Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)
Menyusun Praktik Baik (Best Practice)
menggunakan metode STAR (Situasi Tantangan Aksi Refleksi Hasil dan Dampak)
"Penerapan Model Pembelajaran PJBL untuk Meningkatkan Pengetahuan
dan Keterampilan Berpikir Kritis Beorientasi HOTS
pada Materi Bioteknologi"
Penelitian ini berlokasi di SMP Islam Al Ikhlas Jakarta, pada tanggal 19 Januari dan 22 Januari 2024. Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
Meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pengetahuan siswa berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS) melalui model pembelajaran inovatif Project Based Learning (PJBL).
I. Situasi
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah serta pengamatan yang terjadi di sekolah SMP Islam Al Ikhlas pada aktivitas pembelajaran ditemukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA masih kurang. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa indikasi sebagian siswa belum mampu menyelesaikan soal HOTS (High Order Thinking Skill). Hal ini terlihat dari aktivitas siswa dalam pembelajaran seperti:
1. Siswa belum terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran (teacher centered).
2. Siswa kurang terlatih dalam menyelesaikan soal berorientasi HOTS bersifat kontekstual, penalaran, argumentasi dan kreativitas.
Berlandaskan pada fakta lapangan tersebut, maka penulis sekaligus guru IPA mengembangkan temuan tersebut pada peneraoan aktivitas kegiatan PPL siklus 2. Setelah dieksplorasi dan dianalisis baik melalui kajian literatur dan wawancara ditemukan bahwa yang menjadi akar penyebab masalah adalah minimnya pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis siswa berorientasi HOTS. Sehingga diperlukan strategi penggunaan model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis siswa. Krulik dan Rudnick (1999) membagi keterampilan berpikir ke dalam empat tingkat: 1) menghafal (recall thinking); 2) dasar (basic thinking); 3) kritis (critical thinking); dan kreatif (creative thinking). Berkaitan dengan berpikir kritis Anderson dan Krathwohl dalam (Ditjen GTK Kemendikbud, 2019) mengategorikan kemampuan proses menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating) termasuk berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa berpikir kritis merupakan proses mental yang melibatkan aktivitas kemampuan berpikir tingkat tinggi yang meliputi kemampuan proses menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating) hal ini dapat dibiasakan dalam proses pembelajaran.
Sementara berdasarkan hasil survey diagnostik yang dilakukan penulis pada awal tahun ajaran 2023/2024 pada bulan Juli lalu ditemukan sekitar 17,5% siswa dengan gaya belajar mendengar dan menulis. Sementara 45,6% siswa kelas IX SMP Islam Al Ikhlas lebih menyukai gaya belajar dengan visual seperti melihat gambar maupun video pembelajaran.
Hal ini menunjukan bahwa peran teknologi mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar dan menjadi daya tarik siswa. Sementara menurut wawancara ahli, Bapak Syarif Hidayat, M.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMP Islam Al Ikhlas guru perlu menerapkan strategi pendekatan pembelajaran yang mendorong berpikir kritis dan kreatif sehingga pertanyaan atau pernyataan dapat membiasakan siswa dengan soal tingkat HOTS. Menurut pendapat ahli dan hasil survey sejalan dengan pendapat Budiartia, dkk., (2018: 103) bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal berbasis HOTS hendaknya guru mengubah pola pembelajaran secara komprehensif yang berbasis pada kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berbasis aktivitas. Di sisi lain yang dimaksud dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS) ini meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir, menganalisis, kemampuan beragumen, dan kemampuan mengambil keputusan. Sementara referensi lain menyatakan bahwa pembelajaran dengan model Project Based Learning (PJBL) efektif daripada model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar berupa kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa.
