Nurhayati

Lahir di Desa Buniseuri kecamatan Cipaku Kab.Ciamis Sekolah SDN SUKAMAJU Cijoho MTsN Buniseuri SPGN Probolinggo IKIP PGRI UT PGSD Menulis untu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merajut Asa di Ujung Senja

Merajut Asa di Ujung Senja

Bismillahirrahmanirrahim,

#Hari ke-26

#cerpen

Merajut Asa di Ujung Senja (5)

Langit sore berhias awan putih yang berarak perlahan menghiasi percakapan keluarga Pak Harun di teras samping rumahnya. Semilir lembut angin turut menyegarkan suasana. Terutama hati Aisyah yang tengah berbunga-bunga. Ya, pasalnya Abdel teman Kemal sang kakak yang juga seorang dosen telah resmi meminangnya seminggu yang lalu. Mereka sedang membicarakan rencana pernikahan Aisyah. "Bu, mestinya kakak dululah yang menikah, jadi gak enak nih ngelangkahin" Aisyah melirik Kemal yang duduk di sebelahnya tengah memainkan HP. "Emangnya sudah ada calon?", Bu Is memandang Kemal. "Jangan pikirkan kakak fokus saja pada pernikahanmu", sahut Kemal. "Buuuu, putra kesayangan ibu nih banyak lo penggemarnya", Aisyah mulai menggoda kakaknya. "Ya iyalah, Kemal gitu loh", Kemal tak mau kalah yang dibalas Aisyah dengan memajukan bibirnya. Melihat hal itu Bu Is dan Pak Harun tersenyum ceria. "Sudah, kita patut banyak bersyukur, Kemal sudah mapan, Aisyah walau cuma honorer di TK gak apa-apa yang penting bisa mengamalkan ilmunya. Semua ini nikmat yang luar biasa dari Allah", ucap Pak Harun berwibawa. "Tapi tugasku sebagai seorang bapak belum selesai sebelum mengantarkan Aisyah ke pelaminan", lanjut pak Harun. Dan serangkaian kata-kata nasehat penuh cinta, penuh makna meluncur begitu saja dari lisannya. Percakapan pun berlanjut sampai senja menjelang. Langit telah semburat kekuningan bersemu merah, lantunan adzan berkumandang melintasi cakrawala. Menyeru sekalian umat Islam untuk bersujud.

Hasil panen padi Pak Harun melimpah kali ini, seperti biasa zakat 10 persen pun telah ditunaikan. Sebagai ungkapan rasa syukur, seminggu sebelum akad nikah putrinya, Pak Harun mengunjungi beberapa panti asuhan untuk berbagi seperti yang sering dilakukannya selama ini. Kali ini dipilihnya hari Minggu pagi, agar dapat mengajak istri dan kedua anaknya. Berbagai bingkisan pun telah memenuhi bagasi mobilnya. Mereka pun meluncur ke panti asuhan terdekat. Anak-anak panti sedang melakukan kerja bakti rupanya. Begitu melihat Pak Harun keluar dari mobilnya anak-anak pun berlarian berebut menyalaminya, "Kakek Haruuun.... !" Pak Harun pun menyambut mereka dengan hangat. Bu Is, Aisyah dan Kemal tersenyum haru melihatnya. Setelah berbincang-bincang sebentar dengan pengasuh panti dan menyerahkan sejumlah uang dan bingkisan, mereka meneruskan perjalanan ke panti asuhan kedua. Di sana sambutan pengasuh panti dan semua anak asuhnya tak kalah hangat. Kadang terselip harapan dalam benak anak-anak yatim itu, untuk mendapatkan keluarga baru yang bersedia mengadopsi mereka. Waktu dhuhur pun tiba, Kemal membelokkan mobilnya ke sebuah masjid di tepi jalan, dan mereka bisa mendirikan shalat dhuhur siang itu dengan berjamaah.

"Kita ke panti mana lagi sekarang,

Pak?" Kemal kembali melajukan mobil.

"Sebaiknya kita makan siang dululah, Mal", Bu Is menimpali. "Iya dong kak, laper nih", Aisyah yang duduk di kursi belakang bersama ibunya menyahut.

