Nurhikmah

Nama lengkap Nurhikmah. Biasanya dipanggil Hikmah. Harapan kedua orang tua sewaktu kecil, kelak anaknya ini menebar 'Hikmah' di mana pun ia berada. Aamiin. Per...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta untuk Umi

Cinta untuk Umi

(Tagur 2)

Ya Rabb ....

Limpahkan kasih sayang-Mu yang banyak kepada umi. Lebih banyak dari kasih sayang yang umi berikan kepada kami. Aku tahu kasih sayang umi tiada berujung, bahkan dalam setiap do'a, umi selalu menyebut nama kami, anak-anaknya. Do'a tulus umi yang dipanjatkan setiap hari, berharap yang terbaik untuk kehidupan dunia dan akhirat kami.

Ya Rahman ....

Umi punya banyak bahasa cinta untuk aku dan adik-adikku. Terlalu panjang jika aku tuliskan. Banyak cerita yang kudengar dari abi, nenek dan yang lainnya, betapa susahnya umi ketika kami masih berada dalam kandungan. Kaki umi sering bengkak dan kram.

"Umi itu susah dan selalu sakit saat mengandung kalian. Setiap hamil, Umi selalu dirawat di rumah sakit, berhari-hari bahkan pernah hampir sebulan terbaring dipasang infus." Suatu hari Abi bercerita kepada kami.

"Umi itu lemah ketika hamil. Usia 7-8 bulan dalam kandung, kalian semua sudah mau keluar dari perut Umi. Sementara kata dokter belum waktunya kalian untuk dilahirkan. Terpaksalah umi harus ikut saran dokter untuk dirawat agar kalian baik- baik saja. Sering air mata umi mengalir saat perawat menusuk jarum infus atau saat obat dimasukkan." Ah, aku sudah membayangkan wajah letih Umi, wajah yang pucat yang setiap saat menahan sakit karena ditusuk jarum infus.

"Umi pernah dirawat satu bulan lebih di rumah sakit saat mau melahirkan Kakak," lanjut Abi, "saat perut Umi mulai besar, Umi selalu susah dan kepanasan. Bahkan beberapa kali Umi sesak nafas dan terpaksa harus pakai oksigen. Namun sedikit pun, umi tak pernah mengeluh" Setiap cerita yang mengalir, membuat aku mengerti bahwa cinta Umi hadir sebelum kami dilahirkan.

Ya Rabbi ....

Aku tidak akan meminta banyak. Cukup Engkau sayangi dan jaga umi karena aku tidak akan pernah bisa membalas semua cinta kasihnya. Pengorbanan umi yang begitu meruah, tidak bisa dihitung satu persatu. Seperti banyaknya jumlah pasir di tepi pantai.

Ya Rahim ... sayangilah umi.

Senyum di wajah umi adalah surga bagi anak-anaknya. Tawa umi seperti bunga yang bermekaran di taman, begitu indah. Aku ingin melihat tawa itu selamanya hingga kelak dewasa dan membuatnya bangga. Senyum lebar yang selalu menghiasi wajah umi adalah semangat kami menjalani hari.

Rabb ... Doaku selalu untuk umi. . . .

Panjangkan umur umi

Berkahi rezeki umi

Sehatkan umi

Bahagiakan umi

Lindungi umi

Jagalah selalu umi kami

Ah ... tenyata begitu banyak yang kupinta untuk umi. Namun, itu tidak akan bisa membalas semua letih dan dan pengorbanan umi. Seperti tidak cukup waktu untuk menghitung pasir di pantai, begitulah banyaknya kasih sayang umi yang tiada berangka.

Ya Rahim....

Sudah cukup panjangkah aku menulis tentang Umi ? Ternyata catatan umi tentang anak-anaknya telah menghabiskan semua tinta yang ada di dunia ini. Lingkar mata yang menghitam, menceritakan betapa umi banyak menghabiskan malamnya dengan bagadang, menyelesaikan tulisan dan menyiapkan segala bekal sekolah kami agar tidak terburu –buru esok paginya.

Warna kulit yang mulai menggelap karena setiap hari umi bolak- balik harus memberi Asi untuk adik –adik. Belum lagi karena harus izin mencari bekal makan siang untuk kami. Kadang aku berpikir, apakah semua ibu di dunia ini seperti umi ? Menjadikan anak-anaknya menjadi prioritas pertama.

Ya Allah ....

Kadang, aku merasa umi pilih kasih. Lebih sayang ke adik-adik daripada aku.

Aku selalu diminta mengalah, padahal selama ini aku sudah belajar sabar, tidak banyak menuntut.

"Adik-adik masih kecil, belum paham, "kata umi suatu hari.

"Kalau kita punya adik, yang besar harus memberi contoh yang baik." Nasihat Umi di lain waktu.

Kini baru aku pahami kenapa umi meminta kami anak yang besar untuk mengalah. Agar kami bisa memberikan contoh yang baik buat adik-adik, bagaimana seharusnya bersaudara. Berbagi, saling menyayangi, saling mendukung ... itu yang umi tanamkan pada kami sedari kecil. Adik-beradik tidak boleh iri,dengki, tidak boleh menyimpan amarah apa lagi dendam. Karena bersaudara kandung itu akan selalu menjadi tempat untuk mengadu dan berlindung.

Tuhan ....

Aku cukupkan tulisanku sampai di sini, tapi do'a-ku untuk umi tidak akan pernah berhenti mengalir. Deras di setiap sujudku. Melangit di setiap salatku.

Tuhan ... sayangilah umi.

@@@

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa

02 Jan
Balas



search

New Post