NUR IMAMAH DWIYANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sang Penulis

Malam semakin hening. Detak jarum jam terdengar semakin jelas diantara suara nafas Mila yang sedang tertidur pulas. Namun jari jemari Nabila masih saja menari-nari di atas keyboard laptop hitamnya yang sudah terlihat usang. Benda peninggalan suaminya yang masih ia jaga dan selalu menjadi tempat mencurahkan segala rasa yang ada.

*""

Setelah kepergian suaminya, Nabila pernah limbung beberapa saat lamanya bahkan dia sempat dirawat di Rumah Sakit karena terkena asam lambung akut. Nabila merasa sangat terpukul atas kepergian suaminya yang mendadak. Tanpa ada pertanda apapun. Masih terbayang dalam ingatannya. Saat itu, Sabtu pagi. Seperti biasa suami Nabila pergi bersepeda bersama temannya. Nabila mengantarkannya hingga ke halaman rumah dan mencium tangan suaminya. Sejenak kemudian, suaminya berlalu meninggalkannya, pergi bersepeda bersama teman-temannya. Sedangkan Nabila kembali masuk rumah untuk melanjutkan pekerjaannya.

***

Tepat pukul sepuluh pagi, gawai Nabila berdering. Ada nama Pak Johar tertera di sana. Segera Nabila mengangkat gawainya.

"Assalamualaikum," sapanya sambil menempelkan hape di telinga kirinya.

"Wa alaikum salam. Bu, bisa datang ke Puskesmas?" tanya Pak Johar dari seberang.

"Ada apa Pak?" tanya Nabila cemas.

"Tadi Pak Irwan tiba-tiba pingsan. Kami membawanya ke Puskesmas. Sekarang sedang ditangani dokter," jawab Pak Johar.

"Baik Pak, saya akan segera ke sana," jawab Nabila.

Dengan tergesa Nabila berangkat ke Puskesmas setelah menitipkan Mila, anak semata wayangnya kepada tetangganya. Tak berapa lama, sampailah Nabila di Puskesmas. Ia segera memarkir motornya di halaman Puskesmas dan masuk ke ruang UGD. Irwan yang masih tergolek lemah, tersenyum menyambut kedatangan Nabila.

"Aku tidak apa-apa Sayang," katanya ketika Nabila mendekat dan duduk di sampingnya.

Digenggamnya erat tangan Nabila sambil menatap lekat pada wajah istrinya yang cantik.

"Maafkan Abang ya," katanya.

"Maaf untuk apa Bang?" tanya Nabila sambil menatap lekat mata suaminya.

"Maaf, karena aku telah membuatmu cemas hari ini," jawabnya lemah.

"Tidak apa-apa Bang. Yang penting sekarang Abang sudah baikan," kata Nabila sambil mengusap tangan suaminya.

"Terimakasih, telah mendampingiku dan melayaniku selama ini. Maaf, aku belum bisa membahagiakanmu," kata Irwan sambil menatap Nabila.

"Aku bahagia Bang. Bisa mendampingi Abang, melayani semua keperluan Abang itu sudah merupakan nikmat yang tak terkira buatku," jawab Nabila.

"Tetaplah menjadi wanita yang lembut, penyabar dan sayang pada anak kita," kata Irwan lirih.

"Insyaallah Bang," jawab Nabila.

***

Irwan memejamkan matanya. Tangannya masih menggenggam erat tangan Nabila. Bibirnya tersenyum walau terlihat pucat. Nabila terus memandang wajah suaminya yang semakin memucat. Tangan Irwan terasa dingin. Perlahan, genggamannya melemah.

"Dokter. Apa yang terjadi dengan suami saya. Tolong suami saya Dok," teriak Nabila pada dokter jaga di UGD.

Dokterpun segera datang dan memeriksa Irwan dengan seksama dibantu oleh seorang perawat.

"Bagaimana kondisi suami saya Dok?" tanya Nabila cemas.

Dokter itu terdiam. Dia memandang Nabila lalu berkata,

"Maaf Bu. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi Allah berkehendak lain. Dia lebih menyayangi suami ibu."

"Maksudnya...suami saya...," tanya Nabila terbata-bata.

"Iya Bu. Suami ibu telah meninggal," jawab dokter.

"Bang Irwaaaan," teriak Nabila sambil memeluk suaminya.

Tiba-tiba saja semuanya menjadi gelap. Nabila pingsan.

***

Kini, di sela kesibukannya bekerja dan mengasuh anak semata wayangnya, Nabila mengisi hari-harinya dengan menulis. Tak jarang tulisannya dimuat di media massa setempat. Nabila tak ingin larut dalam duka yang mendalam. Dia mencoba bangkit demi orang-orang tercinta yang berada di sekelilingnya.

**"

Nganjuk, 2 Oktober 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post