Sering kali kita mengabaikan mereka yang telah bersama kita. Melewati perjalan hidup yang kadang suka kadang duka.Mengabaikan mereka bukan karena mereka sudah berbuat jahat pada kita.Tapi, karena mereka terlalu baik.Kebaikan yang terus menerus yang mereka berikan menjadi kebiasaan dalam hidupnya.Parahnya, kita mengira memang begitu seharusnya.Kebaikan mereka sedikit demi sedikit mulai hambar dihati dan terlupakan begitu saja.Lihat saja banyak anak mengakui menyayanggi orang tuanya. Tapi nyaris setiap hari beradu mulut. Mungkin si anak lupa berapa banyak harta, waktu dan kasih sayang yang ia ambil dari orangtuanya.Kita lebih mudah berbicara halus pada pimpinan ketimbang orang tua. Karena kita tahu orang tua kita selalu akan memberi kita kebaikan. Dan Pimpinan siapa? dia yang jika tak sejalan berarti pindah atau berhenti.Kita sangat terharu dengan bantuan satu dua kali dari sahabat kita tapi kita sering lupa mengucap terima kasih kepada saudara kita walau dengan bantuan kecil tapi terus menerus.Kebaikan yang terlupakan hadir di tenggah tengah keluarga kita.Banyak kebaikan istri, suami dan orang -orang disekitar kita yang kebaikannya terlupakan.Namun, Kebaikan itu sendiri tak pernah menjadi beban. Ia hadir karena Cinta dan ketulusan. Cinta yang selalu memotivasi untuk memberi bukan berfokus pada menerima. Ketulusan tanpa pamrih. Tak heran sesering apapun kita menyakiti orang tua, suami, istri dang orang orang sekitar kita selalu ada ruang untuk memaafkan.Berbuat baiklah pada pimpinan karena itu tanggung jawab kita tapi pastikan bahwa Kita benar-benar menghormati orang tua kita.Berbuat baiklah kepada orang lain dengan tidak mengabaikan berbuat kebaikan kepada orang disekitar kita.

Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Israa ayat 23-24: وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا “Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-24] Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36: وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا “Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [An-Nisaa’ : 36]