Nurifah Hariani

Seorang guru di SMP swasta di Kota Malang yang menyukaui dunia tulis menulis, suka meluangkan waktu dengan merajut dan membuat aneka macam kriya handmade...

Selengkapnya
Navigasi Web
Raport  yang Dilematis, Menguji Keimanan Guru

Raport yang Dilematis, Menguji Keimanan Guru

Raport adalah laporan hasil belajar siswa selama satu semester yang dibagikan setiap akhir semester. Dalam satu tahun ada dua kali pembagian raport, yakni saat semester ganjil dan semester genap. Kurikulum 2013 (K 13) memuat hasil belajar secara menyeluruh meliputi unsur pengetahuan, ketrampilan, sikap sosial hingga sikap spiritual sesuai KKM yang berlaku.

Saat menjelang pembagian raport adalah saat yang paling tidak mengenakkan bagi saya. Seumpama tidur jadi tak nyenyak , makan pun hilang nikmat. Jika biasanya mantengin laptop untuk nonton yutub sekarang mantengin daftar nilai, daftar hadir, daftar kegiatan, daftar tugas sampai daftar pelanggaran. Saya benar-benar ingin memberi nilai yang terbebas dari segala kepentingan pribadi seperti benci, iri hati dan segala prasangka.

Idealnya anak-anak mendapat nilai sesuai standar KKM. Tetapi namanya anak-anak (saya mengajar di SMP) pencapaian nilai itu menempati urutan yang kesekian daripada kepentingan mereka yang lain semisal nonton drakor, jalan-jalan atau ngisengin orang. Ada anak yang tidak punya nilai harian karena terlalu sibuk main game, main layangan, main-main saja sampai kekurangan waktu. Ada yang keseringan libur mungkin kalender di rumahnya ketumpahan cat merah. Ada yang pelupa, lupa mengerjakan PR, lupa mengumpulkan tugas, lupa jam berapa masuk sekolah dan sebagainya.

Terus bagaimana?

Pertama, saya memakai jalur langit yaitu ngaji (=ngarang biji). Tidak mungkin lah saya menuliskan nilai apa adanya, jelas ada banyak pertimbangan sebelum menulis nilai di raport. Misalnya bagaimana sikapnya sehari-hari saat di kelas? Apakah ia termasuk siswa yang baik hati, hormat kepada guru, ramah kepada semua teman, tidak suka ngutang di kantin, dsb. Saya percaya setiap anak mempunyai keistimewaan masing-masing.

Ngaji yang ini benar-benar menguji keimanan saya karena sangat dilematis , kejujuran berbenturan dengan belas kasih. Apalagi ketika terbayang siswa yang dibela mati-matian ternyata ‘gak ngreken’, siswa mengangggap nilainya murni hasil kerja kerasnya sendiri.

Perjuangan yang dilematis ini seringkali dirasakan oleh wali kelas. Bapak ibu guru yang menjadi wali kelas sering diuji keberpihakannya. Apakah berpihak kepada anak didiknya atau berpihak kepada guru mata pelajaran. Hal ini seringkali memicu perdebatan di rapat pleno kenaikan kelas. Ada guru mata pelajaran yang bersikukuh dengan nilai yang diberikan meskipun nantinya berdampak pada kenaikan kelas si anak. Nah, wali kelas sering harus memohon dan memberikan argumentasi agar nilai anak didik bisa memenuhi standar KKM.

Kedua, jalur diplomasi dengan menyiapkan argumen baik untuk orang tua wali murid atau untuk teman-teman guru tentang seberapa pantas anak didik ini mendapatkan nilai. Ada lo orang tua yang tidak terima ketika nilai anaknya kurang baik padahal di rumah mereka tahu anaknya belajar dengan baik, selalui berangkat tiap pagi ke sekolah, pendiam, penurut dsb dsb. Lha memang begitulah anak-anak seringkali mereka baik-baik saja di rumah , eh begitu di sekolah mereka bemetamorfosa menjadi makhluk yang lain.

Kadang orang tua wali murid datang dengan baik-baik dan meminta penjelasan, tentunya guru dengan senang hati akan menjelaskan. Tetapi ada pula orang tua yang datang dengan tidak sabar malah sering memprotes secara berlebihan. Menilai guru-guru tidak becus dalam mengurus anaknya. Nah, yang ini sungguh terlalu.

Yang lebih menyebalkan adalah orang tua yang tidak datang saat pembagian raport. Kalau misalnya ada keperluan dan mengirim pemberitahuan, masih bisa dimaklumi. Ada lo orang tua yang tidak mau datang saat pembagian raport, ini berarti mereka mengabaikan harapan anaknya dan memandang sebelah mata kerja keras guru-gurunya. Orang tua yang seperti itu seakan lupa bahwa anaknya yang dititipkan di sekolah itu bukanlah seonggok tubuh tanpa perasaan. Yang lebih lucu lagi mereka seenaknya saja mengirim anaknya itu saat tahun ajaran baru dimulai, lah memang anaknya naik kelas? Memangnya sudah daftar ulang?

Momen-momen raportan dengan segala keruwetannya selalu berulang setiap tahun. Terlebih pada saat semester genap yang berhubungan erat dengan kenaikan kelas. Hormon adrenalis saya meningkat deras saat momen seperti ini, begitu juga dengan guru-guru yang lain. Kami merasakan sensasi luar biasa apalagi saat menghadapi orang tua wali murid yang bisa jadi sangat ajaib.

Semangat untuk teman-teman guru di mana pun berada.

Semangat juga untuk orang tua wali murid , jangan lupa mengambil raport ya.

Semangat untuk anak-anak didik semua. Selamat naik kelas.

Malang, 26062023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post