Aku hempaskan tubuhku ke kasur yang sudah mulai usang. Tubuhku penat. Pikiranku lelah. Sesak di dada seolah ingin dimuntahkan. Pejaman mataku tak mampu menghapus bayangan Argo.

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana." Argo menyitir selarik syair dari sastrawan terkenal Sapardi Djoko Damono. Aku melambung membacanya. Cinta itu begitu tulus, suci, dan murni. Selalu dan selalu saja dia kirimkan lirik-lirik puitis ke pesan WA-ku. Aku selalu tersenyum bahagia saat membacanya.

Kubuka kembali larik-larik kata yang Argo kirimkan ke gawaiku. Berderet-deret ucapan cintanya dalam chat kami. Sajak-sajak yang melambungkan anganku membuatku menyadari bahwa cintanya memanglah sederhana. Teramat sangat sederhana. Hingga semuanya hanyalah terucap dalam kata-kata.