N SUPRIATI

Terlahir sebagai sulung dari lima bersaudara dengan nama pemberian orang tua, N. Supriati, tapi, memiliki nama panggilan Yeti. Dilahirkan pada tanggal 09 Septem...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENYIKAPI TAKDIR (Tantangan hari ke-73)

Menyikapi wabah corona yang semakin banyak memakan korban, butuh keikhlasan tersendiri. Kian hari berita yang beredar semakin membuat rasa takut . Ada dua sikap yang muncul menghadapi hal ini, yang pertama menganggap bahwa wabah ini kehendak Allah sudah tertulis siapa saja yang akan menjadi korban dari wabah corona. Yang kedua, menganggap bahwa adanya wabah virus corona merupakan kehendak Allah, supaya tidak menjadi korban dari virus berbahaya ini harus melakukan upaya menjaga diri (preventif), sebagai salah satu bentuk ikhtiar.

Ketika berhadapan dengan orang yang beranggapan bahwa tidak usah takut, semua sudah ada penulis skenarionya, yaitu Allah, mereka akan menghadapi semua yang sedang terjadi dengan santai, bahkan saking santainya dia akan melakukan semua aktivitasnya seperti biasa, tidak ada yang berubah seolah tidak terjadi apa-apa. Satu sisi untuk sikap tenangnya memang positif, tetapi untuk sikap yang berikutnya, tidak mengaggap virus ini ancaman dan berbahaya. Justru akan berbahaya bagi mereka. Penularan yang tidak diantisipasi akan sangat berbahaya bagi keselamatan dirinya.

Bagi orang yang menganggap bahwa wabah virus corona memang kehendak Allah, tetapi mereka harus berusaha dengan sekuat daya untuk tidak sampai menjadi korban. Dia akan melakukan tindakan preventif supaya tidak terpapar, misalnya menjaga pola hidup dan pola makan sehat, selalu membersihkan diri dan lingkungan, memperbanyak cuci tangan, memakai masker ketika ke luar rumah, tidak keluar rumah kecuali sangat terpaksa, menghindari keramaian dan kerumunan, dan sebagainya.

Bukankah sudah ada contoh yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW yang pada suatu kesempatan ada seseorang yang mengajak beliau berjabat tangan, tiba-tiba beliau melihat pada tangan orang tersebut ada penyakit menular, kemudian Rosulullah menarik tangannya (tidak jadi bersalaman). Ini merupakan salah satu contoh bahwa apabila kita tahu ada ada sesuatu yang membahayakan diri kita sendiri, maka alangkah bijak kalau kita hindari dari hal yang membahayakan tersebut.

Contoh lain ditunjukkan oleh Umar bin Khattab, salah satu khulafaurrasyidin, suatu ketika Umar membatalkan niatnya masuk ke daerah Syam yang sedang terserang wabah. Pusat wabah itu ada di sebuah kampung kecil bernama Amawas. Kampung itu terletak di antra daerah Ramallah dengan Baitul Maqdis. Konon wabah itu sampai menewaskan puluhan ribu orang. Tindakan seorang Umar bin Khattab ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga diri supaya tidak menjadi korban dari suatu wabah yang sedang merajalela.

(Villa Pamulang, 27 Maret 2020)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul sekali bun... Ikhtiar maksimal dan tawakal ilallah. Semoga kita semua diselamatkan Allah dari pandemi ini. Aamiin

28 Mar
Balas



search

New Post