Nur Arifah Rory

Nur Arifah Rory,S.Pd Lahir di Malang, 27 Maret 1968 Tempat Tugas : TK Bougenville Kab. Pohuwato Gorontalo...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEJUTA ASA YANG KELABU

SEJUTA ASA YANG KELABU

TAGUR_78

Sejuta asa yang kelabu

Nur Arifah Rory,S.Pd

BAG. 15

Setelah kedua orang tua selesai dengan urusan mereka, Nathan dan keluarganya pamit.

“Nanti kita bicarakan lagi ya, Jeng,” kata mama Devina sambil cium pipi kanan, pipi kiri. Mama mengangguk dengan rona bahagia, sebagai seorang anak tak elok bila harus menghancurkannya.

Nathan menghela nafas, dalam hatinya berkecamuk antara mengikuti kemauan mereka atau mengikuti keinginannya sendiri. Keduanya sama-sama penting, membahagiakan orang tuanya dan membahagiakan dirinya, dilema.

***

[Than, pulang kantor, kutunggu di tempat biasa] pesan masuk dari sahabatnya Joni membuat Nathan bersemangat, sejak pertemuan keluarga dia kehilangan semangatnya.

[Oke] Nathan menjawab singkat.

Mungkin Joni bisa memberikan solusi tentang masalah yang dia hadapi, pikirnya.

Nathan meregangkan tubuhnya

Yang beberapa hari ini dirinya tertekan sehingga membuat kinerja otaknya semakin meningkat, akibatnya tubuh terasa lelah.

Nathan menatap laci meja kerjanya yang terkunci, apakah dia juga harus mengunci perasaannya?

“Aaaahhh!” teriaknya, ruang kerjanya memang didesain kedap suara jadi dia tak perlu khawatir orang di luar mendengarnya.

Dilihatnya dengan seksama arloji ditangannya, masih dua jam lagi, rasanya tak sabar.

Dokumen-dokumen yang ada di atas meja tak disentuhnya, justru arlojinya yang jadi sasaran, sebentar-sebentar dilihatnya.

Duduk tak tenang, berdiri serba salah, kelakuannya seperti seorang yang sedang menunggu janji temu pujaan hati saja.

Berkali-kali dia menghela nafas, ada kebencian yang samar menyeruak, seperti sebuah sesal yang tidak dapat dia mengerti.

Nathan memukul-mukul kepalanya, andai saja dia amnesia, tak perlu mengingat masa lalu itu.

Untuk apa juga dia mengharapkannya, gadis itu saja tak peduli bahkan sudah punya kekasih.

“Kenapa aku harus mempertahankannya,” gumamnya.

Tapi masalahnya bukan itu saja, hatinya yang mengatakanDia tak mencintai Devina.

Cinta akan datang disaat yang tepat seperti pepatah Jawa "Witing Trisno Jalaran Soko Kulino" (Cinta tumbuh karena terbiasa)

Nathan menghela nafas lega, dia tak perlu lagi mencari solusi.

Saat jam kantor usai, Nathan tak lagi terburu-buru, bertemu Joni hanya untuk bersenang-senang.

***

Joni baru lima menit duduk sambil menikmati kopinya, Nathan datang tanpa bicara langsung dihadapannya.

"Seperti jailangkung aja, datang tak diundang, pulang tak diantar," kata Joni sambil mendongak agak kaget.

"Sialan!" Nathan meninju sahabatnya tapi tak kena karena Joni repleks menghindar. Walaupun tinjuannya pelan tapi lumayan sakit juga.

"Gimana kabar, Bos?" goda Joni, tak peduli sahabatnya kesal karena dari dulu dia tak suka dipanggil bos.

"Jangan menghina, katulah, loh." Nathan mencibir.

Sahabatnya satu ini selalu bisa merubah suasana menjadi gembira. Dari dulu Joni banyak bicara dan kadang kocak, makanya banyak gadis-gadis yang tertarik padanya.

“Gimana kabar gadismu?” tanya Joni setelah mereka ngobrol sana sini.

Nathan terdiam sesaat, mengambil nafas yang tiba-tiba menjadi sesak.

Wajah Nathan berubah suram, Joni tak menyadari perubahan itu, “Sudah sejauh mana perkembangannya?”

“Gak usah diomongin lagi,” jawab Nathan tak suka, seakan membicarakannya adalah hal terlarang.

Joni menoleh keheranan, biasanya kalau bicara gadis itu membuat mood sahabatnya naik beberapa tingkat.

“Ada apa?” Joni mencecarnya penasaran, Nathan menggeleng.

“Aku mau bertunangan dengan Devina,” jawabnya tak bersemangat.

“Kalau itu aku sudah tahu.” Joni merasa menyesal untuk sahabatnya.

Berita pertunangannya cepat sekali merebak, tentu saja Joni sudah mengetahui dari ayahnya.

Perusahaan keluarga Wadoyo dan keluarga Kemas ayah Joni bekerja sama, peristiwa sepenting pasti tidak disembunyikan.

“Bagaimana perasaanmu?” Joni tetap menanyakannya, padahal dia tahu sahabatnya itu tak menginginkan pertunangan itu.

“Mau bagaimana lagi?” Nathan terlihat pasrah, sangat menyedihkan.

