Pembeli adalah raja. Apabila penjual ingin dagangannya laris manis maka harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumennya. Namun sebaliknya, jika penjual malah bersikap dingin dan ketus terhadap konsumen, jangan harap dagangannya menjadi laris manis.

Kemarin sepulang dari sekolah, saya berniat mampir di sebuah warung sembako yang juga menjual degan. Kebetulan si pemilik warung merupakan teman saya di bangku Sekolah Dasar dulu. Supaya tidak usah menunggu lama-lama, dalam perjalanan pulan saya menelpon pemilik warung itu dengan maksud hendak memesan degan sebagai oleh-oleh untuk sang buah hati. Panggilan pertama berdering, namun tak ada jawaban. Mungkin dia sedang di kamar mandi, pikir saya. Beberapa saat kemudian, saya mencoba meneleponnya lagi, namun tetap saja tak ada jawaban. Mungkin dia tidur siang. Akhirnya saya memutuskan untuk mampir saja nanti di warungnya. Tidak apa menunggu sebentar, yang penting anak senang jika saya bawakan oleh-oleh kesukaannya.

Tak berapa lama, motor saya melaju sudah sampai di warung itu. Ternyata, teman saya sedang mengupas degan. Saya langsung bertanya apakah tadi dia tidur? Dengan wajah tidak enak dipandang, di pemilik warung malah menjawab "apa kamu tidak melihat apa yang saya lakukan sekarang?". Mendengar jawaban ketusnya, saya hanya menarik napas panjang. Menahan diri agar tidak terpancing emosi. Lalu saya klarifikasi lagi.

"Loh, saya kan nanya, apa kamu tadi sedang tidur saat saya menelpon, kok tidak diangkat? Mengapa jawabanmu malah begitu. Saya kan hanya butuh penjelasan. Kok malah balik bertanya?"

Lagi-lagi jawabannya tidak mengenakkan hati. Ketus dan sangat tidak menghargai pembeli. Kalau saja dia bukan teman sekolah, pasti saya sudah membatalkan pesanan saya kemarin. Benar-benar menyebalkan penjual yang modelnya seperti itu. Tidak ramah sama sekali. Jangan harap saya membeli sesuatu di warung itu lagi.