Berdasarkan landasan permasalahan tersebut, maka melalui praktik baik ini penulis sekaligus guru IPA menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal HOTS. Melalui penggunaan model PJBL dengan dipadukan metode eksperimen diharapkan siswa dapat mengalami pengalaman belajar dan menjadi lebih termotivasi sehingga aktivitas atau proyek yang dilaksanakan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Dalam penerapan penulis juga menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi multimedia dengan aplikasi canva. Media yang diberikan menambah ketertarikan peserta didik untuk menyimak konten yang ditayangkan. Sejalan dengan pernyataan (Noviyanto et al., 2015) bahwa materi yang bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara konkret dapat menggunakan media video agar siswa dapat memahami isi materi dengan mudah. Selain itu, model PJBL juga diintegrasikan dengan metode eksperimen dapat memberikan pengalaman kepada siswa tentang pembelajaran dan praktik dalam mengorganisaikan proyek serta meningkatkan kreatifitas. Dalam pembelajaran berbasis HOTS sangat penting penggunaan LKPD. Selain untuk mengarahkan kegiatan, LKPD juga dapat membantu penalaran berpikir kritis dan mandiri peserta didik dalam berkreasi dan berpetualang untuk mengerjakan sesuai langkah-langkah petunjuk LKPD. Maka dari itu penggunaan LKPD sangat cocok dipadukan dengan model pembelajaran berbasis HOTS dan inovatif seperti PJBL.
B. Manfaat Praktik
1. Sebagai alternatif solusi atau inspirasi baik bagi rekan guru IPA dan guru lainnya yang mengalami permasalahan yang sama dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran inovatif PJBL dengan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung adalah Sintaks model pembelajaran Project Based Learning ada enam tahap yaitu; 1) penentuan pertanyaan mendasar (start with essential questions), 2) mendesain pelaksanaan proyek (design a plan for the project), 3) menyusun jadwal (create a schedule), 4) memonitor siswa dan kemajuan proyek (monitor the students and the progress of the project), 5) menguji hasil (asses the outcome), dan 6) mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience) sehingga berdampak pada perbaikan pembelajaran di kelas yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi pendidik.
2. Praktik pembelajaran ini dapat memotivasi saya sendiri untuk mendesain pembelajaran yang kreatif dan lebih inovatif, serta praktik pembelajaran yang lebih baik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa.
C. Peran dan Tanggung jawab Penulis
1. Sebagai perancang pembelajaran, seperti mendesain pada perangkat pembelajaran seperti RPP, Bahan ajar, LKPD, asesmen serta media pembelajaran.
2. Pelaksana pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat menerapkan model PJBL di dalam kelas sesuai sintaknya.
3. Fasilitator yaitu membimbing dan mengarahkan (mendorong) siswa untuk lebih aktif sehingga memberikan kemudahan dalam kegiatan belajar.
4. Motivator yaitu dapat mendorong minat siswa dalam belajar, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
II. Tantangan
1. Guru membutuhkan waktu dalam menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKPD berbasis PJBL, Media, Asesmen dan bahan ajar dengan baik dan sesuai kebutuhan. Pada proses penyusunan perangkat pembelajaran ini juga membutuhkan masukan dan saran dari guru, dosen pembimbing serta guru pamong untuk memaksimalkan penyusunan dan disesuaikan dengan permasalahan.
2. Dalam penerapannya di kelas terjadi kendala waktu pada sintak keempat memonitor dan kemajuan proyek yang dipadukan dengan metode eksperimen serta pada sintak kelima (menguji hasil). Hal ini membuat guru harus menambah waktu siswa dalam menyelesaikan aktivitas tersebut.
3. Pada proses pembelajaran dalam berdiskusi masih terdapat beberapa siswa (kurang dari 3 orang) kurang percaya diri dalam menyampaikan gagasan atau pendapat hal ini ditunjukan dari hasil penilaian unjuk kerja.
4. Hasil pengetahuan (kognitif) asesment of learning didapatkan 4 siswa yang mendapatkan hasil di bawah KKM (78).
Sementara, pihak-pihak lain yang terlibat pada pelaksanaan dan penyusunan proses pembelajaran ini, diantaranya:
1. Siswa kelas IX-D: Sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran IPA.
2. Rekan Guru: Tia Suhaila, S. Pd dan Mazurwin, S.Ag (dokumentasi), Ellin, S.Pd (Observer).
3. Kepala sekolah (Indra Fithra Wirawan, M.Pd) sebagai penanggung jawab dalam setiap aktivitas belajar yang di laksanakan di satuan pendidikan.
4. Mudmainah Vitasari, M.Pd selaku Dosen dan Faiz Rifa’I, SP selaku guru pamong yang membimbing dan mengarahkan pada proses kegiatan PPL Siklus II.
III. Aksi
A. Langkah-langkah
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai guna mencapai tujuan yang ingin dicapai seperti bahan ajar multimedia dan LKPD berbasis PJBL.
