NUR IMAMAH DWIYANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Love My Teacher

Love My Teacher

Hari ini saya tidak akan menuliskan karya. Saya hanya ingin mengabadikan karya salah seorang anak didik saya yang luar biasa. Dia seorang tunadaksa + tunagrahita ringan. Tulisan ini, sedikit saya edit agar bahasanya mudah diterima oleh pembaca. Semoga dengan tulisan ini, tak ada lagi yang memandang mereka sebelah mata.

Tanggal 21 Jun 2021

Subject : Love My Teacher

Karya: Melvin

Pagi hari

Cahaya mentari terpancar begitu indah

Hangatnya menyelusup hingga ke dalam sanubari

Menembus jendela kamar Eun Ra

Eun Ra mendengar ada seseorang memanggilnya. Ia segera bergegas bangun dan bersiap-bersiap untuk berangkat ke sekolah. Eun Ra masuk ke kamar mandi yang berada di sudut kamarnya, guyuran air dari shower membuat tubuhnya merasa segar. Selesai mandi, ia segera berganti baju seragam sekolah, menyisir rambutnya, menyapukan bedak tipis- tipis di wajahnya yang ayu lalu bergegas turun menemui Eommanya di dapur yang sejak tadi memanggilnya.

"Eomma, Appa di mana?" tanya Eun Ra pada Eommanya.

"Appa sudah berangkat dari tadi Ra," jawab Eomma sambil mengoleskan selai di atas roti.

"Kok tobe?" tanya Eun Ra sambil menerima roti yang disodorkan oleh Eomma.

"Iya, soalnya ada meeting di kantor," jawab Eomma.

Eun Ra mengunyah roti yang ada dimulutnya, menelannya lalu meminum susu yang sudah dipersiapkan oleh Eomma untuknya. Ia meraih tissu yang ada di meja makan, mengelap mulut dan tangannya lalu beranjak dari duduknya.

"Saya berangkat dulu Eomma," pamitnya pada Eomma.

"Iya. Hati-hati di jalan. Nanti pulang sekolah jangan mampir-mampir. Langsung pulang ya," kata Eomma.

"Ya Eomma," jawab Eun Ra sambil mencium tangan Eommanya.

Eun Ra meninggalkan Eomma, bergegas berangkat ke sekolah. Eun Ra bersekolah di SMA Permata, Seoul, Korea. Sesampai di sekolah, ia langsung masuk ke dalam kelas. Ia duduk di kursinya. Meletakkan tas di laci mejanya lalu membuka ponselnya. Dia membuka aplikasi wattpad sambil menunggu bel masuk berbunyi.

"Kriiiing," terdengar suara bel dari kantor, pertanda pelajaran akan segera dimulai.

Bergegas teman-teman Eun Ra berlarian ke bangkunya masing-masing ketika melihat Bu Shin, wali kelas mereka datang. Bu Shin masuk ke dalam kelas, mengucapkan salam kepada semua siswa lalu memulai pelajaran hari itu. Beberapa siswa nampak asik sendiri ketika Bu Shin menerangkan pelajaran, hingga ketika Bu Shin meminta salah seorang siswa untuk mengerjakan soal yang ditulisnya di papan, tiba-tiba kelas menjadi hening. Tak ada satupun siswa yang berani berbicara. Tak ada satupun siswa yang maju untuk mengerjakan soal itu.

"Ra, kamu maju dong," bisik A-Yeong yang duduk di samping Eun Ra.

"Kenapa harus aku? Kamu saja yang maju," bisik Eun Ra sambil menoleh pada A-Yeong.

"Aku nggak bisa," jawab A-Yeung.

Eun Ra beranjak dari duduknya, berjalan pelan ke depan, mengambil spidol yang ada di meja Bu Shi lalu mengerjakan soal yang diberikan oleh Bu Shi hingga selesai, lalu mengembalikan spidol itu pada Bu Shi.

"Ini Bu, spidolnya," kata Eun Ra.

"Terimakasih Ra. Silakan duduk kembali," jawab Bu Shi sambil menerima spidol dari Eun Ra.

