NUR HAMIDAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEJUTA MASALAH DALAM SENYUMAN SI INDAH
http://www.psikologika.id/2016

SEJUTA MASALAH DALAM SENYUMAN SI INDAH

Seperti biasa saya selalu mengawali hari-hari dengan melaksanakan kegiatan rutin datang ke sekolah lebih pagi. Rutinitas selanjutnya memposisikan diri di pintu gerbang sekolah, menunggu kedatangan murid-murid di pagi hari adalah suatu kegiatan yang sangat menyenangkan. Bisa melihat ekspresi anak-anak di pagi hari, mengecek kerapian penampilan mereka dengan seragam yang telah ditentukan. Satu persatu menyambut jabatan tangan mereka sambil mengucapkan salam.

Kami di sekolah menanamkan pembiasaan senyum, salam, dan sapa yang bisa terlihat jelas di pagi hari. Saya juga tak lupa menanyakan hal-hal yang menunjukkan perhatian pada anak-anak, misalnya bagaimana kabar mereka di hari itu, sudah sarapan apa belum, apa semua keperluan sekolah sudah dibawa, dan sebagainya. Tujuannya adalah menjalin keakraban sekaligus membangun aura positif pada mereka sebelum belajar. Prinsip saya adalah menunjukkan ekspresi perhatian dan keakraban pada anak-anak di pagi hari pasti bisa memberikan semangat bagi anak-anak untuk belajar.

Bukan hanya menjalin keakraban dengan anak-anak, kami juga dapat menyapa wali murid yang pada saat itu mengantarkan putra putrinya ke sekolah. perhatian kepada anak-anak bisa dilakukan secara menyeluruh ketika menyambut mereka datang. Seperti halnya siswa yang satu ini setiap pagi selalu diantar oleh ayahnya. Semua tahu kalau orang tua Indah adalah salah satu pejabat di kota ini. Setiap pagi dari dalam mobil terlihat sosok yang gagah dan begitu berwibawa, menurunkan putrinya dari mobil mewah yang ditumpanginya. Indah pun selalu turun dengan ceria seperti teman-temannya yang lain.

Saya juga mengajar di kelas Indah, dia sosok anak yang rajin belajar, selalu bergaul dengan teman-temannya tanpa pandang bulu. Prestasinya juga cukup memuaskan. Hal itu sangat didukung dengan ketersediaan buku-buku penunjang belajar yang lengkap. Terlihat bahwa orang tuanya begitu memperhatikan kebutuhannya. Menurut teman-temannya Indah sangat baik, suka membantu temannya. Apalagi kalau ada temannya yang tidak punya uang saku, pasti Indah akan mentraktirnya. Di kelas juga selalu aktif tidak kalah dengan teman-teman yang lainnya.

Namun beberapa hari anak ini kelihatan aneh. Beberapa kali tidak mengikuti pelajaran saya, padahal saya tahu dia masuk. Di kelas ini memang ada beberapa anak laki-laki dan perempuan yang agak susah diatur. Sering meninggalkan pelajaran dengan nongkrong di kantin. Hari itu begitu saya masuk kelas ada empat anak yang tidak mengikuti pelajaran saya termasuk Indah. Karena itu bukan hal biasa saya langsung mencari mereka. tujuan utama adalah kantin sekolah. Ternyata benar, dari jauh saya sudah melihat mereka. karena merasa kalau saya sedang mencari-cari mereka pun lari dan segera bergegas menuju kelas. Hari itu segaja saya tidak menghukum mereka. saya hanya menjelaskan bahwa “lain kali kalau kalian lapar dan ingin makan saya tidak akan melarang, tapi ijin dulu akan saya berikan waktu untuk makan”. Nampaknya mereka memperhatikan apa yang saya ucapkan.

