Nurhayati

Lahir di Desa Buniseuri kecamatan Cipaku Kab.Ciamis Sekolah SDN SUKAMAJU Cijoho MTsN Buniseuri SPGN Probolinggo IKIP PGRI UT PGSD Menulis untu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merajut Asa di Ujung Senja

Merajut Asa di Ujung Senja

Bismillahirrahmanirrahim,

#Hari ke-35

#cerpen

Merajut Asa di Ujung Senja (13 )

Mentari di Ahad pagi itu begitu hangat. Kicau burung di pohon flamboyan di samping panti bersahutan. Tanaman hias di sekitarnya terawat sangat rapi. Indah, sedap dipandang mata. Sayup-sayup lantunan doa, ''Ilahi lastulil firdausi ahlan....Alaa aqwa 'alannaril jahiimi. Fahabli taubatan waghfir dunuubii fainnaka ghafirudzzanbil adziimi " merdu menyentuh hati sanubari. "Wahai Tuhanku, diriku bukanlah ahli surga, namun aku tak kuasa menahan siksa neraka jahim, maka berikanlah ampunan akan dosaku dan sesungguhnya Engkau Maha mengampuni dosa yang besar..."

May yang sedang menyiram bunga-bunga dan tanaman perdu di halaman samping panti saat itu tak menyadari kehadiran sesosok pria yang menghampirinya. "Assalamu'alaikum..." Suara yang berat membuat May sangat terkejut, seketika dia menghentikan senandung dan aktivitasnya. "waalaikum salam..." Tanpa membalikkan tubuhnya dia menjawab. " May, tolong jangan menghindar saya...." Belum selesai Ustadz Kemal berkata May berlalu dengan cepat tanpa menoleh sedikitpun. "May...!" Bu Panti yang berjalan keluar hampir saja bertabrakan dengan May. Dengan terheran-heran Bu Panti melongok keluar, "Oh, Nak Kemal silahkan masuk" ujar Bu Panti ramah. "Di sini saja Bun sejuk" Dan mereka pun berbincang di halaman samping panti itu. Sebelum Kemal berkata lebih lanjut, Bu Panti yang faham akan tujuannya mendahului memberikan penjelasan. "Apakah Nak Kemal yakin ingin menikahi May?"

"Tentu saja Bunda saya yakin, sampai setua ini saya tidak pernah mengatakan ini pada wanita manapun"

Kemal menjelaskan.

"Bagaimana dengan orang tua dan seluruh keluarga?"

"Keluarga saya tak ada masalah, Bunda, mereka sangat demokratis", Kembali berusaha meyakinkan Bu Panti.

" Benarkah? Nak Kemal mesti tahu, jiwa May sangat rapuh, dia mudah meradang. Sejak kedatangannya kemari hampir tidak pernah Bunda melihatnya ceria. Selalu murung, menyesali dirinya tiada henti. Bunda jadi kasihan sekali melihatnya...." Kemal manggut-manggut, dia ikut prihatin mendengar cerita Bunda.

"Subhanallah, saya semakin terpesona dengan kepribadiannya" gumam Kemal.

"Kalau memang demikian baiklah, May telah menunjuk Bunda menjadi wakilnya. Setelah bersusah-payah Bunda meyakinkannya, dia akhirnya setuju untuk ta'aruf sambil memohon petunjuk Allah" kata Bu Panti.

"Alhamdulilaaah...." Kemal menengadahkan kedua tangannya tanda syukur. Bu Panti tersenyum simpul menyaksikannya.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Waktu berlalu begitu cepatnya. Tapi terasa begitu lambat bagi insan yang sedang dimabuk cinta. Berkali-kali Kemal meyakinkan Bu Panti untuk memberikan May sebuah handphone, tetapi May menolaknya. Dengan alasan takut mengganggu konsentrasinya dalam beribadah. Akhirnya Kemal pasrah, menahan segala perasaannya.

"Kak, gimana nih perkembangannya?" Sore itu Aisyah tiba-tiba masuk ke dalam kamar kakaknya yang terbuka.

"Entahlah ..." Kemal menghela nafas.

"Kok gitu sih, semangat dong...! Masa Ustadz Kemal yang ganteng ini menyerah gitu aja cuma naklukin cewek...." Kemal memotong kata-kata adiknya. "Sssstt, kakak tidak suka ya kamu bilang dia cuma cewek murahan!" Kemal membentak adiknya. Aisyah ketakutan melihat kakaknya marah. "Maap maap kak, kok jadi galak amat sih?" Kemal mendengus, "Dengar Aisy, dia itu sungguh wanita malang. Nasib telah mempermainkan hidupnya. Andai saja kau tahu cerita sebenarnya..." Aisyah melongo. "Maap ya kak. Boleh Aisy tahu cerita sebenarnya kak? Berbagilah biar berkurang beban di dada..." Aisyah merayu. Setelah terdiam beberapa saat, "Baiklah....", suara Kemal melembut. Kemudian dia menceritakan kisah hidup May yang tragis sesuai yang didengarnya dari Bu Panti. Aisyah mendengarkannya dengan penuh perhatian. Sesekali bibirnya bergumam, astaghfirullah. Berkali-kali dia mengusap matanya yang basah karena haru.

