NUR IMAMAH DWIYANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Selamat Jalan Anakku

Namanya Faiz. Dia anak semata wayang dari pasangan Abbas dan Farida. Usianya baru 5 tahun tetapi dia sungguh luar biasa. Di usianya yang masih belia, Faiz sudah mampu menghafal 2 juz dalam Al-Qur'an. Dia juga sangat supel. Hampir semua warga desa mengenal dirinya. Ayahnya, Abbas adalah seorang tukang becak. Sementara ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Keterbatasan dalam perekonomian tak pernah menyurutkan semangat Abbas dan Farida untuk memberikan yang terbaik buat anak mereka, Faiz. Pagi hari, Faiz bersekolah di TK Muslim, sore hari mengaji di masjid dekat rumahnya sedangkan malam hari dia belajar tahfidz bersama ayahnya di rumah.

**

Sudah beberapa hari ini, Faiz tak bisa pergi ke sekolah maupun mengaji. Dia tergolek lemah tak berdaya. Badannya panas sejak kehujanan beberapa waktu yang lalu. Sudah dibawa ke dokter tapi belum juga ada perubahan. Namun semangat Faiz untuk menghafal Al-Quran sangatlah tinggi. Meskipun tergolek lemah, bibirnya tak henti melafazkan ayat demi ayat yang telah dihafalnya.

**

Suara tahlil masih menggema di ruang tamu. Sementara itu, beberapa tetangga terlihat sibuk di dapur, menata hidangan yang akan disuguhkan untuk para tamu undangan. Hari ini tepat 40 hari kepergian Abbas menjumpai Sang Khalik. Kematian Abbas yang mendadak dan tanpa pertanda apapun, membuat Farida dan Faiz merasa sangat terpukul. Mereka telah kehilangan imam yang sabar dan penyayang.

**

Farida mengambil kompres yang ada di dahi Faiz, mencelupkannya ke dalam air hangat, memerasnya lalu meletakkannya kembali di dahi Faiz. Hal ini dilakukannya secara berulang sambil bibirnya tak henti komat kamit mengikuti bacaan tahlil para tamu undangan. Demikianpun Faiz, bibirnya juga ikut melafalkan tahlil seperti ibunya. Farida meraba dahi Faiz, suhu tubuhnya sudah mulai turun. Dirabanya pipi, tangan dan badan Faiz. Dingin. Faiz memejamkan mata. Bibirnya mengulum senyum. Lantunan tahlil di ruang tamu juga sudah selesai. Beberapa anak muda membawa nasi soto untuk dihidangkan kepada para tamu undangan.

"Faiz, makan ya Nak," bisik Farida di dekat telinga Faiz.

Faiz tak bergeming. Dia terdiam dengan senyum terkulum di bibirnya.

"Faiz, makan dulu yuk. Nanti setelah makan kamu boleh tidur lagi," kata Farida lembut.

Namun Faiz tetap diam. Farida meraba tubuh Faiz. Dingin. Diguncangnya tubuh Faiz pelan sambil memanggil namanya, namun tak ada jawaban. Beberapa tamu undangan ikut melihat kondisi Faiz.

"Innalillaahi wa inna ilaihi rojiuun," ucap Pak Ustadz sambil memegang pergelangan tangan Faiz.

Farida tersentak. Diapun memeluk tubuh Faiz yang dingin. Air matanya tak terbendung lagi, membanjiri tubuh anak semata wayangnya. Faiz telah pergi, menyusul ayahnya menjumpai Sang Khalik.

**

Ajal memang selalu datang tanpa diundang. Dia menjumpai siapa saja yang dikehendakinya. Tak peduli tua atau muda, jika telah tiba masanya maka ajal pasti akan menghampirinya.

**

Nganjuk, 19 Oktober 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen keren

20 Oct
Balas

Terimakasih Bu Fitri

20 Oct

Innalillahi wa inna ilaihi raji'unCerpen yang syahdu.

20 Oct
Balas

terimakasih mbak ku

20 Oct



search

New Post