Namun kejadian di pagi itu terulang lagi di hari-hari berikutnya. Saya pun melakukan intropeksi diri, mungkin selama ini ada yang salah dengan teknik pembelajaran yang saya terapkan sehingga membuat anak-anak itu merasa bosan. Saya mengambil inisiatif untuk menanyakan langsung kepada mereka satu persatu. Ternyata mereka tidak memberikan gambaran yang jelas tentang alasan mereka meninggalkan pelajaran. Berdasarkan informasi dri teman-teman dan guru yang lain ternyata tidak hanya pada pelajaran saya saja, pada pelajaran yang lain juga seperti itu. Ada yang aneh dengan anak-anak ini termasuk Indah yang seblumnya tidak pernah menunjukkan perilaku seperti ini.

Beberapa anak di kelas juga bercerita “iya bu...sekarang Indah jadi bergaul sama anak-anak yang nakal, sekarang juga suka tidak mengerjakan PR. Kalau ulangan selalu nyontek ke temannya”. Saya berfikir kalau ada sesuatu pada anak ini. Mungkin anak ini sedang memiliki masalah. Diam-diam saya amati ada perubahan pada sikap anak ini, cenderung diam dan acuh terhadap teman-temannya dan juga guru. Teman bergaulnya juga berubah, sepertinya dia sekarang lebih suka bergaul dengan anak-anak yang cederung melakukan pelanggaran di sekolah. prestasi belajarnya juga mulaimenurun.

Saya berniat untuk membantu anak-anak ini, mencari tahu ada masalah apa dengan mereka. Tapi niat itu belum terlaksana hingga suatu pagi saya dikagetkan dengan berita bahwa Indah melarikan diri dari sekolah dengan cara melompat pagar sekolah. Tak bisa dibayangkan anak perempuan ini melompat pagar hanya untuk lari dari pelajaran. Keesokan hainya Indah dipanggil di ruang BK. Waktu itu saya sedang berada di ruangan BK bersama guru BK dan wali kelasnya. Saya lihat ekspresi anak ini begitu acuh ketika dimarahi oleh bi Nia sang wali kelas. Saya dan guru BK hanya diam, yang lebih banyak mengungkapkan kemarahannya adalah wali kelasnya. Terlihat jelas anak ini menundukkan kepala namun tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh bu Nia. Saat itu bu Nia mengatakan dengan nada membentak “apa kamu tidak malu melakukan semua itu, kamu itu anak pejabat seharusnya kamu bisa berbuat lebih baik”. Anak ini hanya diam menelan kemarahan bahkan menatap bu Nia dengan penuh kebencian. Saya terus memperhatikan anak ini. Sengaja dengan tidak ikut bekata apapun karena tidak memiliki kapasitas apapun dalam menangani masalah ini.

Pada akhirnya bu Nia berkata, “sudah kamu harus diskors tidak boleh masuk sekolah, jika perlu saya akan panggil orang tuamu dan menyarankan kamu dipindah saja”. Mendengar hal itu serentak Indah menangis dan berkata “jangan bu...jangan panggil orang tua saya, saya tidak mau pindah sekolah, saya masih ingin sekolah di sini bu”. Mendengar hal itu bu Nia justru semakin marah. “Memang kalau kamu anak pejabat terus kamu mau diperlakukan istimewa gitu, kok enak kamu melanggar aturan tidak mau dihukum”. Menurut saya kata-kata bu Nia sudah sangat menyakiti hati anak ini, dari tadi bu Nia hanya marah-marah dan tidak berusaha mencari masalah yang sesungguhnya. Saat itu saya menyarankan guru BK untuk bicara dan mengorek masalah yang sedang dialami anak ini.

