Setelah menyelesaikan materi pelajaran selama lebih kurang lima bulan, tibalah waktunya menguji kompetensi yang sudah diberikan sebelumnya dengan cara melaksakan ujian atau yang dikenal dengan istilah PAS atau penilaian akhir semester. pelaksanaan evaluasi selama lima hari cukup menguras energi para siswa. Bagi siswa yang sudah terbiasa mengulang pelajaran setiap hari tentu tidak menjadi masalah, tetapi siswa yang belajarnya hanya ketika ujian, tentu saja akan menjadi sesuatu yang melelahkan dan merasa "tersiksa"

Harapan besar tertanam di hati siswa yang sudah belajar dengan sungguh-sungguh. Memperoleh hasil yang baik dan mendapatkan rangking/juara satu menjadi incaran. Sudah menjadi rahasia umum bahwa juara satu, atau paling tidak juara tiga adalah kebanggaan yang luar biasa. Bagaimana tidak? karena ukuran prestasi seseorang masih ditentukan oleh prestasi akademik di sekolah.

Sesungguhnya, setiap orang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Masing-masing siswa memiliki potensi yang berbeda-beda. rasanya tidak adil jika kita menuntut seseorang mampu menguasai semua mata pelajaran. Kita harus menghargai setiap perbedaan dan kekurangan yang dimiliki orang lain. Di balik kekurangan, pasti ada kelebihan yang diberikan Tuhan kepada mereka.

Oleh karena itu, marilah kita ubah pandangan kita, bahwa menjadi juara kelas adalah satu-satunya patokan untuk menentukan keberhasilan seorang siswa. kita tidak mesti berkata "wow" kepada seorang yang berhasil meraih juara satu, tetapi bukan berarti tidak menghargai perjuangan mereka. di satu sisi kita juga tidak boleh memandang sebelah mata siswa yang tidak meraih juara, mungkin mereka punya potensi dan prestasi di bidang yang lain.