Novita

Sederhana, Aku mencoba menjalani hidup sebagaimana manusia lainnya dalam ruang dan waktu dengan segala keunikanku...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kita Yang Berbeda
rasa yang tumbuh tak memandang agama. https://www.popbela.com/relationship/dating/rosita-meinita/kata-kata-cinta-beda-agama.

Kita Yang Berbeda

Suara gaduh terdengar di sebuah gubug tua berdinding bambu. sesekali terdengar suara anak kecil menangis “ huhuhuuu, miii mammm ” pinta sang anak sambil menangis Sang ibu hanya bisa memeluk anak menitihkan air mata, menguatkan hati yang begitu sedih melihat anaknya yang kelaparan . . Trattaaanggg tanggtaaanggggg . . Suara toples kaleng biskuit lebaran jatuh ke tanah, , “ dimana uang ku “ tanya seorang bapak dengan wajah bingas merah padam “ uang bapa sudah ibu pake buat beli makan ian pak “ jawab ibu dengan menekan rasa takutnya “ Apa!, berani sekali kau pake uang tanpa seizin ku Haa!!” seru bapak sambil mengangkat tangan dan siap mendaratkannya di pipi istrinya, dengan cepat sang istri mengelak. “ jangan pak, maafkan ibu, maafkan ibu” pinta ibu sambil bersujud di kaki bapak, namun kemudian di tendangnyalah tubuh ibu itu, sampai tersungkur ke tanah, anak kecil itu berlari ke hadapan ibunya, dan tangisannya semakin kencang mengundang tetangga ingin mendekat melihat apa yang terjadi, bapak itu lalu pergi meninggalkan istri dan anaknya dengan wajah marah dan kecewa karena uang untuk berjudi tandas buat beli makan anaknya. Di luar sana para tetangga hanya bisa diam, tak bisa berbuat apa-apa karena takut pada suami ibu itu, mereka hanya saling berbisik “ ihhh kasian banget ibu wardah, padahal dia baik banget sayang dia dapat suami yang kaya gitu, jahatnya minta ampun” bisik salah satu tetangga Satu persatu tetangga yang berkerumun di depan rumah ibu wardah mulai pergi meninggalkan ibu wardah dan anak bungsunya menangis di dalam rumah. Di tempat lain maryam anak pertama ibu wardah yang baru pulang sekolah, dengan langkah kaki yang terburu-buru ingin sampai di rumah terhuyung lunglai karena dari pagi perutnya belum terisi satu butir nasi . Maryam, dia adalah anak yang berbakti kepada kedua orang tuannya, dia sekolah di sekolah menengah atas negeri pancasila, untungnya dia adalah anak yang cerdas jadi dia bisa tetap sekolah, dia membiayai sekolah dan kehidupan sehari-hari dengan bekerja paruh waktu di sebuah cafe, maryam berbeda dengan teman sebayanya yang kebanyakan orang kaya dan masih bergantung dengan orang tuannya. Dengan langkah yang di percepat akhirnya dia sampai juga di depan rumahnya, dari kejauhan terdengar suara memanggil maryam. “Assalamualaikum, maryam! .” panggil ibu berkerudung dengan membawa sebuah rangtan di tangan kirinya Maryam menoleh dan mendekati ibu tersebut “waalaikumussalam , dalem bu” jawab maryam dengan sopan dan salim mencium telapak tangan ibu itu “ baru pulang nak ?” tanya ibu sambil menggandeng tangan maryam menuju rumah maryam “ enjihh buu “ jawab maryam Mereka memasuki rumah dan kaget dengan apa yang di lihatnya, ibu dan adiknya menangis dan barang-barang yang sudah tak lagi di tempatnya . . “ Astagfirullah ibu “ seru maryam mendekati ibunya “ Assalamualaikum “ seru ibu hajah, dan mendekati ibu dan maryam Suasana rumah sangat berantakan, baju-baju terobrak-abrik tak karuan, seperti habis kemalingan. “ nak, kau sudah pulang. Apa kau tak kerja hari ini nak?” tanya ibu dengan senyuman yang tersunggung di bibirnya mencoba menyembunyikan rasa sakit yang ia derita “ ya ibu, maryam hari ini buru-buru pulang dan belum sempat mampir ke cafe, ibu kenapa ?” jawab maryam dan mencoba menanyakan apa yang sudah terjadi kepada ibunya Ibu mencoba bangkit dari duduknya, dengan masih memeluk ian yang masih terisak menangis. Melangkah dengan di bantu maryam menuju bale dipan di sebelah kanan menghadap ke jendela. “ gak ada apa-apa ko nak, udah kamu berangkat kerja aja ibu baik-baik saja ko nak . .uhuk-uhuuk “ ujar ibu wardah yang masih menyembunyikan apa yang terjadi, karena bila sampai maryam tahu ini perbuatan ayahnya dia akan semakin membenci ayahnya. “ ibu gak usah bohong, buktinya ibu menangis, ade pun menangis, De ian , ade kenapa ?“ maryam mencoba membujuk ibu dan bertanya pada adenya “ bapa kaaa “ ucap ian sesegukkan “ udah , maryam kamu pergi kerja dulu ibu takut bos kamu marah , ibu janji setelah ibu baikkan ibu akan cerita padamu “ pinta ibu pada maryam. Melihat apa yang terjdi di depan matanya ibu hajah merasa kalau ia pun gak boleh tinggal diam baginya ibu wardah adalah kakaknya dan maryam maupun rian sudah seperti anaknya sendiri . . “ ehemm, maaf, bukan maksud saya mau ikut campur, tapi memang betul yang di katakan ibu mu nak, biarkan ibu mu tenang dulu,, lebih baik maryam segera berangkat kerja “ ujar bu hajah, , yang kemudian berdiri melangkah ke dapur untuk mengambil piring menyiapkan makanan karena melihat kondisi ian yang sudah kewalang lapar. “ baik bu, ibu tenangin dulu, tapi ibu janji setelah maryam pulang ibu harus cerita ke maryam, ibu janji “ ucap maryam dan mengulurkan jari kelingking, dan mencium kening putri sulungnya, maryam beranjak ke kamar siap-siap berngkat kerja. “ ibu janji, sayang “ seru ibu sembari menautkan jari kelingking ke jari kelingking maryam. “ teh, lebih baik teteh dan ian makan dulu, kasian ian sudah sangat lapar dan ia terlihat pucat “ pinta bu hajah menyodorkan makanan yang sudah ia siapkan “ aduh, de hajah gak usah repot-repot bawa semua ini “ ucap ibu wardah “ gak ko teh, ade malah seneng bisa bantu teteh dan ian “ ujar bu hajah melirik ian yang keliatan seneng “ bu, ian pengen mammm bu “ pinta ian menarik-narik lengan baju ibunya “ tu kan teh, ian sudah sangat lapar “ seru ibu hajah sambil tersenyum Pintu kamar maryam terbuka, ia keluar dengan pakaian kerjanya dengan tak lupa ia menutup auratnya dengan brjilbab. “ ehhh, nak mau berangkat kerja sekarang toh ?” tanya ibu hajah “ enjihh bu “ jawab maryam dengan sesekali melirik makanan yang ada di atas bale, rasanya ia pun ingin makan tapi melihat betapa lahapnya ian ia urungkan niatnya untuk ikut makan, biarlah ia menahan lapar asal jangan sampai ian yang kelaparan. “ makan dulu ya nak “ pinta ibu, menyiapkan makan “ maryam sudah makan bu tadi di sekolah di traktir sama temen se kelas “ jawab maryam dengan mencoba berbohong, namun sorot matanya tidak bisa berbohong. “ maryam pergi dulu ya bu, ade jagain ibu ya sayang. assalamualaikum “ pamit maryam dan salim ke ibu dan ibu hajah, langkah kaki maryam sangat begitu gontay lemas, meninggalkan ibu dan adenya. “ Alhamdulillah ya Allah, engkau kirim kan bu hajag kirana ke rumah kami, sehingga adik dan ibu ku bisa makan hari ini, apa jadinya kami tanpa pertolongan mu ya Allah “ ucap maryam bersyukur dalam hati. Cafe CC tempat kerja maryam berjarak kurang lebih 15 Km dari tempat tinggalnya yang berada di tengah kota yang padat penduduk serta mobil-mobil yang memenuhi jalan faktor dari kemacetan dan polusi udara di ibu kota jakarta. Maryam harus berjalan kaki sejauh itu untuk sampai di tempat kerjanya, ia harus tetap semangat, untungnya bos cafe tersebut sangat bermurah hati dan memahami kehidupan maryam selama ini. Di tengah jalan maryam di kagetkan dengan suara klakson motor yang berada di belakangnya. Tit. . tiiit . . Beberapa kali, namun maryam tetap gak menoleh , sampai-sampai ia gak sadar kalu motor itu sudah berada di depannya, “ assalamualaikum maryam !” sapa seorang cowo dengan suara khasnya yang berat Maryam akhirnya mendongakkan kepalanya melihat siapa gerangan yang menyapanya, ternyata dia adalah Hasan, kakak kelasnya. “ ohh . . waalikumussalam kang” seru maryam membalas salam hasan “ kau mau ku antar ke tempat kerja mu, maryam ?“ ajak hasan dengan tulus, memandang maryam dengan teliti yang mukanya tergurat pucat pasi “ kau baik-baik saja, maryam “ seru hasan lagi menanyakan kondisi maryam yang tampak kurang sehat. Dengan sekuat tenaga maryam mencoba menguatkan dirinya, yang sudah sangat lemas, menolak ajakan hasan dengan sopan “ maaf kang maryam berangkat sendiri saja, dan maryam baik-baik saja “ jawab maryam yang tetap menunduk menjaga pandangan matanya, denga sopan “ maryam, saya tahu sifat mu yang gak mau merepotkan orang lain, tapi untuk saat ini biarlah saya membantu maryam mengantar maryam kerja, ini permintaan bunda, maryam. Bunda melihat kau berangkat kerja dengan langkah gontai, untuk saat ini saja maryam, biarlah akang mengantar mu, atau itung-itung aku memenuhi permintaan bunda “ terang hasan pada maryam yang masih menundukan kepala. Yaa. . hasan adalah anak satu-satunya bu hajah kirana, sahabat dekat ibu maryam yang sudah di anggap ibunya sendiri, hasan anak yang lumayan tampan berbadan sedang , lumayan tinggi berkulit putih dan mata sipit sama dengan ayahnya yang orang cina tapi sudah muslim. Hasan anak yang pintar dan sholeh, setiap siswi di SMA tersebut sangat kesemsem saat melihat hasan di hadapannya. Siapa si yang mau menolak ajakan cowo keren seperti hasan ?, kecuali maryam yang sangat berpegang teguh pada pendiriannya, yang gak mau berdua-duaan dengan lelaki bukan muhrimnya karena yang ketiganya adalah setan. Tapi kali ini, adalah kali pertama dia menerima ajakan hasan untuk mengantarkan dia kerja, atas permintaan bunda hasan, ibu hajah kirana. Dengan berjaga jarak, maryam membonceng motor hasan dan berpegangan pada jok motor. Melewati jalan-jalan kecil menuju tengah kota ke cafe cc tempat maryam kerja. Gak berapa lama akhirnya mereka sampai di depan cafe yang terlihat sangat ramai di kunjungi oleh anak-anak muda metropolitan, cafe yang berasitektur ala barat dengan dinding batu bercat merah, bagian depan hanya berdindingankan kaca bening, sehingga dari jalanan bisa terlihat aktivitas di dalamnya, terlihat rekan kerja maryam berlalu lalang mengantar pesanan ke meja-meja. Maryam langsung bergegas masuk melalui pintu samping cafe khusus karyawan, agar pengunjung tidak terganggu akan kehadiran karyawan yang baru datang. Sampai-sampai maryam lupa pamitan sama hasan yang terpaku melihat kepergian maryam yang begitu saja, akhirnya hasan memutuskan untuk mampir sebentar di cafe tersebut. “ Selamat siang “ sapa maryam kepada bosnya yang berjaga di kasir “ eh siang juga, maryam baru datang nak “ balas bos maryam dengan senyuman di bibirnya “ ya. . pak maaf telat, soalnya tadi ada masalah di rumah “ ujar maryam menjelaskan “ ya, maryam gak apa-apa, udah ya langsung bantu rekan-rekan mu kerja yaa “ jawab bos maryam dan meminta agar maryam langsung bergegas kerja. Tanpa di ketahui oleh maryam ternyata sebelum kedatangan maryam, ternyata ayahnya menghampiri bos maryam dan memaksa minta gaji maryam dengan paksa. Untungnya bos maryam yang bernama farid orangnya baik hati dan memberi ayah maryam uang sekian ratus ribu tanpa memotong gaji maryam tapi ini pun harus sembunyi-sembunyi agar karyawan lain tidak melihat dan iri pada maryam. Farid adalah pengusaha muda yang membangun cafe CC, dia masih kuliah di UI mengambil jurusan kedokteran sudah semester 6 jenjang pascasarjana. Dia juga bekerja di Rumah sakit pelita kasih jakarta pusat meskipun masih magang, tapi sayang dia Noni ( Non Islam ) tapi perangainya baik dan sopan. Terkadang karyawan lain merasa iri melihat kedekatan antara bosnya dan maryam yang seperti ada hubungan istimewa di mata mereka, yang seyogyanya tidak ada apa-apa di antara mereka berdua, hanya hubungan bos dan bawahan. Hasan duduk di bangku no 17 sudut kiri tak jauh dari kasir, dan melambaikan tangan tanda memesan sesuatu ada maryam. Maryam yang melihatnya pun baru sada kalau ia lupa pamitan ada hasan, dan ia menghampirinya “ ya, kang maaf tadi “ ucapan maryam di potong hasan, yang mengerti apa maksud ucapan maryam “ ya. . gak papa ko, santai aja, aku mau pesan dong, boleh kan maryam “ ungkap hasan melihat-lihat daftar menu “ oh . . tentu boleh, mau pesan apa kang ?” tanya maryam yang sudah siap mencatat pesanan hasan “ saya pesan mochacino sama kentang goreng saja dengan di taburi bumbu cinta neng maryam “ celetuk hasan yang mencoba menghibur maryam yang tampak murung memikirkan sesuatu yang pasti ini mengenai ibunya, bukan mengenai hati hasan, yang diam-dian suka sama maryam, mengagetkan maryam “ apa kang!” tanya maryam “ oh maaf, akang pesan mochacino dan kentang goreng aja “ jawab hasan , yang kemudian maryam menulis pesanan di secarik kertas. Maryam meninggalkan bangku hasan menuju tempat pemesanan dan menunggu pesanan hasan, maryam lagi-lagi melamun memikirkan keadaan ibunya “ ini pasti kerjaan ayah, kalau bukan ayah siapa lagi “ Ayah maryam hanya seorang pengangguran hobinya mabuk-mabukkan dan berjudi, padahal dulunya ayah tidak seperti itu saat ayah maryam masih kerja di pabrik motor tapi karena ada krisis akhirnya ayah maryam kena PHK. Maryam masih berdiri di tempatnya, ia membayangkan masa-masa indah dulu bersama ayahnya,

