NUR IMAMAH DWIYANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Helmku Sayang Helmku Malang

Helmku Sayang Helmku Malang

Kuraih helm dari atas lemari. Helm baru yang kubeli dari uang yang kusisihkan setiap hari selama enam bulan terakhir. Sudah lama sekali aku ingin memiliki helm mahal seperti milik kawan-kawan. Namun apalah daya, gajiku tiap bulan sudah habis kugunakan untuk keperluan sehari-hari. Akhirnya aku berinisiatif untuk menabung setiap hari. Sehari dua ribu rupiah. Itupun tidak bisa setiap hari kulakukan karena selalu kalah dengan kebutuhan rumah tangga yang lebih penting.

**

Kemarin, kulihat uang tabunganku. Dari uang dua ribu yang kukumpulkan selama enam bulan ini sudah terkumpul sebanyak tiga ratus ribu rupiah. Ah, sudah cukup untuk membeli helm baru, pikirku. Kumasukkan uang itu ke saku celana. Akupun bergegas berangkat mengajar karena waktu sudah siang. Sudah terbayang dalam anganku, nanti sepulang mengajar aku akan mampir ke toko helm untuk membeli helm yang kuincar selama ini. Sesuai dengan niat awal, sepulang mengajar akupun mampir ke toko helm untuk membeli helm yang kuinginkan. Bahagia rasanya bisa mengenakan helm mahal seperti milik teman-teman.

**

Hari ini, aku beniat memakai helm itu. Kupandang beberapa saat helm yang ada di tanganku. Ah, ternyata helm mahal memang beda dengan helm murahan. Dipegang saja rasanya sudah beda apalagi dipakai. Akupun segera mengenakan helm baruku dan segera berangkat mengajar karena waktu sudah siang. Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Jam setengah tujuh. Sudah siang, pikirku. Jarak rumhku ke sekolah memang lumayan jauh sehingga aku harus berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat. Sekejap saja motorku sudah melaju di jalan raya. Karena sudah siang, aku melajukan motorku dengan kecepatan tinggi. 100km/jam. Ketika sampai di area persawahan, tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang. Aku tak menghiraukannya dan tetap melajukan motorku dengan kencang. Yang ada dalam benakku, aku tak boleh terlambat sampai di sekolah. Kebetulan jalanan sedang sepi. Aku terus melaju ditengah angin kencang yang menerpa tubuhku. Dan, tiba-tiba saja, wingng....

Helmku terlepas dari kepala. Rupanya, karena tergesa-gesa, aku lupa mengancingkan helmku. Perlahan kuhentikan motorku. Aku menoleh melihat kemana helmku terbang. Ah, helmku terbang hingga jarak yang lumayan jauh, tergeletak di tengah jalan. Segera aku berbalik arah, berniat mengambil helmku yang terjatuh. Ketika aku sudah berada di dekat helmku yang terjatuh, tiba-tiba dari arah berlawanan melaju sebuah bus dengan kecepatan tinggi. Dan...Prakkkk. Helmku dilindasnya hingga hancur tak bersisa.

**

Aku tertegun memandang helmku yang telah hancur berkeping-keping. Dengan perasaan tak menentu, akhirnya aku kembali melanjutkan perjalanan ke sekolah tanpa mengenakan helm.

**

Nganjuk, 25 Sept 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post