Nay, ku sapa temanku, Nayla Susanti.

“Ada apa Mil?” Nayla menjawab sambil bertanya.

“Oh tidak ada apa-apa. Aku hanya bertanya, kamu sudah selesai apa tidak PR Matematika di buku Tema 2 kemarin?” aku balik bertanya.

“Sudah dong,” jawab Nayla singkat.

“Ayo, kita segera masuk kelas sebelum Bu Nur masuk!,” ajak Nayla.

“Ayo,” jawabku singkat.

“Nayla, kenapa sih ngeliatin buku matematikaku? Kamu nyontek ya?,”tanyaku saat aku dan Nayla mengerjakan soal latihan matematika.

“Tidak,” jawab Nayla sigkat.

Aku segera menutup buku matematikaku.

“Mila, kenapa buku matematikanya ditutup?,” Nayla marah-marah kepadaku.

“aku menjawab dengan lantang,” hei, kamu yang nyontek latihan matematikaku, kan,” amarahku semakin meningkat.

Ada apa ini,” Bu Nur segera membuat hening kelasku. Yang awalnya berisik, menjadi hening seketika.

“Nayla, kamu kenapa berantem dengan Mila?,” Bu Nur bertanya kepada Nayla.

“:Eehhh…,”Nayla tidak bisa menjawab.

“Nayla nyontek latihan matematika saya, Bu!,” aku memotong pembicaraan Nayla.

“Nayla, Apa itu betul ?,” Tanya bu Nur kepada Nayla.

“Eh, iya bu, “ jawab Nayla.

Maafkan aku Nayla, tapi aku tidak suka dengan sifatmu. Aku berkata dalam hati.

“Nayla, kamu saya hokum, tulis latihan matematika nomor satu dan dua, harus dengan latihan matematikamu,” bu Nur menghukum Nayla.

“ baik, Bu,” jawab Nayla sambil menundukkan kepalanya.

Sepulang sekolah, sebenarnya aku sering pulang bareng Nayla, mungkin ia masih marah soal masalah yang tadi pagi.

“Nayla,” panggilku dengan pelan. Aku berada di belakang Nayla. Ia masih tak menoleh dan diam seribu bahasa.

“ Nayla, aku minta maaf ya soal yang tadi, aku tidak suka saja sama orang yang suka nyontek. ,” aku kembali berbicara.

“ tidak ada jawaban.,” Ya sudah Nayla kalau kamu enggak mau berbicara denganku.

Aku terbaring di tempat di tempat tidurk. Aku memikirkan ide yang bisa membuat aku berbaikan dengan Nayla.