09 Oktober 2009 Hari ulang tahun maryam oktaviani, Hari itu adalah hari bahagia maryam dan keluarganya, perayaan di lakukan di sebuah taman dengan danau yang sangat indah, gelak tawa menghiasai sore itu rian dan maryam berlari-larian mengejar kupu-kupu yang berterbangan, ayah dan ibu hanya memandang bahagia kedua anaknya. Tikar tergelar di rerumputan hijau, di atasnya terdapat makanan bekal champing keluarga, di bawah pohon rindang dan berjarak dua meteran berdiri kokoh tenda mungil berwarna hijau, perayaan ulang tahun maryam yang ke 15 di rayakan dengan acara champing keluarga. “ maryam . .! rian . . ! “ panggil ayah Maryam menoleh ke arah ayahnya sambil tersenyum, napasnya tersengal-sengal “ dalem ayah . . “ jawab maryam. Melangkah menuju ayah dan ibunya di ikuti pula oleh rian yang mebuntut di belakangnya Mereka duduk bersama memandang matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat, bagaikan lukisan yang di lukis oleh pelukis handal dan agung sungguh amat sangat indah sunset sore itu “ maryam!” panggila ayah sembari mengelus-elus rambut putri kesayangannya Maryam mendongakkan wajah dan memandang wajah ayahnya “ ya ayah “ jawab maryam “ hari ini hari ulang tahun mu, kau mau di belikan apa untuk hadiah mu, insya Allah ayah sanggup memenuhinya “ ujar ayah “ maryam gak mau apa-apa, yang maryam inginkan hanya maryam ingin selalu bersama ayah, ibu dan ade ian, di dunia maupun di syurga-Nya nanti, yah “ jawab maryam dengan tulusnya

