NUR HAMIDAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENGHADAPI TANTANGAN PEMBENAHAN MORAL DAN KARAKTER BANGSA

MENGHADAPI TANTANGAN PEMBENAHAN MORAL DAN KARAKTER BANGSA

Belakangan ini banyak yang mengatakan bahwa Indonesia sedang mengalami krisis moral. Indikator keterpurukan manajemen pemerintahan dari pusat sampai ke bawah merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Indonesia juga menghadapi masalah merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional. Belum lagi kasus-kasus kemerosotan moral oleh generasi muda. Perilaku tidak jujur, mementingkan diri sendiri, perkelahian, narkoba, tidak menghormati sesama, dll. Dikatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya kerusakan moral: 1. Kemajuan teknologi, 2. Memudarnya kualitas keimanan. 3. Pengaruh lingkungan. 4. Hilangnya kejujuran. 5. Hilangnya Rasa Tanggung Jawab. 6. Tidak Berpikir Jauh ke Depan 7. Rendahnya Disiplin. (Kompasiana.com, 30/3/16)

Lantas siapakan yang bertanggung jawab terhadap semua itu? Benarkah Indonesia bisa bangkit dari semua itu?. Pertanyaan itu tidak akan bisa terjawab tanpa adanya tindakan nyata dari berbagai pihak untuk keluar dari keterpurukan moral bangsa. Bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan yang cukup besar dalam upaya membangun kembali moralitas dan karakter bangsa. Bangsa Indonesia memerlukan pembangunan pendidikan karakter yang sesuai untuk membenahi segala keterpurukan itu. Karakter merupakan suatu implementasi dari tingkah laku dan sikap seseorang, dimana merupakan salah satu pilar penting yang akan menentukan prestasi dan pencapain seseorang. Oleh karena itu Proses pemahaman mengenai Pendidikan karakter ini harus mulai ditanamkan sejak dini agar dapat menjadi dasar yang kuat bagi seseorang untuk menghadapi kehidupan di masa mendatang. Pendidikan karakter harus diimplementasikan pada semua aspek baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Untuk membangun karakter bangsa harus dilakukan mulai dari skala yang paling rendah sampai paling tinggi. Mulai dari keluarga dalam lingkup paling kecil hingga lembaga pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi.

Tantangan yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter bangsa sangat berat. Anak-anak Indonesia sudah terlalu dekat dengan perilaku tidak jujur dan tidak bertanggung jawab yang kebanyakan ditunjukkan oleh orang tua baik secara sadar ataupun tidak. Perilaku ketidakjujuran pemimpin kita juga secara tidak langsung membawa dampak yang cukup besar bagi psikologi generasi muda. Belum lagi kasus-kasus ketidakjujuran dan kebohongan juga kerap terjadi di institusi pendidikan. Yang paling nampak adalah pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang disinyalir banyak sekali praktik ketidakjujuran yang dilakukan oleh oknum yang mengatasnamakan tim suskses unas dengan memberikan bocoran jawaban kepada siswa. Hal demikian benar-benar telah menodai pendidikan di Indonesia, sekolah yang diserahi tanggung jawab besar melaksanakan pembenahan moralitas dan pendidikan karakter justru telah menodai fungsinya. Hal tersebut justru yang harus mendapat perhatian serius sehingga pendidikan karakter bukanlah wewenang lembaga pendidikan saja melainkan harus terintegrasi di lingkungan keluarga maupun sosial masyarakat.

Menurut Mc Kouzes dan Barry Postner dalam Agus Zainul Fitri, sikap jujur merupakan penentu utama kesuksesan seseorang dan kemajuan suatu negara. Orang yang paling berpengaruh di muka bumi ini adalah pembela-pembela keadilan, kejujuran, kebeersamaan, dan kedamaian. Seperti nabi Muhammad SAW, Nabi Isa a.s., dan para rasul pilihan lainnya (2012: 15).

Pendidikan di Indonesia mengemban amanah yang cukup besar dalam melaksanakan pendidikan karakter guna pembangunan moralitas bangsa sejalan dengan gerakan revolusi mental untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala seperti gagasan pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Inilah saatnya bangsa Indonesia harus mengulang sejarah. Kita harus menggerakkan kembali gerakan revolusi mental sesuai dengan konteks saat ini, bukan hanya sekedar selogan tetapi harus benar-benar dilaksanakan dalam wujud perjuangan yang nyata.

Pada kurikulum pendidikan KTSP pendidikan karakter sangat ditekankan dengan tujuan 1) Mengembangkan Potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, 2) mengembangkan kebiasaan dan prilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius, 3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, 4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan, 5)Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignit y). Sedangkan Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/kominikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

Hal tersebut disempurnakan lagi dalam kurikulum 2013 pada standart kompetensi lulusan yang mencakup domain sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada domain sikap inilah diharapkan mencakup pendidikan karakter yang melupiti sikap spiritual dan sikap sosial yang meliputi pencapaian pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya (2014:15)

Tantangan pendidikan karakter di Indonesia diharapkan dapat diatasi melalui penerapan kurikulum pendidikan. Oleh karena itu setiap pembaharuan konsep kurikulum di Indonesia diharapkan dapat memberi arahan bagi pembentukan karakter bangsa ke arah yang lebih baik. Indonesia memiliki tugas yang cukup berat dalam membenahi pondasi karakter pada usia emas yang nantinya akan berperan besar untuk kelanjutan pembangunan bangsa dan negara. Untuk itu diperlukan keteladanan sebagai cermin bagi anak-anak. Hal itu bisa dilakukan melalui proses pembiasaan penerapan nilai-nilai yang baik dalam setiap aspek kehidupan. Proses pembiasaan itu juga harus melibatkan berbagai pihak baik sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.

Daftar Pustaka

Agus Zaenal Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah (Jogjakarta:AR-RUZZ Media, 2012) hlm 15

Kompasiana.com, 30 Maret 2016

Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post