MEMENUHI JANJI
Hari Ke-5
Mulutmu adalah harimaumu. Janji adalah hutang. Itulah dua kata yang sudah biasa kita dengar atau malah sering kita ucapkan. Sejalan dengan perkembangan zaman hal yang akan sedikit saya ceritakan ini saya berharap sudah tidak terjadi lagi. Tapi karakter watak seorang Islam, karakter seorang ayah yang memegang muru'ah diri dan agama. Itu yang perlu kita acungi jempol dan patut kita terapkan bila situasi mirip peristiwa yang kebetulan terjerat kasus yang sama. Kenapa demikian. Karena bumi ini berputar, dan hari silih berganti. Pagi berganti siang. Siang berganti malam. Dan kembali lagi seperti itu. Kita ingat mode baju. Mode baju yang sudah kita tinggalkan jauh ternyata pada masa masa tertentu bisa muncul kembali dengan kemasan modifikasi yang tampak elegan. Sedangkan untuk pengajaran karakter bila diibaratkan unsur adalah dasar dari kepribadian seseorang yang perlu dimiliki oleh seseorang. Diantaranya adalah menjaga mulut dan menepati janji. Kapanpun dan dimanapun harus tetap melandasi setiap pribadi yang ada iman di dalam diri.
Masih ingatkah ayat yang menerangkan tentang janji?
"Yaa ayyuhalladziina aamanuu aufuu bil 'uquud" Wahai orang yang beriman penuhilah janjimu.
Seorang ayah telah berjanji menikahkan putrinya dengan seorang anak rekanan bisnisnya yang kaya raya. Dan sang ayahpun demi melaksanakan janjinya maka dinikahkanlah putrinya. Dengan deraian airmata sang putri pun bersiap mematuhi ayahnya. Sang putri tak cintai lelaki yang akan menjadi nahkoda bahtera rumah tangganya. Akan dibawa kemana bahtera ini bila suami tak bawa bekal ilmu yang cukup. Kalau cukup sekolah putri sampai SLTA, akan tetapi kesadaran akan ilmu luar biasa. Maklumlah, karena putri adalah anak dari seorang tokoh agama dengan ekonomi yang pas-pasan di kampungnya. Putri tak silau matanya oleh harta keluarga suaminya. Buat apa kekayaan yang melimpah tapi ilmu tak cukup untuk mengelola harta. Harta akan bisa habis seiring berjalannya masa. Ilmu tak lekang oleh zaman, tapi malah bertambah diberkahi.
Baru seumur jagung pernikahannya ini, suami putri dengan tanpa banyak basa basi akhirnya melepaskan putri dari ikatan tali pernikahan. Karena selama pernikahan itu, putri tak mau dibawa ke rumah mertua. Pun pula putri tak pernah tidur seranjang dengan suaminya. Hanya isak tangis yang putri suguhkan setiap harinya. Sehingga suami dengan tulus menceraikan putri. Tunai sudah janji seorang ayah dan putri pun akhirnya lega karena suaminya telah membebaskannya dari ikatan pernikahan itu.
Nunge Bu Syam
Jombang Jawa Timur, 5 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makasih bu sudah mengingatkan bahwa janji adalah hutang, jangan bermain-main dengan janji. slam bu terimakasih sudah berkunjung dan saya sudah follow blog ibu. salam.
Terima kasih kembali
Subhanallah..cerita dengan pesan moralnya yang mantap... keren bun.. salam sukses selalu
Terima kasih telah membaca tulisan ini