NUR HAMIDAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KENANGAN MASA KECIL TUMBUHKAN GELIAT LITERASI DENGAN KERTAS PEMBUNGKUS BUMBU DAPUR
http://nenysuswati.blogspot.co.id/2015/09/nasib-tulisan-di-media.html

KENANGAN MASA KECIL TUMBUHKAN GELIAT LITERASI DENGAN KERTAS PEMBUNGKUS BUMBU DAPUR

Siang ini saya sempat berbincang dengan rekan kerja mengenai beberapa hal. Diantaranya tentang kesulitannya mengajarkan dan menumbuhkan minat baca pada anaknya yang duduk di Taman Kanak-Kanak. “susah sekali mengajarkan anak-anak untuk mau belajar membaca” kalimat itu yang muncul saat membuka topik perbincangan kami. “yang ibu lakukan menyuruh anak belajar membaca atau mengajak anak sama-sama belajar membaca?” jawabku yang disambut dengan senyuman oleh teman yang satu ini.

Saya pun mencoba mengemukakan argumen “sebagai orang tua selama ini kita kebanyakan menuntut anak bisa ini dan itu, sementara kita sendiri belum tentu mau melakukan itu.” Katakanlah bahwa kita menyuruh mereka membaca tapi apakah kita sendiri sudah menunjukkan kebiasaan kita membaca, meluangkan waktu untuk bersama-sama mereka membaca segala sesuatu. Kita terlalu menuntut anak tanpa menunjukkan kebiasaan kita yang bisa menjadi teladan bagi sang anak.

Sambil bernostalgia saya pun bercerita tentang bagaimana cara ibu saya dulu mengajarkan kebiasaan membaca. Sangatlah sederhana, karena ibu hanya seorang perempuan rumahan yang tugasnya megurus rumah tangga. Masak, mencuci, merawat rumah, dan merawat seluruh anggota keluarga. Semasa kecil sekitar kelas satu Sekolah Dasar (SD) anak-anak seperti saya sering disuruh membeli keperluan seperti cabe, bawang merah, atau bumbu dapur yang diperlukan sehari-hari. Semua keperluan itu biasa kami beli di toko kecil yang agak jauh dari rumah. Penjual biasa membungkus barang-barang tadi dengan kertas koran atau sobekan buku-buku bekas. Masih ingat sekali pesan ibu, “nanti kalau pulang beli bawang kamu lihat kertas bungkusnya, dan bacalah sesuatu di bungkus itu ya!”. Hingga saya pun selalu melakukan hal itu, membaca segala sesuatu di setiap bungkus atau kemasan barang yang saya beli.

Tak pernah sedikitpun terpikir bahwa apa yang ibu perintahkan itu akhirnya menjadi sebuah kebiasaan positif yang dapat menumbuhkan minat dan kesukaan saya dalam membaca. Tidak hanya itu, setiap kami bepergian ibu selalu menyuruh saya membaca tulisan apapun yang saya temui di jalan. Itu adalah kebiasaan sederhana yang bisa diterapkan dalam mengajarkan anak supaya lebih lancar membaca. Masih teringat juga bahwa saya dulu paling sering menemui salah ketika membaca kata yang terdapat huruf “x” disertai huruf vokal seperti “maxim” yang dibaca “maksim” yang seringkali saya membaca “makim”. Rupanya kesalahan bukan hanya saya alami tetapi juga banyak ditemui pada anak-anak zaman sekarang yang baru belajar membaca.

Betapa hebatnya ibu yang hanya wanita biasa bergelut dengan pekerjaan rumah tangga tetapi mempunyai kemampuan menumbuhkan geliat literasi pada diri anak-anaknya. Sangat berbeda dengan ibu-ibu modern zaman sekarang. Para wanita karier dengan pendidikan tinggi cenderung memercayakan pendidikan anak-anaknya pada guru privat. Karena alasan kesibukan mereka senantiasa memiliki alasan untuk tidak mendampingi putra-putrinya. Dengan kemampuan finansial yang memadai mereka terlalu percaya pada tempat penitipan anak, bimbingan belajar yang memiliki banyak program. Dengan biaya yang telah dikeluarkan orang tua pasti menuntut anak menguasai segala hal. Sementara teladan langsung dari orang tua sangat jarang bahkan tidak pernah ditunjukkan pada anak.

Mari kita berfikir siapakah yang paling tepat memberi teladan bagi anak? Jika kita ingin anak kita bisa membaca, suka membaca marilah kita koreksi kebiasaan kita. Apakah orang tua juga suka membaca, pernahkah orang tua menunjukkan kegiatan membaca di depan anak-anak mereka?. Tanpa harus kita suruh anak akan mengikuti kebiasaan orang tua. Alangkah baiknya jika kebiasaan atau budaya membaca itu dimulai dri rang tua di rumah.

Beberapa orang tua juga mengeluh bahwa mereka sudah membelikan aneka buku yang menarik, tetapi anak tidak mau membaca. Padahal ibu saya dulu membuat saya suka membaca hanya dengan membaca potongan kertas pembungkus bumbu dapur. Hal yang sangat sederhana yang sudah tidak pernah saya jumpai pada ibu-ibu zaman sekarang. Zaman ini telah berubah, beruntunglah saya yang dibesarkan seorang ibu pada peradaban lama dengan geliat literasi pola sederhana namun tidak terkalahkan dengan kemampuan ibu-ibu masa kini dengan geliat literasi sebatas pada seputar penggunaan gadget dan media sosial.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post