Indah masih kelihatan menangis, dan yang lebih mengagetkan waktu itu dia berkata “kenapa semua orang tua itu sukanya marah-marah, kenapa orang tua itu sangat egois dan tidak pernah memperhatikan anaknya”. Saat itulah waktu yang tepat bagi kami untuk bertanya lebih lanjut. Namun tanpa betanya anak ini melanjutkan perkataannya “silahkan panggil orang tua saya, mereka tidak akan datang, mereka tidak akan peduli dengan saya, mereka lebih sibuk dengan urusan mereka masing-masing, mereka lebih sibuk dengan pertengkarannya sendiri, mereka lebih sibuk dengan kesenangan mereka sendiri”. Saya pun bertanya “ada apa dengan orang tuamu Indah?”. Dia pun menjawab dengan menangis sejadi-jadinya “ayah saya menikah lagi bu, ayah sudah meninggalkan kami bu”.

Bagai disambar petir, sejenak kami pun tidak bisa berkata apapun hanya mendengar tangisan anak ini yang semakin keras. Saya pun melihat raut wajah bu Nia yang dari tadi hanya melontarkan kemarahan, ada sedikit perasaan bersalah. Saya juga hanya bisa memeluk dengan harapan bisa menenangkan anak ini. “Indah setiap orang tua pasti memiliki masalah, tapi apapun masalah itu tidak boleh mengganggu aktivitas belajar kamu, sekolah adalah mereka pasti tetap menginginkan yang terbaik buat kamu” hanya itu kata-kata awal yang bisa aku lontarkan.

Saya merasa bahwa anak ini butuh perhatian, butuh didengarkan. “iya bu, tapi kenapa rasanya sangat berat, kenapa tidak ada yang membantu saya, kenapa guru-guru sukanya hanya marah-marah”. Jawab Indah. Saya harus menjelaskan bahwa guru-guru hanya ingin menegakkan kedisiplinan ketika ada pelanggaran supaya tidak terulang dan berakibat pada siswa yang lainnya. Anak ini diam menandakan bahwa dia memahami apa yang saya sampaikan. “Kamu harus rajin belajar, di tengah-tengah masalah yang kamu hadapi harus ada kekuatan dari diri kamu untuk menghadapinya. Saya yakin bahwa ketika orang tua menghadapi masalah, mereka pasti tidak ingin anaknya menderita”. Indah harus bisa menghadapi ini semua. Ibu yakin bahwa Tuhan memberikan masalah pasti disertai dengan penyelesaiannya pula”.

Tak tega rasanya melihat anak ini, tak terbayang kesedihan yang dialaminya. Anak ini hanya korban dari masalah yang dihadapi oleh orang tuanya. Dia butuh teman yang bisa mendengar segala keluh kesahnya. Tak kuasa hati ini untuk menenangkan hatinya. Perlahan anak ini meminta ijin untuk kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Sebelum itu saya berkata bahwa saya siap menjadi pendengar kaanpun dia mau.

Semenjak hari itu saya melihat telah ada perubahan pada diri anak Indah. Dia kembali aktif di kelas berbaur dengan teman-temannya. Perilakunya pun lebih baik dan tidak pernah menunjukkan perilaku melanggar tata tertib. Sesekali saya bertanya tentang keadaannya, dia selalu menjawab dengan senyuman. Senyuman itu sangat melegakan hati saya, hingga saya berfikir mungkin keadaan orang tuanya sudah sangat baik, masalah dalam keluarganya pun teratasi.

Hari demi hari tak terasa angkatan Indah sudah mencapai masa-masa terakhir di sekolah. Serangkaian ujian sudah dilalui. Terakhir saya melihat keberhasilan anak-anak satu angkatan dalam mengikuti ujian nasional. Indah pun telah berhasil. Seperti biasa sekolah kami mengadakan wisuda purna siswa. Pada saat itulah saat-saat terindah bagi kami selaku guru. Terutama saya yang melihat keberhasilan Indah. Anak yang beberapa waktu yang lalu sempat menangis karena masalah yang ia hadapi. Ketakutan putus sekolah karena masalah yang dia hadapi waktu itu telah terlewatkan. Pada hari itu semua anak merayakan kemenangannya dan kami semua pun tersenyum bahagia. Kami merasa telah mengantarkan anak-anak kami meraih impiannya.