2. Perlunya manajemen waktu dan penyesuaian aktivitas agar waktu berjalan sesuai dengan yang disepakati.
3. Memotivasi siswa yang kurang percaya diri dengan memancing pertanyaan stimulus sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan memberikan apresiasi bila siswa tersebut sudah dapat mengemukakan pendapat atau gagasan sekecil apapun.
4. Dalam assessment of learning untuk 4 siswa yang memiliki nilai dibawah KKM dapat dilakukan remedial (perbaikan) di luar kegiatan pembelajaran.
B. Strategi
1. Membuat rencana pembelajaran secara menyeluruh, mengorganisasi siswa secara berkelompok dan memberi instruksi pengisian LKPD agar siswa dapat mengerjakan LKPD dengan baik dan terarah.
2. Menggunakan model Project based Learning dalam pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis teknologi (TPACK). Selain itu metode eksperimen membuat siswa terlibat sepenuhnya dalam pelaksanaan proyek.
3. Memberikan instruksi (briefing) sebelum tahapan pembelajaran PJBL dilaksanakan, menginformasikan aspek penilaian dan membimbing serta memonitor siswa jika mengalami kesulitan dalam aktivitas belajar.
4. Menginformasikan siswa terkait pemanfaatan aplikasi Quizizz dalam melakukan asesmen di akhir pembelajaran dan memberi penguatan materi sebelum pelaksanaan tes.
C. Proses
(Sintak 1: Pertanyaan mendasar)
1. Siswa mengamati bahan makanan yang dibawa oleh guru seperti kedelai, susu, dan singkong yang berkaitan dengan bioteknologi.
2. Kemudian setiap kelompok diberikan LKPD berbasis PJBL dan membaca literasi terkait materi pengantar Bioteknologi
3. Siswa mengemukakan pendapatnya sementara siswa lain menyimak.
4. Setiap kelompok berdiskusi untuk mengidentifikasi bahan yang dibawa oleh guru dan membuat pertanyaan mendasar yang dituangkan ke dalam LKPD.
(Sintak 2: Mendesain proyek)
1. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk memilih 1 topik dari produk bioteknologi dari bahan mentah yang dibawa oleh guru. Terdapat 3 alternatif yaitu pembuatan yoghurt, tape singkong dan keju.
2. Setiap kelompok mendesain perencanaan proyek meliputi: alat dan bahan, Langkah kerja baik pembuatan yoghurt, tape maupun keju sesuai dengan tema projek masing-masing.
3. Siswa dapat melakukan membaca buku, mencari informasi di web terkait tutorial pembuatan produk.
4. Guru dan siswa membicarakan dan menyepakati berbagai hal dalam proses penyelesaian proyek.
(Sintak 3: Menyusun jadwal)
1. Masing-masing kelompok membuat rencana kerja, jadwal dan pembagian tugas dalam kelompok.
2. Penyelesaian proyek yang harus diikuti semua anggota kelompok serta orang yang bertanggung jawab.
(Sintak 4: Memonitor dan kemajuan proyek)
1. Siswa melaksanakan proyek secara kelompok sesuai dengan tugas masing-masing.
2. Terdapat siswa yang mendokumentasikan proses pembuatan produk bioteknologi.
3 Siswa dapat mengambil bahan-bahan yang tersedia untuk membuat produk yang sudah dipilih.
4. Guru memonitor peserta didik untuk menyelesaikan setiap proses dalam proyek melalui pengamatan pada saat kegiatan berlangsung.
(Sintak 5: Menguji Hasil)
1. Pemaparan studi kasus produk biotek modern oleh setiap kelompok.
2. Setiap kelompok melakukan presentasi hasil proyek yang sudah di laksanakan.
3. Perwakilan siswa pada kelompok lain dan guru menilai produk yang dihasilkan oleh setiap kelompok (kualitas produk) dan memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman baik pada proses pembuatan yoghurt/ tape/ keju.
4. Kelompok presentasi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dan rekan kelompok lainnya berkaitan dengan produk yang telah mereka buat.
5. Guru menilai laporan pembuatan produk dari masing-masing kelompok.
6. Guru memberikan saran-saran agar produk yang dihasilkan lebih baik
(Sintak 6: Mengevaluasi Pengalaman dan Refleksi)
1. Siswa bersama guru melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dilaksanakan.
2. Guru melakukan penilaian terhadap seluruh aktivitas peserta didik yang dilakukan dengan mengacu pada rubrik penilaian.
