Nunung Nuraida

Saya adalah guru Bahasa Inggris di SMK al muslim. Sangat menyenangi membaca, khususnya novel, dan sedang menikmati menulis. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Izinkan Saya Menyuntingmu...
Teman seperjuangan

Izinkan Saya Menyuntingmu...

Ruang aula yang kami masuki masih lengang. Ada belasan meja bundar yang dikelilingi kursi-kursi berwarna merah menyala. Namun, baru empat meja yang berpenghuni. Kami bukan yang pertama hadir ternyata. Sudah ada guru-guru hebat yang sangat semangat untuk mengikuti pelatihan kali ini.

Kami berjalan santai sambil memilih-milih meja dan kursi yang akan kami duduki. Sedikit diskusi, kami pun memutuskan untuk mengambil meja paling tengah. Supaya terlihat lebih jelas menjadi satu alasan mengapa kami memilih meja tersebut. Kamipun duduk mengitari meja. Sambil menunggu kehadiran peserta pelatihan lainnya, kami berbincang-bincang sambil bersenda gurau. Tawa riuh kami berhenti tatkala kami menyadari bahwa hampir semua meja dan kursi yang tersedia dipenuhi seluruh peserta.

Tak lama, pembawa acara mulai memandu acara pelatihan yang bertajuk “Pelatihan Kelas Editor Buku” ini. Ya, pelatihan kali ini mengusung tema tentang bagaimana kita menyunting tulisan kita sendiri. Jika kami dianggap sudah mampu, tidak menutup kemungkinan bahwa kami diminta untuk menyunting tulisan orang lain.

Penyuntingan merupakan proses yang tidak bisa dihindari ketika kita menulis. Hal ini penting karena pada dasarnya tak ada naskah yang tak retak. Tak ada naskah yang sempurna. Bisa dikatakan bahwa ini adalah pelatihan yang cukup berat. Menjadi editor tentu bukan perkara mudah. Menurut Pak Eko Prasetyo, narasumber kami, butuh kesabaran, ketabahan dan ketahanan fisik dan mental untuk bisa menyunting sebuah tulisan. Mengapa? Karena tingkat keretakan sebuah tulisan berbeda-beda. Ada yang retaknya sedikit hingga proses penyuntingan hanya butuh waktu sedikit. Namun, tidak sedikit tulisan yang butuh proses penyuntingan yang lebih lama.

Satu hal yang pasti adalah seorang editor itu harus memahami semua seluk beluk ketatabahasaan. Untuk itu setiap editor wajib mengunduh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai panduan dia dalam menyunting. Selain pengetahuan ketatabahasaan, kejujuran juga penting. Jujur disini adalah ketika seorang editor menerima naskah namun tidak menguasai materinya, dia bisa mengembalikan naskah tersebut. Jika dia memaksakan diri untuk tetap menyunting, hasilnya tentu tidak maksimal.

Itu hanya sebagian kecil dari hal-hal yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang editor. Masih banyak hal yang membuat pekerjaan penyuntingan tidak sederhana. Bahkan, Pak Eko sering berguyon dengan mengatakan "Kalau Anda ingin jadi editor, maka siapkan obat-obat sakit kepala."

Siap tidak siap, saya harus bisa bilang, "Izinkan saya menyuntingmu, wahai naskah."

Penulis adalah peserta Pelatihan Kelas Editor Jakarta.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post