Masyaallah, sungguh kagum dengan tradisi di lingkungan rumah suamiku. Aku yang terbiasa hidup di kota besar. Sungguh merasakan perbedaan 180 derajat. Banyak sanak saudara yang menyayangkan kepindahanku mengikuti suami di pulau garam ini. Tinggal di desa yang sepi, jauh dari kebisingan kota. Ba'da maghrib, semua orang sudah menutup pintunya. Seolah-olah enggan menerima tamu. Sungguh sunyi. Hm.. kalau musim hujan begini mungkin yang terdengar hanya bunyi katak.

Bulan maulid di tahun Hijriyah. Sungguh bulan yang penuh berkah. Hampir setiap hari, bahkan sehari dua kali, suami menghadiri undangan maulid. Subhanallah, aku selalu dibuat bangga dengan tradisi disini. Uang yang mereka sisihkan bukanlah jumlah yang kecil demi lantunan sholawat berkumandang di rumah mereka. Sebagian besar dari mereka adalah petani dan nelayan. Sungguh tamparan keras bagiku. Rezeki yang berkah, nampak sedikit tapi selalu cukup. Cukup untuk memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Tak nampak mewah, tapi bisa memewahkan orang lain dalam hal berbagi antar sesama. Masyaallah. Shollu 'alan nabi Muhammad...shollu 'alaih