Pagi harinya, Aisyah dan ibunya sedang sibuk mempersiapkan sarapan pagi di dapur. "Aisy, kamu tahu gadis mana yang disebut kakakmu?" Bu Is menoleh ke arah anak perempuannya. Aisyah tidak segera menjawab. Bu Is jadi penasaran. "Aisy kamu dengar pertanyaan Ibu, gadis mana sih yang ditaksir Kemal?" Aisyah tersenyum.

"Bu....ingat tidak gadis yang dibawa pulang kakak malam itu....?"

"Apaaa?" Bu Is terkejut bukan alang kepalang, piring berisi tempe goreng di tangannya jatuh dan isinya berantakan. Bi Minah yang biasa bantu-bantu di dapur pun tersentak. Aisyah tak kalah terkejutnya. Dia tidak mengira reaksi ibunya akan seperti itu. Dia segera mendudukkan ibunya di kursi yang ada di sana. Napas Bu Is tersengal-sengal, dadanya turun naik dengan cepat. Aisyah segera mengambil segelas air putih dan meminumkannya. Sementara Bu Minah membersihkan pecahan piring dan tempe goreng yang berserakan.

"Buuu, tenang ya sebut nama Allah ya", Aisyah berusaha menenangkan sang Ibu. "Astaghfirullaaaahh...." Setelah minum beberapa teguk Bu Is merasa agak baikan. "Aisy, benar apa yang ibu dengar barusan? Kemal ingin menikahi wanita seperti itu?" Aisyah menggenggam tangan ibunya lembut.

"Buuu, Aisyah pun sempat kaget sebelum tahu yang sebenarnya. Tapi kalau ibu lihat dia sekarang, Masya Allah dia sudah hijrah, dia sudah berubah sangat shalihah.... " Menatap ibunya sebelum melanjutkan perkataannya, "Ibu ingat? Kakak hampir menabrak wanita berniqab hitam waktu kita bagi-bagi sedekah di beberapa panti asuhan? Dia sekarang menjadi pengasuh anak yatim-piatu tanpa digaji. Di sela-sela kesibukannya mengurus anak yatim di sana, dia selalu berdzikir, berdoa dan membaca Alquran. Sehingga hampir setiap bulan dia hatam Alquran sampai berkali-kali"

Aisyah berusaha memberikan pengertian kepada ibunya. Bu Is terdiam. "Tapi Aisy, apa kata orang nanti..." Bu Is ragu.

"Jangan hiraukan kata orang Bu..." Tiba-tiba Pak Harun muncul dari dalam bersama Kemal. Bu Is keheranan.

"Bapak? kok...?"

"Iyaaa, Kemal baru saja menceritakan semuanya kepadaku, Bu" Pak Harun memegang pundak istrinya dengan lembut. "Sudah...kita harus legawa, kalau sudah menjadi keputusan Kemal. Dia bukan anak kecil lagi. Dia pasti tahu apa yang dilakukannya". Kemal tersenyum girang. Dia serta merta memeluk bapaknya. Pak Harun menepuk-nepuk pundak anak kebanggaannya.

Sementara di panti asuhan An-Nur, Bu Panti selalu memberikan semangat kepada May yang tak juga move on. Dia masih sering terlihat merenung, menangis dan menyendiri. "Nak, Allah itu Maha Luas ampunannya. Bersyukurlah kepada-Nya, kau masih diberi kesempatan bertobat, berhijrah sampai saat ini. Tersenyumlah sayang..." Bu Panti mengelus tangan May yang masih mengenakan mukena malam itu. "Dunia akan terasa lebih indah dengan tersenyum" May hanya menunduk, "Bunda, bagaimana May bisa tersenyum, sedangkan neraka menantiku....."

"Apakah May tak percaya Allah Maha Pengampun?" Bu Panti menatap tajam.

"Percaya Bunda, percaya. Tapi apakah semudah itu? Sedangkan dosa May begitu menggunung..." May masih saja bimbang.

"Nak, kita hanya makhluk yang diperintahkan untuk berusaha, sedangkan yang menentukan semuanya hanyalah Allah. Kita tak bisa memaksakan kehendak apapun. Yang penting kita selalu berusaha semaksimal mungkin. Bertaubat nasuha, tak mengulang dosa yang sama itu sudah cukup". May mulai tergugah hatinya. Nasehat Bu Panti begitu sejuk dirasakan May.

Bersambung

Wringinagung, 29 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang banyak mutiara hidupnya. Nilai-nilai kehidupan yang sarat makna. Keren pisan. Salut pada May yang hijrah dengan sepenuh jiwa.

30 Jul
Balas

Makin seru ni ceritanya, keren Bu. Tetap semangat dsn sukses selalu.

29 Jul
Balas

Aamiiin. Terimakasih pak kunjugannya

30 Jul
Balas



search

New Post