"Sama-sama Bu," jawab Eun Ra sambil tersenyum lalu kembali ke tempat duduknya.

Teman-teman Eun Ra merasa kagum dengan kecerdasan Eun Ra.

"Wow, daebak lo Ra," kata A-Yeung sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Jam di dinding kelas Eun Ra menunjukkan pukul dua siang. Selesai sudah pelajaran untuk hari ini. Eun Ra beranjak dari duduknya, berjalan keluar menuju ke gerbang sekolah. Dia menengok ke kanan dan ke kiri, mencari sopir pribadinya namun tak jua nampak batang hidungnya. Eun Ra berjalan ke bawah pohon rindang yang ada di pinggir jalan. Ia duduk di bangku yang ada di bawah pohon itu sambil menunggu sopir pribadinya. Tak lama kemudian, sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di hadapannya. Sopir pribadi Eun Ra turun dari mobil, membuka pintunya lalu mempersilakan Eun Ra untuk masuk ke dalam mobil. Dijalankankannya mobil itu pelan, menembus jalanan yang semakin padat.

Beberapa saat kemudian, Eun Ra sudah sampai di rumah. Tak ada siapapun di sana. Hanya Bibi Jung, asisten rumah tangga yang menyambut kedatangan Eun Ra.

"Udah pulang Non?" tanya Bibi Jung sambil tersenyum.

"Ya Bi," jawab Eun Ra.

"Eomma ke mana Bi?" lanjutnya.

"Anu Non. Eomma pergi ke restoran", jawab Bibi Jung.

"Oh," desah Eun Ra lalu duduk di kursi dan meletakkan tasnya di meja makan.

"Ada apa Non?" tanya Bibi Jung.

"Nggak apa-apa Bi," jawab Eun Ra.

"Oh iya Non. Tadi Eomma bilang, nanti akan pulang agak malam. Jadi jangan lupa nanti Non kunci pintu rumahnya. Jika ada orang tak dikenal yang datamg ke sini, jangan bukakan pintu karena penjaga rumah sedang pulang," kata Bibi Jung

"Iya Bi," jawab Eun Ra.

"Bibi pulang dulu ya Non," kata Bibi Jung.

"Iya Bi," jawab Eun Ra.

Bibi Jung berjalan meninggalkan Eun Ra sendirian di rumah. Sebenarnya Bibi Jung khawatir melihat Eun Ra di rumah sendirian. Tapi dia harus pulang karena anaknya sedang sakit.

Eun Ra beranjak dari duduknya. Ia berjalan ke kamar, membuka pintu kamar lalu meletakkan tasnya di meja belajar. Bergegas ia menuju ke kamar mandi yang berada di sudut kamar. Dia mengguyur tubuhnya dengan air hingga ia merasa segar. Selesai mandi, ia berjalan ke meja riasnya, merias sedikit wajahnya lalu meghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ia menyalakan TV, kemudian meraih roti berisi selai nanas buatan Eommanya yang berada di atas meja rias yang terletak di samping tempat tidurnya.

Papa Eun Ra adalah seorang CEO perusahaan terkenal di kota Seoul. Sedangkan Eommanya mempunyai restoran yang terkenal di kota Seoul. Mereka sering pulang malam karena banyak yang harus mereka kerjakan di luar sana.

Eun Ra merasa bosan sendirian di kamar. Dia bangun, meraih ponsel yang tergeletak di atas meja riasnya lalu berjalan ke perpustakaan pribadi yang dibangun oleh Appanya beberapa waktu yang lalu. Ia meraih kamus eropa yang ada di rak, membukanya, lalu mempelajari beberapa kata yang belum difahaminya. Ya...Eun Ra harus banyak belajar karena dia baru saja pindah ke korea. Setelah puas membaca di perpustakaan, Eun Ra beranjak dari duduknya, berjalan ke kamar lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sejenak kemudian, Eun Ra telah tertidur dengan sangat pulas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen, Bunda. Salam literasi

26 Jun
Balas

Terimkasih Bapak. salam literasi

26 Jun



search

New Post