Tekad Si Gendhis
Semalam tetiba kampungku ramai sekali. Grup desapun juga ramai. Banyak yang menawarkan dagangan, mulai dari jagung manis, ayam, cabai sampai arangpun ditawarkan di sana. Beberapa warga menggelar tikar di depan rumah sambil membakar jagung ataupun sate. Mereka berkumpul bersama keluarga dan juga kerabat untuk menyambut datangnya tahun baru Masehi. Suara petasan terdengar di mana-mana.
***
Meski semua tetangga antusias menyambut datangnya tahun baru, namun hal ini tak membuat Gendhis bergeming. Dia tetap pada pendiriannya. Mengaji. Tak ingin seharipun ia terlewat mengaji. Entah apa yang ada dalam benaknya sehingga hari demi hari yang ada dalam benaknya hanya mengaji dan mengaji. Bahkan dia pernah mengatakan tidak ingin melanjutkan sekolah. Dia ingin mondok dan menjadi seorang hafidzah.
***
Di satu sisi, hal ini membuatku bahagia karena jiwa anakku telah terpaut dengan agama. Namun di sisi lain aku juga tak ingin anakku melalaikan kewajibannya sebagai warga negara. Maka akupun memberikan pengertian padanya untuk bisa taat pada peraturan pemerintah juga selain taat pada perintah agama.
***
Ah, Gendhis.
Semoga cita-citamu tercapai Nak.
Betet, 01 Januari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen pentigrafnya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi
Terimakasih Bapak.Salam Literasi