“Sabar, semua pasti ada jalan keluarnya,” ucap Joni memberi semangat, untung orang tuanya tak berbuat begitu padanya, entah apa yang akan dilakukan kalau nasibnya sama seperti Nathan.

Nathan tersenyum, “Udah, jangan dipikirkan. Ini baru pertunangan, orang yang menikah bisa berpisah.”

Joni melotot tak percaya, seorang Nathan bisa berkata seperti itu, apa dia sakit?

Dulu dia pernah berkata: “Mencari pasangan hidup bukan untuk senang sesaat, cari yang untuk selamanya.”

“Than,” panggil Joni.

“Hmm,” jawab Nathan tanpa melihat wajah sahabatnya yang keheranan.

“Kamu sakit?” Nathan menoleh, mereka bertatapan.

“Kenapa?” Nathan balik bertanya, aneh! Mengapa sahabatnya bertanya seperti itu? Apa dia tidak melihat bahwa dirinya sehat walafiat.

Joni berdiri menyentuh kening Nathan dengan punggung tangannya, suhunya normal.

“Apaan, sih?” Nathan menepis tangan sahabatnya, Joni kembali duduk dengan wajah yang bingung.

“Kenapa, sih. Aneh banget?” tanya Nathan dengan kening berkerut.

“Aku heran, kamu beneran terima perjodohan ini.

Bukannya kamu bilang mencari pasangan satu kali untuk selamanya?” Nathan hanya dapat menertawai dirinya, idealismenya memang begitu tapi kalau dia bisa mencari yang sesuai keinginannya, apa boleh buat jalani saja dulu.

Masih ada waktu, untuk memperbaiki semuanya. Nathan merasa dia mulai menjadi lelaki jahat, semua gara-gara gadis itu, mengapa dia tidak setia? Pura-pura tidak ingat, apa dia amnesia?

“Than!” Joni mengguncang pundak sahabatnya, tak tahu apa yang ada dipikiran Nathan hingga dia memukul meja dengan mata merah.

“Eh, apa? Maaf.” Nathan menoleh lalu melihat sekelilingnya, beberapa pasang mata menatapnya dengan sudut pandang berbeda.

“Kenapa, sih? Kalau ada masalah lebih baik cerita padaku, siapa tahu aku bisa kasih solusi,” kata Joni lalu meminta pada orang sekelilingnya.

Nathan melihat meja yang tadi dipukulnya, tidak kerusakan hanya saja suara pukulannya membuat orang agak takut.

“Ayo, keluar dulu,” ajak Joni karena para pengunjung cafe masih saja menatap mereka.

Nathan melangkah ke meja kasir sambil menyerahkan kartu ATM-nya “Maaf, Mbak. Tolong hitung dengan meja saya pukul tadi.”

Kasir hanya tersenyum mengambil kartu dari tangan Nathan sambil meminta pelayan memeriksa kerusakannya. Setelah pelayan memeriksa dan tidak ada kerusakan, maka dia memberitahukan pada kasir.

“Terima kasih, Pak,” ucap sang kasir mengembalikan kartunya.

“Maaf, atas insiden tadi,” ucap Nathan sambil menangkup tangannya.

“Sama-sama, Pak.” Kasir itupun menangkup tangannya.

Nathan melangkah beriringan sambil merangkul pundak sahabatnya, mencoba

menyalurkan semangat.

Nathan masuk ke dalam mobilnya, Joni mengikutinya.

“Ngapain ikut-ikutan masuk sini?” Nathan memelototinya, Joni cengengesan tapi tetap saja duduk tak berniat keluar.

“Mobilmu gimana?” Nathan lagi-lagi bertanya, Joni hanya mengangkat bahunya.

“Gampang, nanti diambil supir,” jawabnya enteng.

“Udah sana, aku mau sendirian,” tolak Nathan tapi Joni tetap keras kepala.

“Tenang, Bro. Aku hanya ingin menemanimu. Plis! Jangan marah, oke?” bujuk Joni sambil mengangkat tangannya.

“Aku gak apa-apa, sudah jangan khawatir. Plis, deh jangan lebay,” ujar Nathan kesal.

“Ayo, cepat jalan. Kita cari tempat ngobrol yang aman.” Joni menyuruh Nathan menjalankan mobilnya, tapi sahabatnya tetap bergeming sambil memukul-mukul setir.

Akhirnya Nathan mengalah, mulai memundurkan mobilnya untuk keluar dari parkiran.

“Tunggu!” Tiba-tiba Joni berteriak, membuat Nathan mengerem mendadak mobilnya

“Ada apa, sih?” tanya Nathan geram sambil memegang setirnya erat-erat.

“Lihat, siapa itu?” Joni menunjuk ke depan, Nathan menatapnya dengan wajah tegang.

Pohuwato, 01 Juni 2021

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen keren

01 Jun
Balas

Terima kasih hadirnya bucan

02 Jun

Cerpen menawan. Sehat dan sukses selalu Bu cantik

02 Jun
Balas

Terima kasih, sukses juga buat bucan

02 Jun

Mantab cerpennya, keren ilustrasinya bu

01 Jun
Balas

Terima kasih supportnya pak

02 Jun



search

New Post