Sudah setahun sejak ia memilih untuk berhenti. Namun tak pernah sedikitpun ia lepas dari niat yang sama, ingin menulis, punya tulisan, punya buku sendiri.

Tiap hari ia hanya bisa menatap group whatsapp yang sejak setahun lalu membersamainya dalam dunia tulis menulis. Tiap hari group itu dipenuhi karya dari mereka yang betul betul cinta akan tulisan, sedangkan ia, hanya bisa terdiam sambil berbisik jauh ke lubuk hatinya.

"Aku kah ini?"

"Yang dulu begitu bersemangat"

"Kenapa diam saja?"

"Atau aku memang pecundang yang tak bisa berbuat apa-apa"

Hatinya seolah berontak, tidak terima dan ia tertegun sejenak. Ditariknya sebuah buku yang seolah menjadi harapan terakhirnya untuk bisa melahirkan kata merangkai kalimat.

Satu kata, tiga kata, satu kalimat, dan menjadi paragraf. Akhirnya sebuah tulisan cantik terlahir dari tangannya, menghiasi buku planner dan juga hatinya.

"Ternyata aku bisa jika memang ingin"

"Tapi, aku malu dengan diriku sendiri, plin plan, ingin saat aku ingin, namun tak bisa kubendung rasa malas yang sering datang menghantuiku"

"Lalu, harus bagaimana?"

Dua sisi dalam dirinya kembali saling berargumen. Ia pun bangkit dan berlalu membiarkan buku planner cantik itu terbuka begitu saja. Kulihat satu kalimat yang ia tulis dengan tinta hijau.

"AKU RINDU MENULIS"