3. Siswa bersama kelompoknya melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan pada LKPD.
4. Setiap siswa akan melakukan penilaian kepada rekan siswa lainnya melalui rubrik penilaian yang disediakan oleh guru.
Adapun beberapa sumber daya yang diperlukan yaitu:
1. RPP dan lembar observasi penilaian sikap (afektif) serta keterampilan (psikomotorik)
2. Bahan ajar: Buku paket, LKPD berbasis PJBL
3. Laptop, Infocus, sound, Smart TV, pointer dan gawai, wifi
4. Media pembelajaran: multimedia (slide, video pembelajaran), aplikasi Canva, Quizizz, Google form, Mentimeter, Google site.
5. Alat dan bahan eksperimen seperti kompor, panci, sutil, saringan, pisau, talenan, kain lap, tumbler, daun pisang, singkong, susu, lemon, lemari pendingin.
6. Sumber daya manusia seperti kompetensi siswa dan guru.
IV. Refleksi Hasil dan Dampak
Penerapan model PJBL dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berpikiri kritis siswa berorientasi HOTS efektif diterapkan, hal ini terlihat dari:
1. Hasil refleksi pembelajaran yang dilakukan dapat disimpulkan prosentase siswa 100% senang dengan pembelajaran model Project Based Learning kegiatan tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis siswa sesuai tujuan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran berbasis PJBL membuat siswa lebih terlibat aktif untuk menyelesaikan segala aktivitas yang ada pada LKPD. Sesuai dengan pendapat Yuliana pengembangan LKPD menggunakan model pembelajaran Project Based Learning untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi Bioteknologi. Pentingnya penanaman keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan dan mengendalikan masalah sosial yang terjadi dengan cara mampu membuat konsep, menganalisis dan memecahkan masalah . Melalui aktivitas yang dilakukan diharapkan meningkatkan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS. Dari hasil merancang laporan proyek diperoleh data sebagai berikut:
Sebesar 100% siswa mampu merancang laporan hasil proyek dengan menganalisis permasalahan, mengevaluasi dan menciptakan suatu produk. Hal ini menunjukan pengetahuan siswa dalam berpikir kritis telah mengalami peningkatan. Optimalisasi penggunaan teknologi pembelajaran di dalam kelas (seperti multimedia serta Quizizz) memfasilitasi gaya belajar audio visual siswa dan membuat siswa lebih mudah memahami konsep. Keterampilan siswa membuat laporan melalui slide canva merupakan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan abad 21 dalam hal pemanfaatan teknologi (TPACK). Sementara itu di akhir kegiatan pembelajaran asessment of learning dilakukan dengan aplikasi Quizizz. Guru memberikan 5 soal kategori HOTS (C4-C6). Mereka merasa senang mengerjakannya karena fiturnya menarik seperti games. Berikut data hasil asesmen siswa:
Sebesar 82 % siswa tuntas mengalami peningkatan dalam menyelesaikan soal HOTS pada mata Pelajaran IPA. Sementara 4 orang siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimal 78. Berdasarkan hasil analisis butir soal yang dilakukan penulis ke empat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal HOTS kategori C4. Di mana soal tersebut menganalisis perbedaan prinsip dasar bioteknologi konvensional dan modern. Setelah dilakukan wawancara dengan siswa mereka kurang teliti dalam menjawab soal dan tidak mau membaca secara keseluruhan informasi yang tertulis dalam soal. Hal ini menjadi catatan bagi penulis agar terus mengembangkan soal kategori C4 untuk melatih dan membiasakan siswa.
