Nurhayati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MAMA, AJID JUARA SATU

Adikku ayu baru saja berpulang kerahmatullah beberapa bulan yang lalu. Ia menderita sakit kanker selama satu tahun. Melihat sakitnya yang begitu parah, membuat kami pasrah dengan kepergiannya. Ayu meninggalkan seorang suami dan dua anak laki-laki yang berumur duabelas tahun dan enam tahun.

Ketika penerimaan raport MID semester beberapa hari yang lalu, nilai ujian Ajid, anak sulung Ayu sangat jelek. Dari semua mata pelajaran, hanya satu pelajaran yang dinyatakan tuntas. Wali kelasnya menyarankan agar Ajid dibawa konsultasi kepada seorang psikolog.

Betapa terkejutnya kami semua ketika papa Ajid memperlihatkan hasil kolsultasi dengan psikolog yang menyatakan Ajid termasuk kelompok borderline. IQnya berada di bawah klasifikasi bodoh. Kupandang wajah Ajid yang sedang bermain dengan adiknya. Mataku berkaca-kaca, kutahan agar tidak menangis. Kusampaikan pada papanya Ajid bahwa Ajid tidak bodoh, dia adalah anak yang membanggakan.

Ajid akan mengikuti khatam Al-Qur,an seminggu mendatang. Ada rasa cemas di hati kami sekeluarga apakah Ajid mampu melakukannya. Sebab jika di ajak belajar mengaji ada saja alasannya untuk mengelak. Aku berdoa kepada Allah agar dapat membimbing Ajid supaya hatinya lembut, dan dia diberi Allah kecerdasan. Kutanyakan padanya:’Ajid mau memberi mama kado yang indah? Sekarang mama kan di surga, malaikat akan datang membawakan kado Ajid untuk mama. Ajidpun menjawab,” mau, bu. Gimana caranya? Kujawab, ”Belajar mengaji yuk, nanti kita kirim pahalanya untuk mama. Itu kado spesial, lho”. Matanya berbinar-binar, :Ya, Ajid mau bu”.

Pertama mengaji, suaranya lambat sayup susah di dengar, kemudian agak keras. Hari kedua aku bujuk Ajid agar mau mengaji dengan suamiku yang biasa dipanggil ayah oleh anak-anak. Meskipun setengah dipaksa, akhirnya ia mau juga belajar mengaji. Kami semua mendukung dan menyemangati. Saudara sepupunya yang sama besar diikut sertakan belajar. Ajid sudah bisa mengaji keras, tajwidnya mulai diperbaiki. Semua berharap agar ia berhasil mengaji dengan baik. Kami berkeyakinan dengan membaca Al-Qur’an akan mempengaruhi kecerdasan seseorang. Peduli apa dengan pendapat psikolog?

Sampailah di hari yang dinanti, Ajid mengikuti haflah khatam Al-Qur’an di masjid dekat rumah. Terharu mendengar bacaan yang mengalun tenang, dengan suaranya yang merdu. Ayu..... anak Ayu mengaji untukmu. Semoga berbahagia ya. Ini kado dari Ajid, yu.....

. Kami semua berharap Ajid jadi juara bukan untuk kebanggaan, tetapi sebagai harapan, agar momen tersebut menjadi titik awal keberhasilannya. Agar percaya dirinya muncul, sekaligus pembuktian bahwa teori manusia tidak selamanya benar. Ajid, buktikan kamu pintar, kamu anak saleh, Ajid anak baik. Mama menunggu doa anak yang saleh. Sering kalimat itu yang kubisikkan di telinganya.

Sampailah pada acara pengumuman pemuncak Juara tiga, namanya tak disebut.. Juara dua, juga tak disebut Pupus sudah harapan, kataku dalam hati. Juara saaaaatuuuuu adalah, ..... juri diam . suasana sedikit didramatisir. “Juara satu, adalah Ammar Abdul Majid, anak dari abdul Mukhlis”, kata pembawa acara. Alhamdulillah, sebuah karunia Allah yang tak terhingga. Ayu.... Ajid juara satu ayu. Kebahagian kami sekeluarga, susah diungkapkan. Terima kasih ya Allah, Engkau beri kami karunia yang sangat besar. Jika Allah berkehendak, apapun bisa terjadi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post