Terlanjur Masuk
H.11
Tujuh jampel berada di kelas. Istirahat mau ke ruang guru rasanya juga malas. Naik turun tangga waktu 20 menit akan habis percuma. Akhirnya di kelas aja. Ngobrol dengan anak-anak sambil menyelesaikan koreksian.
Bel masuk jam ke 5 terdengar nyaring. Aku siap dengan kertas soal yang sudah siap. Anak-anak Penilaian Harian. Kinematika. Entah kenapa, rasanya ada suara yang meraung-raung di perutku. Kuabaikan untuk sementara waktu. Nanti saja jam isoma, pikirku. Kualihkan rasa lapar dengan membuka buku tulis anak-anak yang baru dikumpulkan. Warna sampul pink-nya membuatku terhibur. Apalagi melihat tulisan anak-anak yang bervariasi. Beberapa kupilih yang tulisannya rapi dan warna warni.
Tulisan anak-anak yang rapi dan jelas, apalagi penulisan rumus yang di bingkai indah, membuatku melupakan teriakan di perut. Kuparaf buku mereka, sedikit menulis komentar. Apalagi buku yang tulisannya rapi, kububuhi bintang, agar anak-anak senang. Masih ada sekitar 3 buku belum bersampul. Kutulis, "bukunya disampul pink ya".
Dari Mesjid As-Syifa, azan dhuhur berkumandang. Anak-anak segera mengumpulkan kertas ulangan, mereka dan gurunya akan shalat berjamaah di mesjid sekolah.
Selesai shalat, aku akan memenuhi teriakan di perut. Kuletakkan "perangkat" mengajar di meja. Kuambil dompet dan kunci motor. Aku turun. Belum terpikir, mau ngisi apa perutku ini. Nantilah, kalau sudah di motor kupikirkan.
Jam 1 siang sudah lewat beberapa menit. Keluar pintu gerbang, aku belum kepikiran mau makan apa. Menjelang sampai ke jalan raya, kuluruskan jalan, aku ingin ke tempat gado-gado. Bank DKI terdekat. Badanku harus "disayurin", agar tidak tambah melebar dan membuncit. Pikirku.
Panas terik kulakukan motor beatku. Jalanan belum ramai. Lumayan, masih bisa melaju dengan kecepatan 60 km/jam. Tak sampai 7 menit, aku sudah berhenti, di depan Bank DKI. Kakiku lemes. Gerobak gado-gado yang kubayangkan ready, hanya tinggal meja kosong. Gerobaknya tidak ada. Aku sedikit kecewa. Sesaat aku berpikir, dimana ada gado-gado lagi?.
Kuputar arah, berbalik. Sepanjang jalan, kulihat beberapa warung makan. Pilihannya juga banyak. Soto mie, rumah makan padang, betik, dan masih ada beberapa. Aku tidak tertarik.
Hampir nyampe ke sekolah lagi. Di sebelah rumah sakit Yadika, ada sebuah restoran baru. Tanpa ragu, akupun nyebrang dan beatku terparkir cantik di halaman itu. Dengan sedikit ragu, aku mendekat lalu duduk sejenak di kursi plastik mungil di bawah pohon ceri
Tak jauh dari tempat aku duduk, sebuah benner tertancap. Kusipitkan mata untuk membaca menu ples harganya. Ada empat menu. Semuanya promo. Harga perpaketnya 78 ribu. Astaghfirullah.......
Bersambung
Malaka Sari, Selasa 19 September 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar