NUR IMAMAH DWIYANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berinovasi di tengah pandemi

Berinovasi di tengah pandemi

Tak terasa, pandemi covid-19 yang melanda negeri ini telah memasuki tahun kedua. Kini, bahkan keadaan sudah sangat mengerikan. Hampir setiap hari terdengar suara kentongan dipukul, pertanda ada seseorang yang meninggal dunia. Kadang, dalam sehari kami harus melakukan takziyah dua sampai tiga kali. Miris rasanya hati ini, manakala mendengar kabar duka yang datang dari tetangga, kerabat maupun sahabat.

Adanya peningkatan kasus covid-19 pastilah berdampak dalam semua bidang kehidupan. Termasuk juga dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan terpaksa, kami kembali harus melaksanakan pembelajaran secara daring setelah beberapa waktu yang lalu sempat melakukan pembelajaran tatap muka terbatas.

Bagi anak ABK, pembelajaran daring tentu saja sangat menyulitkan. Apalagi pada ABK Tunarungu, dimana dalam setiap pembelajaran sangat memerlukan interaksi secara langsung antara guru dan siswa. Tak dipungkiri bahwa saat ini sangat banyak aplikasi yang bisa digunakan untuk melakukan pembelajaran secara virtual. Namun hal ini sangatlah sulit untuk kami terapkan, mengingat dalam mengikuti pembelajaran secara daring, siswa kami hanya bermodalkan gawai seadanya.

Untuk melaksanakan pembelajaran secara virtual hanya dengan modal gawai, jelas ini sangat menyulitkan bagi ABK Tunarungu. Karena mereka memiliki hambatan dalam pendengaran, maka dalam setiap pembelajaran, selain menggunakan komunikasi secara oral, guru juga harus menyertainya dengan bahasa isyarat. Jika pembelajaran dilaksanakan secara virtual dengan menggunakan gawai, jelas anak-anak tidak akan mampu melihat bahasa isyarat yang disampaikan oleh guru dengan jelas.

Ya, di masa pandemi ini sebagai guru ABK kami harus benar-benar memutar otak. Mencari cara, bagaimana agar siswa mau dan tetap bersemangat belajar walaupun dari rumah. Mengingat karakteristik dari ABK yang agak berbeda dengan siswa di sekolah reguler. Dengan lamanya mereka tidak pergi ke sekolah, membuat beberapa siswa ABK enggan untuk belajar. Bahkan ada yang tidak mau lagi pergi ke sekolah.

Saya pribadi, benar-benar dipaksa untuk melek teknologi. Saya adalah salah satu diantara guru yang gaptek. Namun di masa pandemi ini, mau tidak mau saya harus berusaha meningkatkan kompetensi diri agar bisa memberikan pelayanan yang maksimal kepada anak-anak istimewa saya. Belajar dan terus belajar. Apapun yang terjadi, saya harus tetap memberikan pelayanan yang terbaik kepada anak-anak istimewa saya. Bersama mereka saya belajar. Bersama mereka saya bahagia.

 

 

Nganjuk, 01 Agustus 2021  

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post