Nur Arifah Rory

Nur Arifah Rory,S.Pd Lahir di Malang, 27 Maret 1968 Tempat Tugas : TK Bougenville Kab. Pohuwato Gorontalo...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEJUTA ASA YANG KELABU

SEJUTA ASA YANG KELABU

TAGUR_84

Sejuta asa yang kelabu

Nur Arifah Rory,S.Pd

BAG. 20

Lovina terbangun menemukan dirinya berada di kamar yang serba putih, antara tak percaya dengan yang dilihatnya dia menarik selimutnya dan menatap nanar.

“Vin!” Panggilan itu menggema dipendengarannya, dia menutup kedua telinganya dengan telapak tangan sambil menutup mata.

“Vin!” Rita mengelus rambut Lovina, tapi sang adik menepisnya, begitu juga saat louis mencoba memegang tangannya.

“Vin, ini Kak Rita dan Kak Louis,” kata Rita menjelaskan.

“Buka matamu dulu, lihat, ini Kakak.” Louis memaksa menarik tangan Lovina dari kedua telinganya.

“Mama sama Papa juga ada disini,” ucap mama pilu, ada apa dengan putrinya ini? Kenapa dia begitu takut?

Perlahan-lahan Lovina menurunkan tangannya, memicingkan mata sehingga cahaya dari jendela di ruang perawatan menusuk matanya, silau.

Dia mulai sadar bahwa dia berada di ruang perawatan, berangsung-angsur ketakutannya menghilang.

“Mama! Papa!” Mama dan papa segera menghampirinya, memeluknya, memberi rasa aman.

“Jangan takut, ada Papa dan Mama di sini,” ucap papa menenangkan, Lovina malah terisak.

“Sudah, jangan nangis.” Papa mengelus punggung anak bungsunya, kepala Lovina masih berada dalam dekapan mama.

“Kenapa? Ada apa? Cerita sama Mama,” kata mama menangkup wajah Lovina yang penuh dengan air mata. Entah apa yang ditangisi gadis itu, perasaan yang tidak jelas antara hitam dan putih diingatannya.

“A-aku, gak tau.” Lovina menggelengkan kepalanya lemah.

“Ya, udah, gak usah dipikirin.” Mama mengusap jejak air mata dipipi Lovina sambil tersenyum.

***

Di ruang makan keluarga Rahardian Prawira tampak sepi seperti habis ada kedukaan.

Papa diam dengan wajah suram, wajah sendu mama dengan mata panda yang disamarkan alas bedak.

Nia yang tak lagi berkicau seperti biasanya, hanya makan dengan tak tenang.

Nathan berusaha tenang, sementara hatinya kacau. Dia tak tahu memulai dari mana, memberitahukan tentang peristiwa semalam.

Apa mereka percaya kalau gadis yang ditolongnya adalah gadis impiannya?

Kalau tidak menjelaskan akan ada salah paham yang berakibat pada hilangnya keharmonisan antara ayah dan anak.

"Pa," panggil Nathan ragu, mama menoleh sementara sang papa pura-pura membaca koran.

"Pa, Ma, Kak, Nia pamit dulu." Nia menggeser kursi lalu melangkah keluar.

"Pa," panggil Nathan untuk kedua kalinya

"Hmm." Papa tak menoleh, terus membaca.

Pohuwato, 07 Juni 2021

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post