Subhanallah. Ternyata pagi ini sangat cerah ya. Masih pukul 5, tetapi cahaya matahari sudah mulai menerangi langit di atas rumahku. Rumah paling pojok di salah satu gang. Yang kebanyakan tetangga enggan bertandang karena takut.

Ya, takut ada yang lihat dari atas pohon-pohon bambu yang berdiri tegak tepat di samping kiri rumahku. Ah, terlalu banyak nonton film horor rupanya mereka ini. Yang pasti, rumah pojokku ini adalah surga kami di dunia. Bersama keluarga kecilku, kami mengisi hari-hari indah kami di sini.

Keluarga kecil? Yup, karena memang suamiku berperawakan kecil. Tingginya pun cuma berbeda 5 senti lah dariku. Badannya juga bisa dibilang gak gemuk. Standar SNI dia selalu bilang. Anak pertama, lanang. Bisa dibilang kecil karena tubuhnya kurus tapi memang sangat tinggi.

Di usianya yang baru 13 tahun, tingginya mencapai sekitar 160 sentimeter. Tepatnya aku belum hitung. Udah gak mau diajak ke posyandu sih. Anak kedua, gadis mungil yang baru berusia 3 tahun. Anak gadis yang lucu, aktif, menggemaskan. Saking aktifnya, naik pagar tetangga itu sudah biasa. Loncat sana loncat sini seperti belatung nangka. Senang sekali bernyanyi sampai teriak-teriak bikin pening kepala. Tapi kalau ikut kata iklan “ga ada dia, ga rame!”

Lalu aku? Kecil juga? Iya dong. Dibandingkan Nunung Srimulat, aku masih lebih kecil lah. Nama aja yang sama. Dia ngikutin aku sepertinya. Tapi lumayan juga ya. Ada nama Nunung yang jadi artis, namaku jadi ikut tenar. Sebenarnya aku juga gak kalah tenar sih.

Mungkin sudah ribuan orang yang mengenalku. Bahkan berjabat tangan denganku pun sudah tak terhitung jumlahnya. Gak cuma sekali, ratusan bahkan. Gak percaya? Jangan. Nanti jadinya musyrik. Percaya hanya sama Allah SWT saja. :D

Tapi bener kok! Dengan jam mengajar yang sudah belasan tahun, ribuan anak didik yang pernah diajar, wajar saja kalau aku juga setenar Nunung Srimulat itu. Bedanya kami ada di dunia yang berbeda.