"Bolehlah cari tempat makan, Mal", Pak Harun setuju. Ketika Kemal berniat membelokkan mobilnya di depan sebuah restoran, tiba-tiba seorang pejalan kaki menyeberang. Ciiiiit...

Suara rem mobil yang mendadak mengejutkan seisi mobil. "Astaghfirullah.." Terdengar Aisyah dan Bu Is memekik. Bergegas Kemal dan yang lain keluar dari mobil. Di depan mobil terlihat seorang wanita tengah memunguti barang belanjaannya yang berhamburan karena kaget. "Maap Bu, Ibu tidak apa-apa?", Kemal membantu wanita itu mengumpulkan belanjaannya. "Oh, tidak terimakasih". Wajah wanita yang tertutup niqab hitam itu menengadah.Deg, mata itu...

Ya Kemal merasa tak asing dengan mata indah itu. Dan wanita itu pun segera berlalu. "Bu eh mbak, ..." Wanita itu tak menghiraukan panggilan Kemal.

"Sudahlah alhamdulilah dia tidak apa-apa", ujar pak Harun." Duh kakak, efek lapar kali ya". Aisyah mulai menggoda kakaknya. " Aah kamu tahu aja, maap ya Pak Bu", Kemal merasa bersalah.

"Sudah, ayo cari tempat parkir, kita jalan aja yuk,Buk" Pak Harun, Bu Is dan Aisyah melangkah menuju pintu restoran, sementara Kemal memarkirkan mobilnya.

Makan siang mereka pun serasa nikmat dengan menu sederhana yang mereka pesan. Bagi mereka perjalanan ini adalah wisata religi yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit lahir maupun batin. Sejak kecil, Pak Harun beserta istri telah memberi teladan yang kepada anak-anaknya. Menanamkan arti pentingnya sedekah. Menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama, terlebihereka yang kurang beruntung. Beliau sering mengatakan bahwa setiap sedekah yang kita keluarkan adalah cara kita untuk menitipkan harta pemberian Allah di dunia, untuk kita ambil lagi kelak diakhirat.

"Aisy, inikah panti asuhan yang kamu maksud?", Kemal berhenti di depan sebuah bangunan besar yang mirip rumah biasa. Di halaman depan tampak sebuah papan nama bertuliskan "Panti Asuhan An-Nur". Aisyah yang mulai terkantuk-kantuk terkejut, " Hm, iya betul", jawabnya. Mereka turun dari mobil. Pak Harun memperhatikan sekeliling, asri sekali. Halaman depan banyak dihiasi tumbuhan hias yang tertata rapi sekali. Aisyah mengetuk pintu panti yang tertutup. "Assalamualaikum..." Selang beberapa saat, seorang wanita separuh baya keluar, " Waalaikum salam.." Dengan ramah mereka dipersilahkan masuk. Setelah memperkenalkan diri dan mengenalkan anak istrinya , Pak Harun pun menyampaikan niatnya untuk menjadi donatur di panti itu. Tentu saja disambut baik oleh sang pemilik panti. Kemudian Bu Hamidah, demikian dia biasa dipanggil menceritakan asal mula berdirinya panti itu. Bahwa pernikahannya dengan almarhum sang suami tidak dikarunia seorang anak pun. Kemudian mereka sepakat mengdopsi beberapa orang anak. Dan lama kelamaan jumlah anak yang mereka asuh semakin banyak. Akhirnya jadilah sebuah panti asuhan. Percakapan mereka tiba-tiba terhenti dengan kehadiran seorang wanita bercadar yang menyuguhkan minuman. Aisyah dan Kemal saling berpandangan. "Itu...itu.." Kemal tergagap. Wanita itu pun berlalu dan menghilang di balik pintu tengah. "Ooh itu, dia salah satu pengasuh di panti ini. Baru datang beberapa bulan ini. Rela mengorbankan tenaganya tanpa meminta upah", Bu Hamidah menjelaskan. Kembali Aisyah dan Kemal berpandangan.

"Sungguh mulia, orang-orang seperti itu calon penghuni surga", Bu Is menimpali.

"Masya Allah...", Ucap pak Harun, Kemal dan Aisyah bersamaan.

Bersambung

Wringinagung, 19Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus tulisannya bu

19 Jul
Balas

Terimakasih bunda, salam kenal salam literasi

19 Jul
Balas



search

New Post