Nurbaiti

Wanita berhijab ini, tinggal di Jakarta Timur, aktifitasnya sebagai pendidik dan pengajar di SMA Negeri 61 Jakarta. Kepo dengan ilmu yang berhubungan denga...

Selengkapnya
Navigasi Web

Senyum Seribu

Pulang sekolah aku mampir ke ibu-ibu untuk kedua kalinya setelah beberapa hari yang lalu aku belanja sayur di Ibu yang aku tak tahu namanya.

Aku berhenti di depan dagangannya. Kuperhatikan, fagangannya masih banyak, sayuran yang dari pagi sudah layu. Daun singkong bayam, daun melinjo sudah mulai keriput dan tua. Mungkin terkena matahari, dan tidak di percik air juga.

Kulihat beberapa buah jagung yang sudah dibuka. Aku beli jagung aja satu. Uang tersisa 5000-an di dalam dompet kunci motor yang menghitung ditempnya. Sisa isi bensin tadi. Aku malas untuk membuka ransel dan mengambil uang lain. Satu jagung cukuplah dengan satu lembar itu.

Aku tidak bertanya harganya berapa, kemarin dulu dijual tiga ribu, itu masih di dalam kulitnya. Sebenarnya ya aku mau cari bukan jagung itu tapi putren. Jagung yang masih muda yang warnanya putih yang buat sayuran. "Tak ada rotan, akarpun jadi".

Ketika aku minta jagung itu, si Ibu, bilang jagung itu 4000. Alhamdulillah uangku cukup, pikirku. Kulihat si Ibu memasukkan jagung yang sudah dibuka, di potek lalu dimasukkan ke dalam plastik, aku pikir untuk siapa? Aku baru tahu ketika jagung yang aku minta juga dimasukkan ke dalam kresek itu. Sejenak aku bingung.

Kuberikan uangnya, Terus aku berkata, "Kok jagung yang sudah dikupas itu dimasukkan ke kantong itu Bu?"

"Nggak pa pa Neng, ini bonus aja" katanya sambil tersenyum.

"Tidak usah Bu, Saya cukup satu saja" balas ku merasa nggak enak dan malu di hati.

Bagaimana tidak malu, harusnya aku yang beri ke ibu itu. Kasihan! Entah dari jam berapa ibu itu sudah duduk di tengah-tengah barang dagangannya. Ini malah sebaliknya, aku yang dikasih. Ah aku nggak enak banget.

Akhirnya aku mengambil jagung kresek yang diberikan padaku, kugantung di sangkutan depan beatku. Si ibu memegang selembar ribuan, uang kembalian, dengan sopan aku menolaknya. Setelah mengucapkan terimakasih akupun berlalu. Senyum.yang menghias diwajahnya terus terbayang dalam ingatanku. Ya Allah, betapa besar rasa syukurnya. Padahal hanya seribu.

Kata Allah, "jika kamu bersyukur, maka akan Aku tambahkan rezkimu". Allah sudah mengatur rezeki makhluk masing-masing. Tidak akan pernah tertukar tertukar. Masyaallah.

Malaka Sari, Senin, 25 Maret 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, dapat bonus, sukses bunda

26 Mar
Balas



search

New Post