahun 1964 merupakan putri pertama dari enam bersaudara. Buah hati pasangan B...

Selengkapnya
Navigasi Web
Salah Nomor Rekening

Salah Nomor Rekening

Tantangan Hari Ke- 10

#TantanganGuruSiana

Pulang dari kantor Riani mampir ke bank. Dia menyempatkan mentransfer uang kepada sahabat SMPnya yang mengirimkan obat herbal untuk kesehatan daya tahan tubuh. Sahabatnya bernama Hendra menawarnya herbal. Katanya herbal tersebut ia sudah mencobanya dan melegakan pernapasan. Hendra menawarkan kepada Riani. Kebetulan harganya diskon 50℅. Hendra meminta alamat dan berpesan tidak usah buru-buru mentransfer uang. Riani pun meminta maaf tidak bisa mentransfer cepat karena sedang sibuk di kantornya.

Saat itu urusan kantornya telah rampung, Riani sengaja mampir ke ATM terdekat kantornya. Dia sengaja menggunakan kartu ATM bank yang sama dengan rekening temannya. Hal ini menghindari biaya administrasi. Setelah sampai di loket ATM, Riani pun mentransfer sesuai dengan nomor yang dikirim sahabatnya. Dia menggunakan monitor sebelah kanan. Tidak lama kemudian ada orang masuk dan menggunakan monitor sebelah kiri. Sebelumnya Riani mencatat nomor rekening sahabat di secarik kertas. Ia berulang-ulang mengecek agar tidak keliru atau salah menulis angkanya. Setelah terkirim dengan nominal yang ditentukan, di layar monitor ATM sudah nampak nama Hendra beserta jumlahnya. Riani yakin dan mengklik "Oke" tanda transaksi disetujui. Setelah menunggu beberapa detik, kartu ATM keluar, tetapi lembaran resi tidak keluar. Hal ini membuat Riani cemas, padahal lembaran tersebut sangat penting sebagai bukti uang terkirim dan akan dikirim ke WA sahabatnya. Sementara ATM di sebelah kirinya nampak keluar kertas resinya.

Riani keluar dari loket menemui satpam, dan bertanya. Mengapa resinya tidak keluar. Petugas satpam berkata mungkin kertasnya habis. Di tengah kebingungan, Riani mengirim WA kepada putrinya. Bagaimana cara mencetak resi. Dia teringat putrinya pernah berhasil mengulang ke ATM kembali dengan mencetak resinya. Putrinya berkata klik mutasi terakhir dan cetak. Setelah dapat info tersebut Riani pun masuk kembali ke ruang ATM. Dia sengaja menggunakan monitor sebelah kiri. Dia mengklik mutasi terakhir, lalu tercantum angka yang tidak sesuai dengan kirimannya. Riani pun akhirnya mencoba dengan mengulang kembali mentransfer dengan teliti menekam angka-angka yang dituju. Seperti pertama, pengiriman berhasil, nama penerima, sudah nampak dan klik Oke. Riani pun cemas-cemas "Jangan-jangan terkirim dua kali?". Setelah selesai, lembaran resi pun kembali tidak keluar. Dia pun menemui satpam. Meminta tolong dibimbing. Ternyata kasusnya sama, transfer masih gagal. Pada monitor pun tercantum "Nomor rekening salah, segera hubungi kantor terdekat kartu Anda bermasalah!" Riani pun keluar dari loket ATM dengan kecewa. Tiga kali gagal mentransfer untuk temannya.

Begitu sampai di luar, Riani melihat kantor bank di sebelahnya. Dia langsung masuk dan melaporkan. Ternyata kasusnya harus melaporkan ke kantor pusat. Riani kecewa dia bilang, kartunya baru saja diperbaharui dan diurus. Akhirnya Riani pun berlalu dari situ.

Sepanjang jalan dia jadi pikiran. Hari sudah siang, uang belum terkirim. Sementara kondisinya lemas karena Riani sedang puasa Kamis sekaligus bayar hutang 1 hari. Sebelumnya ia sudah merampungnya puasa syawalnya. Hari terakhir ramadhan, Riani tidak puasa karena sakit. Meski agak lemes, Riani berpikir mau ke ATM arah pulang saja. Dia mau menggunakan kartu ATM bank lain. Biarlah kena administrasi, yang penting uang sudah terkirim. Riani konsisten dan sudah berjanji kepada Hendra akan segera mentransfer.