Masa bersama anak-anak terasa cepat sekali terlewati. Tak jarang kami tanpa sengaja menemui mereka di tempat-tempat tertentu. Mereka pun bertambah dewasa dengan segala kesuksesan yang diraihnya. Begitu juga Indah, suatu ketika saya bertemu dengan anak kecil yang dulu pernah menjadi anak didikku itu. Dia sopan dia menyapaku dan bertanya tentang keadaanku. Saya tidak pernah lupa terhadap anak ini meski sekarang telah tumbuh dewasa. Aku pun menanyakan kabarnya, “kamu apa kabar Indah?”. Baik bu, saya sekarang juga sudah jadi guru, jawabnya. Beberapa saat kami ngobrol dia mengajakku ke sebuah cafe di sebuah pusat perbelanjaan dan aku pun tidak menolaknya.

Cukup lama kami ngobrol di sana, Indah banyak bertanya kabar bapak/ibu guru di sekolah kami. “Ibu sangat bangga dengan kamu Indah”, Ucapku memujinya. “Ah ibu, semua juga berkat ibu”. Saya banyak belajar dari apa yang ibu ucapkan dulu, tentang kesabaran dalam menghadapi masalah. Begitu besar masalah yang saya hadapi di saat saya sekolah dulu. Meskipun masalah selalu datang saya berusaha tetap mengutamakan belajar, jangan sampai sekolah saya terganggu karena besarnya masalah yang saya hadapi. Jika saja ibu tahu, pada setiap saya menghadapi ujian nasional mulai SD, SMP, sampai SMA saya orang tua saya pasti bertengkar di depan saya. Dari tahun ke tahun masalah yang saya hadapi tetap sama bu, tentu ibu tahu masalah itu. Tapi semuaitu sudah berlalu bu”, Indah menceritakan semua itu sambil tersenyum.

Serentak perasaanku yang tadinya senang mendadak berubah menjadi sangat sedih. Betapa tidak, saat itu saya berfikir bahwa anak ini sudah tidak menghadapi masalah lagi. Keceriaannya dulu justru menutupi segala masalah yang dia hadapi. Dalam hati saya berkata “Betapa sedihnya dia pada saat itu, dan saya sebagi guru tidak mengetahui hingga tidak bisa membantunya”. Terakhir saya bertanya mengenai kabarnya, ia hanya menjawab dengan senyum yang merekah. Ternyata dibalik senyuman itu dia masih menyimpan masalah yang sangat besar.

Sebagai guru saya terlalu egois untuk tidak mau tahu apa yang menimpa anak-anak. Padahal peran guru harusnya sebagai orang tua bagi anak di sekolah. Ini adalah gambaran tentang keegoisan saya selama ini yang kurang peka terhadap masalah anak. Selama tiga puluh menit kami berbincang tentang banyak hal, saya bangga dan bersyukur atas segala yang diraih oleh Indah. Anak kecil yang dulu sangat membutuhkan perhatian orang tua dan gurunya. Meski berkali-kali ia mengatakan bahwa apa yang saya katakan pada waktu itu bisa membuatnya tetap bersemangat sekolah. Namun tak ada rasa bangga pada diri saya. Anak didik saya yang satu ini berhasil mengalahkan masalah yang merintangi perjuangannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Indah ... Sabar ya Nak Bu Guru tidak marah kok.... Lajut Bu I Love You

10 Apr
Balas

Iya bu guru...mksih

10 Apr

Sepertinya di sekolah lebih banyak yang memiliki karakter seperti bu nia. sedikit sekali yang memiliki karakter seperti tokoh "saya".

10 Apr
Balas

Betul...padahal anak-anak sangat membutuhkan guru selayaknya orang tua mereka sendiri

10 Apr



search

New Post