Maryam tersadar dari lamunanya, ketika pesanan hasan siap disajikan. Dia berjalan gontai menuju meja Hasan, pandangannya mulai berkunang-kunang dan gelap. Brugggh... *** Dia baru terbangun ketika dia mencium aroma obat, dan suasana ruangan yang serba putih, dengan selang infus ditangannya. Dia mendengar suara orang berbicara diluar, ia mengenal suara itu. “ maryam, aku tak menyangka gadis baik dan sholeha bisa mendapat cobaan yang berat seperti ini, yang aku tahu dia orangnya periang, tak sekalipun dia menunjukan raut sakit” “penyakit memang tak pandang bulu, entah itu anak pejabat, guru, dokter, maupun orang biasa. Kita sekarang harus lebih mejaga maryam, dan harus selalu membuatnya tersenyum, dengan itu dia dapat menjalani hidup penuh bahagia” “tapi, kenapa harus maryam yang kena kanker darah ini, kenapa gak aku saja” Maryam hanya termangu mendengar percakapan farid dan hasan, air mata mulai menetes dipipinya. Namun, dia harus tetap kuat demi inu dan adenya. Dia gak mau terpenjara oleh penyakitnya, dan dia harus merahasiakan keadaan dia sekarang dari ibu dan ayahnya, begitu pun dengan farid dan hasan.

Tunggu cerita lanjutannya yach.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih Bunda Mindi yang lebih kereen

08 Dec
Balas

Masyaallah kereen Bu

08 Dec
Balas



search

New Post