Nurani Ike

I wanna be what I wanna be...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibu, Anak, dan Sekolah Daring (Sebuah Wacana Pembunuhan Anak karena Pembelajaran Daring)
ibu, anak, dan sekolah daring

Ibu, Anak, dan Sekolah Daring (Sebuah Wacana Pembunuhan Anak karena Pembelajaran Daring)

Baru-baru ini diberitakan sebuah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu yang merasa kesal karena anaknya lamban dalam belajar. Si ibu dengan begitu mudahnya melakukan kekerasan secara fisik kepada si anak. Hingga menyebabkan si anak kehilangan nyawa dan kehidupannya di masa yang akan datang.

Wait! Kita kupas satu per satu melalui sudut pandang saya pribadi.

Pertama, ketika saya melihat dengan jelas foto keluarga dari si korban, tampaknya ibu dan ayah masih sangat muda. Selain itu, menurut informasi dari berita di salah satu channel tv, korban dan saudaranya adalah anak kembar. Namun, korban cenderung lamban dalam belajar. Demikian penuturan si ibu. Logis memang jika seorang ibu muda dengan anak kembar akan mengalami tekanan batin. Notabene kondisi ini biasanya sangat melelahkan baik secara fisik maupun psikhis ketika mengasuhnya. Hal ini membutuhkan kekuatan mental dan spiritual untuk menjalani pengasuhan. Ada kaitan erat antara kondisi mental ibu, kondisi anak kembar, dan bagaimana pengasuhannya. Terlebih lagi terlihat juga si ayah masih muda. Semoga dia mempunyai pekerjaan yang mapan sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup (baca : kebutuhan dasar minimal/primer). Karena hal ini sangat penting. Tidak bisa dimungkiri bahwa uang adalah segalanya. Namun, hati yang kaya akan rasa syukur, bisa mendatangkan ketenangan. Apakah ini sudah dipunyai oleh si ibu dan si ayah? Kita tidak tahu persis.

Kedua, menjadi ibu bisa dipelajari kok. Artinya, meskipun mengasuh anak itu adalah learning by doing, tidak semata-mata ibu hanya menjalani. Ada teori-teori pengasuhan yang biasanya diberikan oleh orang-orang tua dan para pakar (bidan, guru, ibu-ibu yang sudah berpengalaman, dan psikolog). Ilmu yang mereka berikan bukan ilmu yang hanya bisa disesap sambil lalu, melainkan ilmu daging. Meskipun porsinya sedikit, pada praktiknya ilmu pengasuhan itu menjadi the top rank yang harus diperhatikan betul. Agaknya si ibu dari korban ini belum mendapat ilmu tersebut (menurut saya) walaupun dalam bentuk yang sederhana. Ini terlihat dari cara mendampingi saat si anak belajar. Pastinya setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, seperti sidik jari setiap individu. Pasti itu akan mempunyai pola yang berbeda satu dengan yang lainnya meskipun orang itu kembar. Bila ini bisa disamakan, mengasuh anak itu seperti sebuah kursus atau sekolah vokasi/kejuruan yang mengambil porsi 30% teori dan 70% praktik. Bila teori tersebut tidak dipraktikkan secara berkala, otomatis keterampilan tidak akan terasah. Bagaimana dengan kasus ibu ini? Tentu saja jelas terlihat bahwa dia kurang mengasah keterampilannya, baik keterampilan berpikir maupun bertindaknya. Jelas sekali. Hal yang paling mendasar adalah keterampilan untuk mengendalikan diri ketika berhadapan dengan si anak (korban).

Ketiga, pengefektifan daring. Menurut Jeremy Hammer (1998) pembelajaran yang efektif itu mempunyai tiga langkah yaitu ESA. E adalah engage (mengikat), S adalah study, (belajar), dan A adalah activate (pemberian latihan untuk mengasah keterampilan). Ketiga kegiatan tersebut adalah elemen suksesnya pembelajaran. Saya pribadi mengalami hal serupa saat mengajari anak untuk mengerjakan tugas-tugas daring. Sebagai guru kita harus ingat, orang tua mempunyai latar belakang yang bermacam-macam. Sesuaikan cara mengajar guru dengan kondisi si anak dan orang tuanya. Guru jangan hanya memberikan tugas, tugas, dan tugas. Sekalipun daring, sekalipun repot dibuatnya, setidaknya ketiga hal tersebut dilakukan. Pasti akan sukses pembelajaran daring guru tersebut. Kepandaian guru, kelihaian guru dalam menerapkan ketiga langkah tersebut tidak hanya meringankan beban orang tua yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, tetapi juga akan membantu suksesnya pembelajaran daring.

Semoga pemikiran ini bisa menjadi sebuah perenungan bersama. Mencari sisi-sisi baik dalam sebuah kejadian untuk pemberikan 'obat/terapi' bagi si pelaku harus dilakukan. Ini semua agar tidak menjadikan sebuah kasus akhirnya menjatuhkan kewibawaan guru dalam memberikan pembelajaran yang sekarang ini dianjurkan.

Bagaimana dengan si ibu? Menjalani hukuman di dunia pasti harus dipenuhi. Semoga dengan berada di hotel prodeo membuat dia menjadi matang dalam berpikir. Pun dengan ayah si korban.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cakep ulasannya.

16 Sep
Balas

Tragis memang.... menghindar pandemi tapi justru berakhir ditangan orang terkasih. Miris sepertinya perlu evaluasi lagi bagaimana PJJ yg seharusnya, masih relevankah angka sebagai barometer keberhasilannya?

16 Sep
Balas

Untuk PJJ kita tidak bisa berbuat banyak karena kondisinya memang begini. Yang utama adalah kesadaran diri. mengenal diri sendiri

17 Sep

Ulasan yang keren, luar biasa Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

16 Sep
Balas

terima kasih Ibu

16 Sep

Nauzubilah bu ike.memang butuh suport moril dan pengetahuan agama bagi pasangan muda apalagi dari segi materil tidak mencukupi.

17 Sep
Balas

iya Bu,,berarti kemenag dengan wacana sertifikasi calon pasangan itu memang sudah urgent

17 Sep

Benar, Mbak

16 Sep
Balas

dengan praktik bisa mengupasnya Bu

16 Sep

Mantul, Kak.

16 Sep
Balas

siap

16 Sep

Masyaallah bagus sekali ulasannya

18 Sep
Balas

Bagus banget tulisannya Diajengku...Sungguh sangat disesalkan, perlakuan seorang ibu kepada anaknya... Dimana nalurinya seorang ibu??? Membuat air mata menetes. Binatang saja punya naluri melindungi buah hatinya. Melihat kucing peliharaan, saya sangat terharu melihat perlakuannya terhadap buah hatinya. Cara menyayangi dan melindunginya...

16 Sep
Balas

betul Ibu..tampaknya faktor ekonomi memengaruhinya

16 Sep

Bagus tulisan nya

16 Sep
Balas

Thanks

16 Sep



search

New Post