Susah senang tidak ada yang tahu. Orang lain hanya bisa menilai dari luarnya saja.

Kemudian selama ini kalian dimana, ada tidak yang tahu hidup mereka seperti apa. Masih teringat jelas, bahkan sangat jelas kejadian sore itu, saat janji kalian ucapkan untuk raga yang terkulai lemah tak berdaya, menunggu ajal menjemputnya.

Janji hanya tinggal janji. Toh sekarang mereka makan dari apa yang mereka bisa dapatkan, bahkan kadang harus menahan lapar. Kemudian cukup tersenyum dengan kebahagiaan kalian. Sedikit salah, atau kadang mereka meminta sedikit saja, cacian kemudian kalian lontarkan dengan lantang. Saat mereka hanya ingin membela diri, bertambahlah cacian itu tiada habisnya.

Tidak bisa kah sedikit saja memahami mereka. Sedikit saja membayangkan kehidupan mereka. Pernahkah kalian mendatanginya, untuk sekedar menanyakan kabar. Yah, mereka tetap bahagia di gubuk peninggalan orang tua, mereka tetap makan walau itu hanya sepiring berdua. Sesekali terbayang wajah orang tua yang serupa dengan kalian, namun kehangatan itu tak seperti yang diberikan orang tuanya. Kalian seperti hakim yang terus menghukum tanpa sedikit memberi cela untuk mereka bernafas.

Si yatim dan si piatu yang malang. Musibah demi musibah berdatangan. Namun mereka bisa kuat. Teringat saat Ramadhan beberapa tahun silam, di rumah sakit itu mereka berjuang, untuk nyawa yang lain. Rupiah mereka kumpulkan dengan tertatih, untuk menyelamatkan senyum orang-orang tersayang dari anak yang malang itu. Adakah kalian sekedar mendatangi mereka? Oh tidak, sangat jelas kenangan itu, saat kalian mengatakan, biarkan saja, biarkan mereka berjuang sendiri. Dan setelah itu cacian demi cacian mereka dapatkan.

Bersambung!