Setelah ketemu ATM, Riani mengambil kartu yang lain. Dia memencet nomor dengan teliti serta kode bank yang ditujukan. Nama penerima sudah tercantum dimonitor. Begitu selesai ada peringatan "Nomor rekening yang ditujukan salah".

" Ya Allah ada apa ini?" batin Riani dalam hati. Begitu di tempat parkiran, Riani langsung membuka tasnya dan mengambil kopelan catatan nomor rekening dan HPnya. Dia memoto dan menjapri Hendra. Riani meminta maaf dan menyampaikan sudah 4 kali transfer dengn 2 bank berbeda tapi gagal terkirim. Riani meminta tolong dicek nomornya, apakah salah.

Riani pun pulang ke rumah. Dia segera berganti pakaian. Terasa pakaiannya kantor yang dipakainya sangat penat. Jilbab segera dibukanya dan mengganti pakaian daster. Riani pun segera menunaikan sholat zuhur. Setelah selesai sholat, dia berbaring, tiduran di lantai. Sambil tiduran, Riani membuka HPnya. Dia buka pesan di WA. Matanya tertuju pesan dari Hendra. Begitu diklik, Riani membaca pesan dari Hendra.

"Riani tidak usah transfer. Itu hadiah dari aku, semoga bermanfaat dan barokah. Hehehe" Bawahnya tercantum pesan lagi.

"Hadiah....., Rasulullah juga tidak pernah menolak hadiah.... Hehehehe".

Riani pun spontan terenyuh dan menulis pesan.

"Yang bener. Mengapa aku transfer tidak bisa? 😇" tulis Riani dengan membubuhi moji pusing. Lalu dia pun mengirim WA lagi.

"Ya Allah Hendra. Makasih ya. Semoga barokah juga untukmu. Rezekinya berlipat ganda, dimudahkan urusan, serta segera dapat jodohnya. 🤲🤲🤲🤲 Aamiin yra. Saat menulis itu, air mata Riani tak terbendungterbendung lagi. Ibarat air bah menerjang bendungan. Mengalir dengan derasnya. Membasahi pipinya sambil tiduran. Dia terenyuh betapa bermaknanya sahabat SMP memberikan perhatian kepadanya. Hendra adalah teman yang mengkoordonir alumni. Setiap ada kegiatan musibah, beliau sangat peduli dan menggerakkan teman-temannya untuk sumbangan. Dia biasa disapa ketua.

Riani pun teringat beberpa tahun yng lalu, sahabat SMPnya menemui dn mengantarnya saat pulang mernatau. Riani terenyuh sahabatnya memberi amplop. Katanya sekedar untuk jajan di jalan. Ya Allah menitik juga air mata Riani saat itu. Dia tidak peduli dengan pak sopir yang berada di sebelahnya. Betapa basarnya makna persahabatan.

Riani pun semakin terbawa perasaan. Dia masih dalam berduka. Adik dan ibunya berpulang ke rahmatullah saat bulan syawal. Kepergian orang yang dicintainya selisih 6 hari. Sementara Riani sendiri kondisinya masih sakit dan lemas. Mulai bulan Ramadhan dia sakit, ibunya sakit, putrinya sakit dan adiknya sakit. Lebaran idul fitri tidak ada silaturahmi. Berhubung sudah dua tahun tidak pulang kampung, Riani pun pulang sebelum tanggal pelarangan. Dia tahu, ibunya sudah kangen sekali dan sebaliknya. Ternyata itulah pertemuan terakhir dengn ibu dan adiknya.

Riani semakin sedih, kondisinya masih lemas. Tetapi sahabatnya Hendra memberi suprise. Dia mengirim ramuan herbal Qusthul Hindi untuk paru-paru dan pernapasan.

😭😭😭😭😭 "Ya Allah Hendra. Aku jadi nangis. Begitu luar biasanya arti persahabatan.

Bengkulu, 10 Juni 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya

11 Jun
Balas

Mksh Bu Fitri sudi mampir.

11 Jun



search

New Post