Nurjamilatul Chasanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Junjung Tinggi Bahasa Emmak Tanpa Menafikan Bahasa Persatuan

Junjung Tinggi Bahasa Emmak Tanpa Menafikan Bahasa Persatuan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki aset berlimpah dibanding negara lain. Selain kaya akan sumber daya alamnya, negara ini juga terdiri dari suku bangsa dan bahasa yang beragam. Keragaman budaya yang terdapat di negeri ini merupakan anugerah Tuhan yang wajib disyukuri. Sebagai warga negara Indonesia, sudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikannya.

Madura adalah salah satu suku bangsa yang kaya bahasa. Satu benda dapat memiliki banyak kosa kata dalam bahasa Madura. Contohnya seperti padi. Dalam bahasa Madura, padi saat hendak ditanam disebut ni bini. saat padi baru tumbuh disebut binis. ketika mulai berbuah disebut padi. Setelah dipanen disebut La'as. La'as yang sudah dijemur kemudian digilas. selesai digilas disebut beras, lalu dimasak menjadi nasi yang dalam bahasa Madura nya disebut nase'. kebiasaan yang sering dilakukan warga Madura ketika ada sisa nasi tidak dimakan, maka nasi tersebut akan dijemur sampai kering. Nasi yang sudah kering bisa digoreng dan dijadikan cemilan bernama cangkaro' . sungguh, begitu kompleks kosa kata yang terdapat dalam bahasa Madura.

Selain dari pada itu, dalam berkomunikasi, terdapat beberapa tingkatan yang digunakan dalam bahasa Madura. Ada tiga tingkatan bahasa yang bisa digunakan warga Madura untuk berkomunikasi dengan Masyarakat sekitar. pertama, basa enja' iya : warga Madura biasanya menggunakan tingkatan ini ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih muda atau seumuran usianya. kedua, basa engghi enten : yaitu bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama yang seumuran atau lebih tua sedikit dari usianya. Ketiga basa engghi bhunten: yaitu bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang terhormat dan tokoh terkemuka. Seperti anak kepada orang tua, murid kepada guru, dan masyarakat kepada para kyai atau tokoh agama. Bahasa pada tingkatan ini tergolong bahasa yang paling sopan. Cara penuturannya lebih halus dari pada kedua tingkatan sebelumnya. Dengan adanya tingkatan bahasa dalam bahasa Madura menunjukkan bahwa bahasa Madura sangat menghormati perbedaan usia. Oleh karena itu, bahasa Madura sebagai bahasa emmak wajib dijunjung tinggi.

Namun, seiring munculnya arus globalisasi, bahasa Madura semakin hari tampaknya semakin tersingkirkan. Dalam kehidupan sehari-hari, warganya lebih sering berkomunikasi menggunakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Sejak kecil, dalam keluarga anak sudah diajak berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa Internasional. Bukan bahasa lokal. Mereka tampak kurang percaya diri apabila menggunakan bahasa Madura saat berada di tempat-tempat umum. Akibatnya, anak tidak mengerti dan merasa asing dengan bahasa Madura sebagai bahasa emmaknya. Bahkan saat ini, sudah banyak warganya yang belum memahami penggunaan tiga tingkatan bahasa dalam bahasa Madura.

Kondisi yang demikian tentu sangat mengkhawatirkan. Apabila dibiarkan terus-menerus maka bahasa Madura akan punah. Untuk itu, diperlukan formula solutif untuk mengatasi masalah tersebut. Antara lain sebagai berikut.

Pertama, kenalkan bahasa emmak sedini mungkin kepada anak. Biarkan anak mengenal bahasa emmak sebagai bahasa pertamanya. Ajaklah anak berkomunikasi bahasa emmak dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, jadikan bahasa Madura sebagai muatan lokal utama dalam pembelajaran di sekolah. Pengajar mata pelajaran bahasa Madura hendaknya terdiri dari guru yang memang berasal dari daerah Madura dan benar-benar paham bagaimana cara menggunakan dan mengimplementasikan bahasa Madura dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, bahasa Madura hendaknya dijadikan bahasa utama dalam kehidupan sehari-hari. Jangan menggunakan bahasa lain selain berkomunikasi dengan warga di luar daerah.

Ketiga formula diatas diharapkan dapat menjadi solusi untuk melestarikan dan menjunjung tinggi bahasa Madura sebagai bahasa emmak. Namun selain melestarikan bahasa emmak, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tidak boleh dinafikan. Sedikit demi sedikit, anak juga perlu dikenalkan dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian, anak dapat menguasai dua bahasa. Pertama bahasa Madura sebagai bahasa emmak, kedua bahasa Indonesia sebagai bahasa Persatuan. Dengan menguasai dua bahasa tersebut, anak akan terbentuk menjadi pribadi yang berkearifan lokal.

Nurjamilatul Chasanah, lahir di Sumenep pada tanggal 31 Maret 1993. Ia adalah alumni S1 PGSD di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Saat ini sedang aktif mengajar di SDN Blumbungan 3 Pamekasan. Kini ia aktif dalam kegiatan literasi dan tergabung dalam beberapa komunitas, diantaranya : Media Guru Indonesia, Forum Penulis Blog, Komunitas Kopi dan Diksi, dan Semaris Pamekasan.

Sejak mengikuti kegiatan Bimtek Literasi, ia berhasil menerbitkan buku solo perdananya berjudul Meretas Jalan Impian. Sejak awal Januari 2022, ia mulai memantapkan niat untuk menulis setiap hari di akun gurusiana.id.

Penulis dapat dihubungi melalui WhatsApp : 085736007044

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu. Saya sudah follow ya.

11 Feb
Balas

Terima kasih bunda

11 Feb



search

New Post