Terik panasnya matahari tak terbendung, daun-daun tak lagi mengeluarkan angin, alampun tak bersabat, begitu panas, ditambah suasana hati pun yang tak enak membuat semakin panas.

Aku terdiam disudut ruangan, ingin rasanya aku berteriak dengan rasa ketakadilan yang aku alami, begitu sakit menyesakkan hati, namun aku tak berdaya, aku hanya diam dalam seribu pertanyaan. Tenggorokkan ku terasa sakit, bergegaslah lah aku pergi untuk menuangkan air minun yang berada dibelakang meja-meja guru, adem disaat aliran air membasahi kerongkonganku, lumanyan lah, paling tidak tenggorokkanku adem. Perlahan pintu masuk ruang guru terbuka, masuklah sosok lelaki menggunakan kemeja warna putih, tinggi 170, beliau menyapa kami penuh dengan persahabatan.

"Apa kabar" sapa beliau dengan lemah lembut, maklumlah beliau pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah di sekolah kami. Beliau melihat kami dengan penuh keprihatian, mungkin beliau sudah sering memdengarkan tentang kami diluaran sana, tanpa bertanya kepada kami pun beliau sudah tau, pembicaraan pun berlanjut dengan sangat singkat.

Keesokan harinya kami pun memulai aktivitas seperti biasanya, tapi ada yang berbeda, ternyata tanpa sepengetahuan kami mempunyai Kepala Sekolah baru beliau orang yang sangat berpengaruh, semua menjadi tanya, kenapa tiba-tiba

"Selamat pagi" katanya dengan gagah, terlihat kalau beliau orang yang sangat pintar

"Pagi" kami pun serempak untuk membalas salamnya

"Mulai hari ini saya akan bekerja sama dengan kalian, dimohon kerjasamanya ya" sangat tegas sekali.

Hari-hari kami berubah, kecerian terlihat jelas dalam perona wajah kami, pertanda ada keajaiban bahwa sekolah kami akan mengalami kemajuan.