Nur'ainun Ritonga

Nur'ainun Ritonga putri dari pasangan Nurli Ritonga dan Naski Tanjung. Lahir di Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 12 September 1991. Menikah dengan Samsu...

Selengkapnya
Navigasi Web
'TORTOR'
Manortor Dalam Acara Pesta Pernikahan Di Padang Bolak, Padang Lawas Utara. SUMUT

'TORTOR'

Sumatera Utara salah satu provinsi yang penduduknya multietnis, diantaranya Batak, Nias, Melayu yang merupakan penduduk asli, perantau suku Jawa dan Tionghoa yang bermigrasi di masa penjajahan.

Dikarenakan penduduk yang multietnis, tak heran jika budaya, adat dan bahasa juga demikian beragam.

Tortor salah satu tarian adat suku Batak Sumatera Utara. Kata "Tortor" diambil dari bunyi hentakan kaki "tor" "tor" para penari, sedangkan kegiatan membawakan tarian ini disebut "Manortor".

Dalam adat Batak, kegiatan Manortor dilaksanakan dalam berbagai moment diantaranya, pada acara pernikahan.

Selain media televisi, internet dan berbagai sumber informasi yang menampilkan berbagai seni tarian, adanya kebiasaan merantau berbagai suku di Indonesia, menjadi salah satu faktor dikenalnya tarian "Tortor" di berbagai luar daerah Sumatera Utara bahkan Mancanegara. Masyarakat Batak diperantauan dengan bangganya menampilkan tarian "Tortor" di berbagai perhelatan, sehingga tidak sedikit para suku luar Sumatera Utara bahkan turis tertarik untuk belajar tarian tersebut.

Lebih dari sekedar tarian yang memiliki nilai seni yang diiringi dengan Gendang atau oleh masyarakat Batak disebut "Gondang", serta seruling dan gong, setiap gerak geriknya juga sebagai media komunikasi, kalimat_kalimat nasehat dan pesan yang dikemas menjadi sebuah lagu dan syair atau yang disebut dengan " Onang_onang", sedangkan yang membawakan "Onang_onang" disebut dengan "Paronang_onang".

Berkembang pesatnya informasi, budaya dan adat seiring dengan majunya teknologi, kiranya tarian "Tortor" yang merupakan tarian adat Batak Sumatera Utara tetap terjaga eksistensinya.

Adapun usaha yang perlu dilakukan diantaranya, harus adanya peran orangtua, bidang akademisi, seperti sekolah, kampus, guru dan dosen serta masyarakat dalam mengenalkan tarian adat tersebut kepada generasi muda, agar tarian adat yang mengandung nilai seni, pesan dan nasehat tersebut tidak terkerus oleh Zaman.

(Nur'ainun Ritonga. Bus Satu Nusa. No 127, bangku 8. Perjalanan Mandailing_Medan)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post