"Ada hal penting, harus datang sekarang! kagak pake koma langsung titik" ucap Farah sambil mengucap salam dan langsung mematikan gawainya. Jujur aku sedikit bingung dengan sikap temanku itu. Aku penasaran dan berniat memenuhi ajakannya yang sepertinya memaksa,  toh hari ini juga tidak ada kerjaan dan sendirian di kosan juga bosan, pikirku.

Aku dan Farah dekat sejak S1, pertemuan kami tanpa sengaja berawal dari ospek fakultas. Bersambut  baik ternyata kami satu prodi, Manajemen dakwah. Kedekatan kami nyaris seperti saudara. Berdikari sendiri diperantauan membuat jiwa anak rantau kami merasa senasib sepenanggungan..hihi. 

Usai beres beres kosan, aku langsung menuju rumah Farah yang sebenarnya tidak jauh dari kosanku. Kulihat daun pintu rumah mereka terbuka lebar, ada sepeda motor asing didepan rumah.  Aku mengucap  salam dan langsung masuk. Kudengar suara tawa yang saling bersahutan di ruang tamu. Aku menuju kearah tempat mereka ngumpul sepertinya ramai.  "Sini gabung" ajak Farah kearahku dan melambaikan tangan. "Lah..itu kan Sardi?" Ucapku membathin. Kulihat lagi kearah lelaki berbaju hitam yang duduk disamping suami Farah. "Ia benar itu Sardi teman sekelas kita dulu" Ucap Farah dengan senyum senyum tak jelas kearah ku sambil mengedip ngedipkan matanya seperti ngasi kode (entah kode apa, kode sandal kali ya? hehe). Saat itulah pertemuan pertama kami setelah 9 tahun usai kuliah di UIN SU (waktu itu masih IAIN SU) tanpa pernah saling kontak dan hari ini aku resmi menjadi istri dari teman sekelasku yang tak jarang aku ejek dan aku candain  sewaktu kuliah. Sardi suamiku maafkan aku yang dulu. 

Panyabungan, 08 Juli 2020