NUR IMAMAH DWIYANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Lelaki Berbaju Putih

Lelaki Berbaju Putih

Malam itu, jam 21.00 WIB, rumah Laila kedatangan tamu. Seorang lelaki, berperawakan  tinggi besar yang mengenakan baju serta sarung berwarna putih. Tak lupa sorban putih kotak-kotak melekat di lehernya. Beliau sudah agak tua, hampir semua rambutnya telah memutih.  Konon katanya, beliau adalah seorang kiyai yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sebenarnya, Laila tak terbiasa melakukan pengobatan seperti ini. Tradisi seperti ini tak pernah terjadi dalam keluarganya. Sejak kecil, jika ada anggota keluarga yang sakit, ayahnya selalu membawanya ke tempat mantri atau dukun pijat. Kadang juga hanya dibuatkan jamu dan ramuan tradisional saja. Namun sejak ia menikah, dia mulai mengenal pengobatan seperti ini dari suami dan keluarganya. Sebenarnya, dia kurang sreg menjalani pengobatan seperti ini. Apalagi ketika sang kiyai meminta beberapa benda yang digunakan untuk syarat pengobatan. Seperti telur, gunting yang masih baru dan sejumput tanah pekarangan. Terasa ada aura mistis dalam pengobatan tersebut. Namun Laila tak bisa berkutik. Dia sudah lelah menghadapi cercaan dari keluarga suaminya. Setiap kali ada yang berkunjung, setiap kali pula ia harus mendengar kata-kata yang sangat menyakitkan. Seolah Laila tak pernah melakukan apapun untuk kesembuhan suaminya. Mereka tak peduli pada perasaan Laila. Yang ada hanya mencela dan terus mencela. Karena merasa paling muda dalam keluarga tersebut, Laila hanya bisa diam demi menghormati saudara-saudara suaminya yang lebih tua darinya. 

***

Malam itu, keluarga suaminya membawa kiyai itu ke rumah untuk mengobati  Rahman, suaminya. Tempat untuk melakukan pengobatan sudah dipersiapkan sejak sore. Setelah Rahman siap, pak kiyai meminta Rahman untuk berbaring di atas kasur lantai. Beliau mengambil peralatan pijatnya yang berupa alat pijat berbentuk ikan yang disambungkan dengan listrik. Sejenak kiyai itu melafalkan doa kemudian meniupkan pada tubuh Rahman. Lalu beliau mulai memijit Rahman menggunakan alat tersebut. Agak lama juga kiyai itu memijat tubuh Rahman.

"Penyakit suamimu ini aneh. Kalau struk, biasanya menyilanf. Tapi ini, kok yang tidak berfungsi hanya bagian kanan saja," kata kiyai itu sambil memandang Laila.

Laila hanya tersenyum menanggapi ucapan kiyai tersebut. Memang sebagian besar orang yang berusaha mengobati penyakit suaminya selalu mengatakan seperti itu. Penyakit Rahman memang aneh dan langka. Seperti yang disampaikan oleh dokter yang menangani Rahman, memang penyakit Rahman adalah penyakit langka. 

***

Setelah melakukan pemijatan, kiyai itu meminta telur ayam kampung untuk melakukan ritual. Rehan, keponakan Rahman, memberikan telur ayam kampung yang telah dipersiapkannya dari rumah kepada kiyai tersebut. Setelah menerima telur ayam kampung dari Rehan, kiyai itu mengeluarkan selembar kain kafan lalu memotongnya menjadi empat bagian. Kemudian beiau membungkus masing-masing telur menggunakan potongan kain kafan itu lalu mengolesinya dengan minyak yang berwarna merah darah.Entah minyak apa, Laila kurang faham tentang hal itu. Kiyai itu memejamkan mata sambil komat kamit melafalkan sesuatu lalucmeniup telur itu beberapa kali. 

"Lihat, dua telur ini akan saya pecah. Nanti  kalau cairan yang keluar berwarna merah darah, artinya Nak Rahman ini sehat alias tidak ada penyakit di dalamnya. Tapi, bila cairan yang keluar berwarna hitam, artinya ada sesuatu yang mengganggu dalam tubuh Rahman," kata kiyai itu.

***

Sambil mengucap Bismilah, sang kiyai memecah telur itu dan di atas sebuah plastik bening. Benar saja, ketika telur itu pecah, yang keluar bukan kuning dan putih telur, namun cairan berwarna merah darah. "Lihat, cairannya berwarna merah. Artinya Nak Rahman ini sebenarnya sehat dan baik-baik saja," katanya sambil memandang Laila.

"Sekarang coba saya minta tanah yang ada di pekarangan ini," lanjut kiyai itu.

Faris, anak Rahman segera mengambilkan segenggam tanah dari belakang rumah dan memberikannya kepada kiyai. Sang kiyai membungkus tanah itu menjadi satu dengan telur yang belum terpecahkan lalu kembali komat kamit melafalkan doa atau mungkin mantra. Beberapa saat kemudian, kiyai itu memecah telur yang telah dibacakan doa tersebut dan menunjukkan hasilnya pada Laila.

"Lihat, cairan dari telur ini berwarna hitam. Pertanda rumahmu ini kotor dan harus segera dibersihkan," kata kiyai itu.

***

Laila melihat cairan hitam yang keluar dari dalam telur yang dipecah oleh kiyai. Antara percaya dan tidak. Antara yakin dan tidak. Benarkah dia seorang kiyai? Ataukah dia seorang dukun? Berbagai tanya bergejolak dalam jiwanya. Dulu, pernah seorang ustadz di kampungnya, mengajak Rahman untuk melakukan rukyah pada seorang kiyai. Dan kiyai itu tidak menggunakan perantara apapun untuk mengobati Rahman. Beliau hanya berwudhu, berdoa sebelum mengobati lalu merukyah Rahman dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Tapi, mengapa pak kiyai  yang ini meminta alat dalam melakukan pengobatan? 

***

"Rumah ini harus dibersihkan Mbak," kata kiyai itu membuyarkan lamunan Laila.

"Nggih Pak. Tapi saya harus minta persetujuan dulu dari ibu dan juga saudara-saudara saya," jawab Laila.

"Silahkan. Nanti kalau sampean sudah siap, silakan menghubungi saya," jawab kiyai itu kemudian berpamitan.

Demikianpun saudara-saudara Rahman, mereka juga berpamitan.  Sepeninggal mereka, Laila mengantar Rahman ke kamar untuk beristirahat. Sedangkan Gendhis, anak bungsunya sudah sejak tadi tertidur pulas.Tinggallah Laila seorang diri merenungi apa yang baru saja terjadi.

 

***

Betet, 30 Desember 2021

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Astagfilrullah...dibersihkan kayak gimana kata nya ya ibu..tradisi lokal ya bu Nur.Lanjut bu tulisannya bagus

01 Jan
Balas

Terimakasih hadirnya Bu Kemala Epresi

01 Jan

Sama2 bu semangat trus....

01 Jan

Siap Bu. insyaallah

01 Jan

Izin follow bu guru

31 Dec
Balas

Monggo Pak.sudah saya follback

01 Jan

Tulisannya bagus bunda... Gimana endingnya ya.... Lanjutkan bunda

01 Jan
Balas

hehe, gimana ya....Terimakasih hadirnya Bu Nurhidayati

01 Jan



search

New Post