Nurbaiti

Wanita berhijab ini, tinggal di Jakarta Timur, aktifitasnya sebagai pendidik dan pengajar di SMA Negeri 61 Jakarta. Kepo dengan ilmu yang berhubungan denga...

Selengkapnya
Navigasi Web

Peluk Aku

Hana. Gadis kecil mungil, mungkin usianya sekitar tujuh tahun. Ia duduk menatap puing-puing reruntuhan rumahnya. Rambutnya kusut, wajahnya penuh debu, dan tubuhnya mungilnya terlalu kecil untuk beban sebesar itu.

Hari itu, relawan dari luar negeri datang ke tenda pengungsian membawa makanan, air, dan obat-obatan. Mereka membagikan dengan sabar, satu per satu.

Hana berdiri di barisan paling belakang. Ia tidak bicara. Ia tidak meminta. Ia hanya memeluk erat sehelai baju ibu yang sudah robek dan beraroma tanah.

"Namamu siapa, Nak?" tanya salah satu relawan, perempuan muda berjilbab yang wajahnya letih namun tetap ramah.

Hana menatapnya sejenak, lalu berbisik, "Hana."

Relawan itu tersenyum, mengulurkan sekotak susu dan sebungkus roti. Tapi Hana tidak langsung mengambilnya. Ia hanya berkata dengan suara serak:

"Tolong... peluk aku dulu. Seperti ibu dulu."

Relawan itu terdiam. Air matanya jatuh begitu saja. Ia berlutut, membuka lengannya, dan Hana langsung masuk ke pelukannya—seakan ia sudah menunggu pelukan itu sejak dunia mulai hancur.

Tangisan Hana pecah di dada relawan itu. Ia menangis tanpa suara. Air matanya membasahi kain hijau yang dikenakan sang relawan. Pelukan itu lama. Lama sekali. Sampai mereka berdua tersedu.

"Ayah Hana sudah pergi duluan," gumam Hana pelan. "Waktu bom jatuh di toko."

"Lalu… ibu? Kapan?"

Hana menunjuk ke langit. "Kemarin. Saat kami lari ke sekolah. Tapi sekolahnya juga jatuh…"

Perempuan itu tak mampu berkata apa-apa lagi.

Dalam pelukan kecil Hana, tergenggam dunia yang retak. Tapi juga ada harapan. Karena di sana, masih ada tangan yang ingin digenggam, tubuh yang ingin dipeluk, dan cinta yang tak pernah hilang meski kematian berkali-kali datang.

Hari-hari berikutnya, Hana tak pernah lagi mengantri paling belakang. Ia duduk di samping relawan itu, membantunya membagikan makanan.

Kadang, anak-anak lain memanggilnya "si kecil yang suka peluk."

Dan setiap kali ia memeluk, ia menyisipkan doa kecil:

"Ya Allah, peluklah ibuku di surga, seperti Ibu sering memelukku. 

 

Senin, 15 Syawal 1446 H  (14 April 2025) 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post