Siang itu usai mengajar virtual dari sekolah, aku segera berkemas. Sebenarnya ada pertemuan paralel atau KKG Kelas 6. Namun karena sudah janji akan mengantarkan anakku ke dokter gigi, aku izin tidak dapat bergabung dengan teman-teman. Alhamdulillah mereka memahami kondisiku yang galau karena memikirkan Si Buah Hati.

Tepat pukul 13.00 aku segera meluncur pulang. Jarak rumah ke sekolah lumayan jauh kira-kira 28 km. Aku mengendarai mobil dengan kecepatan lebih dari 100 km/jam. Kebetulan praktik dokter di tempat biasa kami memeriksakan gigi seringkali harus antri, karena itu aku berharap bisa segera sampai di sana..

Rute yang aku lewati melalui jalan tol. Karena kendaraan cukup padat,aku mencari jalur kosong agar bisa meluncur dengan mulus tanpa hambatan. Akhirnya aku melaju melalui bahu jalan. Namun saat hampir tiba di pintu keluar tol, rupanya aku dibuntuti mobil polisi. Dua orang pollisi dari jendela mobil langsung memberi isyarat agar aku segera menepi. Ketika itu aku tidak merasa ada kekhawatiran apa-apa. Merasa surat-surat lengkap. Namun setelah mereka meminta SIM dan STNK, dan menyampaikan bahwa aku ditilang karena melalui bahu jalan,aku kaget juga. Apalagi ketika mereka mengatakan bahwa aku harus mengikuti sidang sesuai tanggal yang disebutkan. Wah gawat! Untungnya kemudian mereka bertanya, mengapa lewat baju jalan, dari mana dan hendak kemana tujuanku. Akhirnya aku jelaskan alasan mengapa buru-buru. Alhamdulillah mereka memaklumi. Aku pun gagal ditilang meskipun sempat dicermahi. Terima kasih atas pengertiannya Pak Polisi. Janji deh tak akan lewat bahu jalan lagi, kecuali darurat. Hi hi....