Hari Ke 160

Mengerjakan tugas menulis dari pelatih pada hari pertama Kelas Menulis Majalah Literasi Indonesia 1 melalui webinar, membuat kepala agak pening-pening puyeng. Betapa tidak, waktu yang diberikan hanya sekitar empat jam potong masa mandi, solat asar, makan sore, solat magrib. Jam 20.00 harus sudah terkirim. Berpacu dalam waktu.

Tugas hari pertama dari tiga hari jadwal, adalah menulis opini atau esai. Ketentuannya sudah di bagikan. Opini sekitar 500 kata, jumlah tulisan esai lebih sedikit, dikurangi 150 kata, menjadi 350 kata.

Dari paparan Pemred Majalah Mediaguru Indonesia, Mas Eko Prasetyo bahwa antara tulisan opini dan esai itu beda. Berbeda. Jika opini adalah artikel ilmiah, temanya yang sedang populer, sedang tema esai itu bebas. Bebas sebebasnya. Boleh apa saja, yang penting tulisan positif, menarik, tidak mengandung unsur SARAP, jika untuk di posting di majalah Media Guru. Karena majalah ini adalah majalah pendidikan, maka tulisannya juga hanya mengenai pendidikan. Titik. Tidak bisa ditawar.

Cuma 350 sih. Kalau membaca 350 kata itu sangatlah mudah dan sangat cepat. Hanya dalam hitungan menit, ratusan detik nafas bisa selesai. Tapi untuk menulisnya harus dengan segenap perasaan. Tidak boleh ada gangguan sama sekali. Fokus, fokus. Karena harus memilih diksi yang sesuai. Tidak boleh salah. Harus baru lagi. Bukan tulisan di Gurusiana, dikirim ke email Majalah Literasi. Teu kaci.

Pada angka 19.25 terkirim naskah esai. Milih esai saja yang mudah dan sedikit jumlah katanya. Cari aman. Pada pertemuan kedua besok naskah yang masuk akan dibahas. Akan dikuliti, agar layak menjadi tulisan opini atau esai yang pantas tayang di Majalah Literasi Indonesia yang bergengsi.

Karena Suhu MGI, Mas Eko menyebutkan tulisan-tulisan di Gurusiana yang di bagikan di FB MGI masih banyak yang belum layak tayang. Beliau sampai mrebes mili eluhe ketika membaca tulisan Gurusianer di MGI. Ampun suhu.. maafkan muridmu yang bodoh ini.