2. Keaktifan siswa dalam berdiskusi merupakan salah satu indikator percaya diri, proses siswa mendesain dan mengerjakan proyek merupakan indikator kreatifitas siswa sementara kemandirian siswa dapat terlihat dalam menggali informasi serta memecahkan permasalahan merupakan faktor peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil unjuk kerja yang dilakukan oleh guru pada saat assessment for learning diperoleh data berikut:
Dari hasil pengamatan terlihat 19 siswa memiliki kemandirian yang sangat baik, sementara 3 siswa kemandirian yang baik. Untuk kreatifitas sebanyak 19 siswa kemampuannya sangat baik, sementara 3 siswa memiliki kemampuan baik. Dalam hal sikap percaya diri 7 siswa memiliki kemampuan sangat baik, 8 siswa kemampuan baik, 4 siswa kemampuan cukup baik sementara 3 siswa masih kurang. 3 siswa yang masih kurang percaya diri hal ini ditunjukan mereka belum aktif dalam kegiatan berdiskusi dan guru selalu memancing nama siswa untuk dapat menyampaikan gagasan/jawaban. Setelah dilakukan pendekatan oleh guru ternyata ia mengalami ketidak percayaan diri dalam mengemukakan pendapat dikarenakan dua orang siswa pada pertemuan sebelumnya tidak hadir sehingga belum menguasai konsep materi yang dibahas dan seorang siswa merasa tidak percaya diri karena sulit merangkai kata.
Respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan
1. Kepala sekolah merespon positif strategi pembelajaran yang dilakukan karena dapat melaksanakan model pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan bersifat kontekstual sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Dari teman sejawat terkait aksi yang telah dilakukan sangat baik dan mendukung. Menurut mereka pembelajaran lebih interaktif dan student center dapat menjadi referensi model pembelajaran dilingkungan sekolah dengan mata pelajaran yang berbeda.
3. Dari siswa mereka merasa senang dan menambah pengalaman belajar mereka dalam mendesain sampai membuat produk.
Faktor keberhasilan dari pelaksanaan ini diantaranya:
1. Pemilihan model pembelajaran yang inovatif PJBL mampu membuat siswa menjadi interaktif (terlibat aktif) dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis berorientasi HOTS pada materi Bioteknologi.
2. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS meningkat.
Selain keberhasilan ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan:
1. Perlu adanya manajemen waktu pada sintak PJBL (menguji hasil).
2. Memberikan remedial kepada siswa yang mendapatkan hasil tes di bawah KKM.
3. Memotivasi siswa yang masih belum percaya diri dalam menyampaikan gagasan.
Kesimpulan keseluruhan proses pembelajaran adalah:
1. Pemilihan model pembelajaran yang inovatif PJBL dengan media pembelajaran berbasis teknologi dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa berorientasi HOTS.
2. Metode eksperimen dapat membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran (student centered) dan melatih siswa dalam menyelesaikan persoalan berorientasi HOTS bersifat kontekstual, penalaran, argumentasi dan kreativitas.
3. Guru dapat lebih kompeten dalam merancang pembelajaran (Bahan ajar, RPP, LKPD, dan media yang dipakai) sesuai dengan kebutuhan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dariyo Soleh,.2021,‘Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning melalui Google Classroom dalam Pembelajaran Menulis Teks Prosedur’, Jurnal Karya Ilmiah Guru, Vol. 6, No. 2, h. 140.
F. Ramadhani. 2020, ‘Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Pembelajaran Daring Di Kelas IX SMP, Jurnal Pelita Pendidikan, vol. 8, no. 4, h. 242.
Islah K, dkk. 2021, Pengembangan LKPD Berbasis Project based Learning’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Sains, vol. 1, no.2, h. 71
Kastrifani, dkk. 2021, ‘Analisis Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soalhots Pada Pelajaran IPA Kelas V MIN 25 Aceh Utara’, Journal of Primary Education, vol. 02, no. 02, h. 69.
M. Setyawan dan Heny. 2021, ‘Pembelajaran Problem based learning Terhadap Berpikir Kritis Peserta Didik Sekolah Dasar’, Jurnal Mimbar PGSD Undiksha. Vol. 9, No. 3, pp. 490
Neneng Eliana .2020,‘ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Ipa Berorientasi HOTS’, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol 11, No. 02, h. 172 < https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpd/article/view/18675>
NK Hidayati; Suhartono; Wahyudi. 2023. ‘Analisis Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal IPA Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada Materi Gaya dan Gerak di Kelas IV SD Negeri Winong Tahun Ajaran 2021/2022’, Jurnal Ilmiah Kependidikan, vol. 11, no. 01, hal. 200-204.
Tiok Setiawan, dkk. .2022,‘Analisis Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning dan Problem Based Learning pada Peserta Didik Sekolah Dasar’,Jurnal Basic Edu, Vol. 6, No. 6, h.9740
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar