Nasrul Ngarif

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Literasi Berbuah Prestasi

Cinta Literasi Berbuah Prestasi

Orang tua kita dulu berpesan ‘jangan kau kejar dunia maka akan kelelahan dan tak dapat menggapainya, tapi kau kejarlah akherat maka kau akan mendapatkan keduanya dunia dan akherat. Pesan yang terdengar biasa dan apakah benar adanya? Dunia menurut beberapa ulama tasawuf adalah bayangan. Maka jika kita kejar tidak mungkin kita menggapainya dan akherat adalah jasad kita, maka kemanapun kita pergi dia akan selalu mengikuti kita walau kadang redup karena ada mendung, kurang jelas karena ada bayang-bayang lain yang juga mengikuti badan kita dan lain sebagainya. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan nasibmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash ayat 77). Jadi kebahagian, kenukmatan akherat dulu yang kita kejar sambil menikmati kebahagiaan ikhtiar (usaha di dunia) dan ibadah di dalamnya.

Cinta Literasi menjadi kunci kita menggapai kebahagiaan dunia dan akherat dengan tetap mendahulukan akherat. Wahyu yang pertama turun surah ke 96 ayat 1 adalah perintah literasi atau membaca. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (hal. 131), setidaknya ada lima arti membaca, yaitu; 1) melihat dan memahami apa yang tertulis, 2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, 3) mengucapkan, 4) mengetahui dan 5) menduga; memperhitungkan; memahami. Dengan kita gemar membaca jadi terbuka cakrawala pemikiran dan pengetahuan, menjadi tahu yang dianjurkan Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, baik untuk kebaikan, kesehatan, berkembangnya ekonomi, majunya usaha dan kebutuhan hidup lainnya. Bayangkan ketika seseorang kaya tapi tidak menguasai literasi ekonomi syariah yang memadai, niscaya dia bisa menjadi rentenir, menganggap hartanya adalah tidak ada hubungannya dengan kebaikan nasib orang lain, enggan berbagi untuk para miskin dan fakir bahkan yatim yang menjadi amanah untuk dibantunya. Bahkan ketika seseorang yang taat ibadah tidak berliterasi dengan baik bisa saja ibadahnya adalah dibimbing setan laknatulloh. Karena suatu ketika Nabi SAW mendatangi pintu masjid, di situ beliau melihat setan berada di sisi pintu masjid. Kemudian Nabi SAW bertanya, "Wahai Iblis apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Maka setan itu menjawab, "Saya hendak masuk masjid dan akan merusak shalat orang yang sedang shalat ini, tetapi saya takut pada seorang lelaki yang sedang tidur ini." Lalu Nabi berkata, "Wahai Iblis, kenapa kamu bukannya takut pada orang yang sedang shalat, padahal dia dalam keadaan ibadah dan bermunajat pada Tuhannya, dan justru takut pada orang yang sedang tidur, padahal ia dalam posisi tidak sadar?" Iblis pun menjawab, "Orang yang sedang shalat ini bodoh, mengganggu shalatnya begitu mudah. Akan tetapi orang yang sedang tidur ini orang alim (gemar literasi). Jadi syetan saja lebih takut dengan orang yang gemar membaca sehingga menjadi pandai dengan tetap bertumpu pada agama dari pada orang yang sedang beribadah.

Dengan kegemaran membaca, berliterasi yang cerdas, karena mohon maaf bahan literasi yang mendatangkan kesuksesan hidup juga perlu kita batasi hanya kepada bahan bacaan yang terkait dengan kebutuhan kita untuk menjadi survive dan sukses. Maka bahan-bahan bacaan yang tidak terkait dengannya, seperti pornografi, cerita-cerita mistis yang bisa menggoyahkan keimanan dan tauhid juga lainnya banyak sekali berseliweran di sekitar kita, yang justru dapat menghambat berkembangnya keilmuan dan pengetahuan. Dengan terus membiasakan secara istiqomah membaca dan selanjutnya menuangkan dalam ide tulisan walaupun mungkin harus bersabar karena butuh proses pastinya menjadi penulis yang professional dan tidak langsung berimbas positif dengan keadaan ekonomi, tapi karena ruh akherat yang dikedepankan, jihad keilmuan niatnya, mengikuti perintah Allah dan RosulNya untuk terus belajar walaupun sampai menjelang wafat atau diantar ke liang lahat. Yakinlah akan didapatkan dua buah yang bermanfaat untuk prestasi hidup dan kehidupan kita, khususnya mewariskan kebiasaan literasi kepada peserta didik di sekolah. Karena sudah pasti ketika guru hobby membaca maka murid cenderung akan mengikuti jejaknya. Berbeda dengan guru yang sedikit bahan literasinya maka akan kewalahan menghadapi anak didik khususnya generasi zellenial (gen Z) ini. Cinta literasi berbuah prestasi semoga menjadi pemicu ketertarikan kita berliterasi yang sehat, cerdas dan berorientasi pada kesuksesan. Aamiin.

Penulis : Nasrul Ngarif, Kebumen 10 Juni 1982, Guru PAI SMAN 40 Jakarta

Email : [email protected], WA : 081298231119

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

luar biasa, smg menang ustadz.

03 Sep
Balas

luar biasa, smg menang ustadz.

03 Sep
Balas

Terima kasih Bapak yang selalu membimbing dan support saya, salam literasi

03 Sep

Ustdz menang smg, biasa luar

03 Sep
Balas

Ahsantum Pak Iman. Salam qiroah : salam titerasi.

03 Sep



search

New Post