Nurani Ike

I wanna be what I wanna be...

Selengkapnya
Navigasi Web
Keabadian Cinta
canva.com

Keabadian Cinta

"Keabadian cinta adalah cinta itu sendiri."

Kututup pintu ruang interview setelah memastikan bahwa semua keperluan tes interview sudah beres. Kulangkahkan kakiku menuju ruang kerjaku. Namun, di hadapanku aku lihat sesosok perempuan seolah sedang mencari-cari ruangan. Cahaya di belakangnya membuat wajahnya samar aku lihat. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang saat aku menyadari siapa perempuan yang sedang melenggang dengan anggunnya itu. Langkahnya memang cepat agak tergesa bahkan, tetapi keanggunannya tidak dia abaikan.

"Renata?" sapaku agak ragu.

Aku memang agak pangling dengan penampilannya yang agamais, tetapi tetap terlihat kalau dia adalah wanita karier. Perempuan yang aku panggil Renata itu menatapku. Seolah dia memastikan apa yang tengah dia lihat.

"Hai, Galang?" Senyum manisnya langsung merekah, "bagaimana kabarmu? Kamu kerja di sini?" tanyanya.

Entahlah, apakah itu sekadar basa-basi atau memang benar-benar sebuah pertanyaan yang keluar dari lubuk hatinya.

"Ya. Aku kerja di sini. Kamu ada perlu apa di sini?"

"Oh, aku lolos tes masuk kantor ini dan sekarang aku akan melewati tahap wawancara. Doakan aku berhasil ya."

"Pasti," jawabku mantap.

Kami pun berpisah. Hatiku sangat senang. Aku seolah mengalami dejavu. Pertemuan singkat ini pernah hadir dalam angan dan mimpiku. Entahlah.

***

Satu jam kemudian, aku datang lagi ke ruang interview. Aku lihat tiga pelamar yang baru saja mengikuti tes wawancara itu sedang mendengarkan hasil tes wawancara. Kudengar nama Renata disebut. Kulihat dari raut wajahnya sebuah luapan kebahagiaan. Namun, dia tidak menampakkan sebuah euoforia yang berlebihan. Hanya tersenyum sembari menangkupkan kedua telapak tangannya di wajahnya yang lembut itu.

Kulihat dia melangkah keluar ruangan. Kusambut dia dan mengucapkan selamat atas keberhasilannya melewati tes wawancara.

"Kita ke kantin yuk. Kan setelah ini kamu akan sering ke kantin. Biar kamu tahu tempatnya."

"Okay."

Masih dengan senyuman manisnya yang selalu bertengger di bibir tipisnya. Aku selalu suka senyum itu.

***

Alunan lagu Naff "Kau Masih Kekasihku" mengiringi perayaan kecil kami. Dia tepatnya. Aku pesankan secangkir cokelat panas kesukaannya. "Kamu masih ingat minuman kesukaanku?" tanyanya heran.

Aku hanya tersenyum.

"Selamat ya Re, cokelat panas ini aku persembahkan untuk sekretaris pribadiku. Aku juga ingin kelak, sekretarisku ini menjadi pendamping hidupku," ucapku.

Dia terlongong tampak terkejut dengan ucapan yang meluncur dari bibirku. Ah, sifat selengekanku kadang masih hadir meskipun aku berusaha untuk belajar di kelas attitude.

"Aku memang yang mengatur semua ini agar kamu bisa hadir dalam kehidupanku. Hadir dalam hari-hariku untuk menjalani kehidupan. Maaf bila caraku membuatmu tidak berkenan, tetapi itulah yang aku bisa lakukan agar bisa mendapatkan hatimu kembali. Aku tahu, kau dulu menolakku karena penampilanku yang dekil, tampangku yang berantakan, dan prestasiku yang tidak bisa kau banggakan bila aku menjadi kekasihmu. Diammu saat aku utarakan isi hatiku, membuatku tersadar bahwa cinta yang kau inginkan bukanlah sekadar cinta. Kau membutuhkan cinta dengan penuh kesungguhan hati. Bukan cinta monyet ala remaja pada umumnya. Kini kau bisa lihat. Aku buktikan kesungguhanku dan mewujudkan keinginan hatimu. Secangkir cokelat panas ini juga satu bukti bahwa setiap hal yang ada pada dirimu masih menjadi sebuah harapan untukku agar kita bisa bersatu."

Dia masih terdiam. Mungkin dia masih tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan. Aku tidak memedulikannya. Satu yang pasti, cintaku yang aku pendam begitu lama kini telah hadir kembali. Perempuan pujaanku sudah berada tepat di hadapanku. Balutan blazer hitam dan jilbab bermotif bunga berwarna dasar hijau pastel membuat wajahnya yang ayu semakin menambah kecantikan alaminya yang cerdas dan dewasa.

"Tidak ada keabadian cinta selain cinta itu sendiri, Re," ucapku lirih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Woww... keabadian cinta memang luar biasa. Bagus sekali cerpennya bunda.

11 Jun
Balas

terima kasih Ibu..untuk hiburan

12 Jun

Pingin bisa menulis seperti Ibu. Mengalir, enak, terbawa alur. Seperti nonto sinetron "Samudra Cinta".

11 Jun
Balas

terinspirasi sinetron

12 Jun

Ini cerita versi Galang ya bu

11 Jun
Balas

iya ibu

12 Jun

Hebat Bu...bagus cerpennya..

11 Jun
Balas

terima kasih Ibu

12 Jun

Wuiiiiih, kereeen Mbak Ike. Untaian kata demi kata yg mengalir syahdu bagaikan aliran air dari hulu menuju muara. Kapan ya saya bisa menulis seperti ini? Salut. Salam.

11 Jun
Balas

gubrakkk puanjaaaang

12 Jun



search

New Post