Nur Hilmi Daulay

Nur Hilmi Daulay. Email [email protected]. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Puisi Paling Jumawa

Tangan yang menadah di kolong meja jati, lalu meletakkan rupiah di laci paling tersembunyi, hingga tak terendus tikus lain yang juga berambisi,

Bubuhan tanda tangan bertinta merah di atas peta sebuah negara yang sedang resah,

Retorika dinukil dari huruf-huruf paling tinggi kastanya, hingga menghipnotis banyak kepala yang barangkali lelah mencukup-cukupkan hitungan rupiah,

Tawa melengking di bilik kuasa kedap suara, terlalu kedap,

Hingga lengkingan tawanya tak sampai ke telinga anak-anak yang juga menjerit lapar, Para orangtua mengumpulkan gizi di lumbung padi yang terbakar harganya

Tanah,

Terlalu datarkah untuk menyimak?

Udara,

Tak teraba apakah artinya tak bisa mendakwa?

Langit,

Tak pernahkah kau mendongak hingga kau lupa ia ada mendata

Diamnya

mengelabui segala indra,

Agar kau terus berpuisi dengan puisi paling jumawa

NH

'0619

#hilmipuisi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Parodi negeriku. Salam sukses

29 Jun
Balas



search

New Post