nunung listyani

Nunung Listyani, Guru di SMP Negeri 2 Karangrejo Kab. Magetan Jawa Timur....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kasih Sayang Adik

Kasih Sayang Adik

Tidak seperti biasanya akhir akhir ini putri kecil saya telat pulang dari bermain dengan teman temannya. Kalau diingat ingat sudah seminggu sang putri telat pulang. Biasanya menjelang sholat Asyar putri saya sudah ada di rumah. Kami memang tinggal di kampung jadi fasilitas bermain putri saya juga fasilitas kampung seperti mainan pasar pasaran, petak umpet, lompat tali,kecikan dll. Bermain dengan teman temannya dilakukan putri saya setelah tidur siang sepulang sekolah dan biasanyamenjelang Asyar sudah pulang.

Penasaran dan was was tentu saja saya rasakan sebagai orang tua apalagi saya sebagai ibu. Mengingat juga usia putri saya yang biasa kami panggil adik saat itu baru sembilan tahun dan masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Saya coba bertanya pada teman temannya bermain ke mana adik setiap hari pulang telat, dan teman temannya tidak ada satupun yang mengetahui ke mana adik bermain.

Setiap ditanyapun adik juga tampak tidak jujur seperti menyembunyikan sesuatu dan kelihatan takut. Saya berharap tidak terjadi apa apa pada putri bungsu saya ini, yang bisa dibilang sesuatu yang mengkhawatirkan. Yang membuat saya agak lega karena kami tinggal di kampung, dan masyarakat di kampung kami masih sangat peduli satu sama lain.

Hari itu untuk menghilangkan rasa penasaran dan rasa was was, dengan sembunyi sembunyi saya menguntit ke mana putri saya bermain. Rasa penasaran dan rasa was was semakin bertambah ketika saya lihat putri saya tidak mendatangi teman temannya bermain, adik hanya mendekati teman temannya sebentar lalu pergi.

Saya coba terus mengikuti adik dengan jalan kaki untuk memudahkan saya sembunyi apabila adik menoleh ke belakang, sementara adik naik sepeda kecilnya. Saat itu saya tak ubahnya seperti aktor film detektif James Bond 007 favorit saya.

Sampailah adik pada sebuah rumah mungil dan terlihat sepi. Setelah menyandarkan sepeda kecilnya adik langsung masuk ke dalam rumah tersebut. Rumah itu milik Mbok Yul, kami biasa panggil begitu, dan keluarganya.

Setiap hari Mbok Yul dan suaminya selalu pergi ke sawah sebagai buruh tani. Sementara anak anaknya sudah mempunyai keluarga dan tidak tinggal di rumah itu. Setahu saya hanya seorang anak gadis namanya Nur yang masih tinggal dengan Mbok Yul dan suaminya, dan Nur, anak gadis Mbok Yul itu maaf cacat pada kakinya dari lahir dan tidak bisa berjalan.

Setelah beberapa saat terdengar suara tangis bayi yang sangat kencang dari rumah Mbok Yul, dan itu cucunya Mbok Yul anak dari Nur yang baru saja melahirkan kurang lebih sebulan. Dan malangnya saat hamil tiga bulan, suaminya Nur atau menantunya Mbok Yul meninggal karena kecelakaan.

Akhirnya keberadaan saya menguntit adik di rumah itu dilihat oleh Nur. Dengan wajah tampak ketakutan Nur hendak memanggil adik yang ada di kamar dan juga hendak memberi penjelasan pada saya, namun secepatnya saya larang karena saya ingin tahu apa yang dilakukan dan dikerjakan adik di rumah itu.

Dan alangkah kagetnya saya melihat apa yang dikerjakan putri saya di rumah Mbok Yul, ternyata adik memandikan bayi mungil berumur satu bulan anaknya Nur.

Setiap gerakannya dalam memandikan bayi mungil itu saya perhatikan dengan penuh takjub. Tangannya yang masih kecil mengusap kepala dan rambut si bayi dengan air, kemudian mengusap badan bayi mungil itu dengan menggunakan washlap. Setelah memberinya sabun diangkatnya badan bayi mungil itu dan dimasukkan ke bak kecil yang berisi air. Dengan pelan dan penuh kelembutan putri saya memandikan bayi mungil itu dengan tenang, layaknya seorang ibu yang memandikan anaknya.

Ada rasa was was, khawatir, takjub dan juga terharu dalam menyaksikan apa yang dilakukan adik itu. Ya, adik yang baru berumur sembilan tahun dan baru kelas dua SD, mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dan dilakukan seorang ibu atau wanita dewasa, yaitu memandikan bayi yang baru berumur satu bulan.

Setelah selesai dalam memandikan bayi mungil itu, saya dekati dan saya peluk putri saya dengan penuh rasa haru. Dia sangat terkejut dan merasa ketakutan melihat saya ada di sampingnya. Dengan terbata bata adik memanggil saya “mama’. Melihat saya tersenyum putri saya merasa lega dan ceria, kemudian saya ajak pulang karena sudah sore dan waktunya mandi dan sholat Ashar.

Setelah mandi dan sholat Asyar putri kecil saya mulai bercerita, “ Adik kasihan sama Mbak Nur, ma.”

“Mbak Nur tidak bisa memandikan adik bayinya, kan kasihan adik bayi nanti tidak mandi, makanya adik bantu memandikan adik bayi mbak Nur,” “ Mbah Yul sama Mbah Kung pulang dari sawah sudah sore, ma.”celoteh putri mungil saya yang biasa kami panggil adik itu dengan tak hentinya seperti minta persetujuan saya.

Mendengar penjelasan dan celotehannya saya hanya tersenyum, dan sambil saya peluk saya jelaskan, “bukan berarti mama tidak suka atau tidak setuju adik membantu Mbak Nur memandikan bayi kecilnya, tapi apa yang dilakukan adik itu sangat bahaya sekali karena adik bayi masih sangat lembut tulangnya.” Jadi yang megang adik bayi harus orang dewasa yang sudah bisa pegang kuat.” : Adik juga sudah kuat, Ma, jadi boleh ya,” tawarnya. Saya pun mengangguk dan menyetujui permintaan putri kecil saya, “ tapi ada syaratnya harus sama mama.” Dan putri saya pun tersenyum senang. Dan saat itu juga saya jelaskan pada putri saya, “ bahkan mama saja tidak berani memandikan adik sampai adik berumur tiga bulan, dan sebelum umur tiga bulan adik yang memandikan papa,” jelas saya.

Sejak hari itu saya selalu menemani adik dan ikut membantu Mbak Nur memandikan adik bayinya, tentu saja saat orang tua Mbak Nur tidak di rumah dan belum pulang dari sawah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terima kasih pak

03 Jan
Balas

Tulisan keren Bu Nunung. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu. Amin.

15 Sep
Balas

Subhanallah...si kecil yang istimewa....nangis aku Bun..membaca tulisan ini..putri yang istimewa... memposisikan diri mau membantu orang yang kesulitan....salam Literasi..sukses selalu.peluk cium untuk si kecil yang istimewa itu Bunda...

03 Jan
Balas



search

New Post